Akhirnya aku pulang dari coffee shop, setelah menjelaskan panjang lebar kenapa aku ada di sini dan kenapa aku menyuruhnya untuk tidak memberi tahu Max kalau aku berada di sini.
Aku bisa bernapas lega setelah mendengar janji dari Charlie kalau dia tidak akan memberi tahu apapun tentang ku yang sedang berada di sini. Tapi aku masih tidak terlalu percaya dengan janji yang di ucapkan Charlie.
Tarik napas buang. Dari tadi aku terus melakukan hal itu karna menyadari kebodohan aku yang dengan iya menuruti kemauan pria itu. Astaga tentu saja karna pria itu keras kepala akan memberi tahu Max jika tidak memberi tahu alasan aku ke sini.
Lalu apa kah dia benar tidak akan berbohong?
Oh God, bahkan pertanyaan itu terus saja memutar di kepala ku, dan membuat aku ingin sekali berteriak sekencang kencangnya untuk merutuki kebodohan aku.
Aku mendengar suara bel berbunyi, aku rasa itu Rexford. Aku langsung keluar dari kamar dan berjalan dengan sangat sangat malas untuk membuka pintu.
"Aku tidak ingin--" Aku tidak melanjutkan omonganku saat melihat siapa yang sekarang sedang berada di hadapan ku.
"Do you miss me Sweetheart?" Ucapnya sambil merentangkan tangan nya.
Yang aku takutkan sekarang sedang berada di depan ku. Dia datang lebih cepat dari apa yang sudah aku perkirakan. Aku senang? Ya. Tapi aku tidak bisa berada di sampingnya, ketakutan dan kebencian masih menumpuk di hatiku.
"Kenapa kau kesini?" Aku mencengkeram erat gagang pintu yang sedang aku pegang.
"Karna aku merindukan mu Sweetheart." Max tersenyum kepadaku, senyum lembut yang selalu aku rindu kan.
"Lebih baik kau pergi saja." Ucap ku sambil menahan diriku untuk tidak pergi ke dalam pelukan nya.
"Aku tidak akan pergi tanpa dirimu, karna sekarang aku sedang menjemputmu Sweetheart." Aku melihat Max tersenyum miring, yang aku tahu di balik senyuman itu terdapat sebuah rencana.
"Menjemput ku?" Aku mengerutkan kening ku, dan sedikit takut bila kejadian saat Max menculik dan mengikat ku terulang kembali.
"Ayo kita pergi sekarang." Max masih tersenyum menatapku, jujur kenapa sekarang aku takut melihat senyuman nya?
"Tidak! Aku tidak mau ikut bersama mu!" Aku berusaha menutup pintu tapi Max mencegahnya.
Tiba tiba Max langsung menggendong ku seperti karung beras. Aku meronta dan berteriak minta di lepaskan tapi pria itu terus berjalan dan membawaku menjauh dari apartemen.
"Lepaskan aku Max sialan!" Pekik ku sambil memukul-mukul punggung Max.
"Aku tidak akan melepaskan mu untuk kedua kalinya lagi Sweetheart, mengertilah aku masih sangat mencintaimu." Ucapnya sebelum dia meletakkan ku di dalam mobil limousine miliknya.
Aku menatap tajam Max yang sedang tersenyum menatapku. Aku kesal dan sangat kesal dengan tindakan nya yang seenaknya membawa ku kesini.
"Kamu tahu aku senang melihat mu lagi setelah kau pergi begitu saja dari apartemen ku." Max lagi lagi tersenyum dan membuatku kesal sekaligus takut.
Aku menunjuk Max. "Kau!" Aku tidak tahu lagi harus apa sekarang tetapi aku rasa air mataku sudah jatuh.
"Hei hei kenapa kau menangis Sweetheart?" Max mencoba memelukku tapi aku terus menghindar dari pelukan nya.
"Jangan mencoba menyentuh ku Max!" Aku menepis tangan nya yang akan memeluk ku.
"Ada apa dengan mu Sweetheart?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours
RomantizmAku Rachel Waston, setelah 10 tahun berlalu ternyata melupakan perkataan nya tidak lah mudah bagi ku. Semua masih terekam jelas di memori ku. Ku kira 10 tahun cukup untuk memulihkan semua nya dan membuat keadaan baik baik saja seperti dulu - Walaup...