Seminggu setelah Max melamarku, pria itu berencana menemui keluargaku untuk membicarakan tentang pernikahan kami, aku tidak tahu harus senang atau sedih. Jujur hubungan ku memang tidak baik dengan ayah ku semenjak ibuku meninggal.
Aku telah menceritakan semua tentang keluarga ku kepada Max, pria itu terlihat senang mendengar semua cerita yang mengalir dari bibirku, aku bisa melihat nya dari binar kebahagiaan yang terpancar dari wajah tampan nya.
Dia bilang akan datang sebentar lagi tapi apa aku sudah menunggu nya selama lebih dari dua puluh menit, apa dia sedang rapat? Atau dia lupa tentang janji hari ini? Ah rasanya tidak mengingat tadi malam dia sangat antusias dan mengoceh sepanjang malam sampai aku ketiduran mendengar suaranya lewat smartphone ku.
Aku menunggu sambil menatap london eye berharap aku bisa kembali menaiki nya lagi tetapi dengan orang yang berbeda yaitu pria yang sekarang berstatus sebagai calon suami ku.
Calon suami?
Rasanya lucu sekali bila aku menyebutnya seperti itu mengingat waktu itu aku sangat membenci namun juga mencintainya. Apa ini yang terbaik bagi ku? Kurasa benar ini memang yang terbaik untuk ku.
Aku mendengar bel di apartemen ini berbunyi. Akhirnya pria yang aku tunggu datang juga, dia membuatku sedikit khawatir takut terjadi yang tidak tidak kepada nya.
Aku langsung berjalan lalu membuat pintu, terlihat pria dengan bola mata coklat yang sedang tersenyum manis menatapku, aku tidak mampu untuk tidak membalas senyumnya.
"Maaf aku terlambat Sweetheart." Ucapnya sambil memelukku.
"Kau membuat aku menunggu Max." Aku memukul dadanya pelan.
"Aku minta maaf Rachel, aku sungguh minta maaf."
Aku melepaskan pelukan kami lalu menatap Max. "Tidak apa yang penting sekarang kau sudah berada di depanku, ayo masuk."
Max mengangguk lalu berjalan masuk, aku menutup pintu sebelum menyusul Max yang sudah masuk ke dalam.
"Apa kita jadi kembali ke New York dan bertemu dengan keluarga ku?" Tanya ku saat aku sudah duduk di samping nya.
Aku sungguh tidak mau menginjakkan kaki ku di rumah itu lagi, aku tidak nyaman berada di sana setelah kematian ibuku, aku takut aku akan kembali bertengkar dengan ayah ku lagi.
"Lima menit lagi kita akan menuju ke sana Sweetheart." Ucap Max dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya.
Aku menghela napas, meski aku tidak mau ke sana tapi tetap saja aku tidak bisa menolak permintaan Max. Aku merasakan Max menggenggam tanganku lalu aku menatap nya.
"Semua akan baik baik saja, hilangkan segala keraguan yang ada di hatimu Sweetheart, aku akan selalu bersama dengan mu."
Aku tersenyum dan semakin menguatkan genggaman tanganku. "Terima kasih Max."
_______Kami berada di pesawat pribadi milik Max, kami langsung melakukan perjalanan menuju New York. Ini kali pertama aku menaiki pesawat pribadi milik Max.
Aku gelisah selama berada di pesawat aku membayangkan bagaimana nanti saat aku kembali dan menginjakkan kaki ku kembali di rumah itu, rumah yang dulunya di isi oleh keluarga hangat yang harmonis.
Aku memikirkan reaksi apa yang pertama kali di tunjukan ayahku saat melihat ku berada di sana. Apa pria itu akan memarahiku lagi? Apa pria itu akan menghina ibuku lagi? Apa pria itu akan mengusirku tanpa mempersilakan aku masuk dan mengutarakan maksud kedatangan kami?
"Sweetheart, tidurlah aku akan membangunkan mu jika kita sudah sampai."
Ah usul yang bagus ada baiknya juga aku tertidur dari pada terus gelisah seperti ini. Aku meletakkan kepalaku di bahu Max menutup mataku sampai aku terlelap dan bergabung ke alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours
RomanceAku Rachel Waston, setelah 10 tahun berlalu ternyata melupakan perkataan nya tidak lah mudah bagi ku. Semua masih terekam jelas di memori ku. Ku kira 10 tahun cukup untuk memulihkan semua nya dan membuat keadaan baik baik saja seperti dulu - Walaup...