01% Savior?

3.5K 252 18
                                    

Mari kita buat 2019 lebih berwarna dengan menghargai karya orang lain!
.
.
.
.
.
.

Seorang gadis mungil nan cantik berlarian melawan arah mata angin yang tengah berhembus dengan kuatnya.

Kakinya yang telah melemah tak menjadi penghalang Sang Gadis itu untuk berhenti. Karena hidup dan matinya tergantung dari seberapa kuat ia melarikan dirinya.

"Stop! Bila aku mendapatkanmu, akan kubuat kau tak akan bisa berkutik lagi!" Teriak seorang laki-laki dari belakang yang terus mengejarnya.

Ia tidak mengiraukannya. Gadis itu tetap memaksakan kakinya untuk berlari lebih cepat, walaupun ia tahu, jika kakinya bisa berteriak pasti kakinya itu meminta untuk berhenti.

Namun apalah daya seorang perempuan, dengan sigap pria di belakangnya itu menarik rambut gadis itu dan membuatnya berteriak kesakitan.

"Kyaa.... lepaskan aku asshole!" Teriak gadis malang itu. Pria itu menyeringgai membuat Sang Gadis ketakutan, "Well, sepertinya aku akan mendapatkan 1 lagi santapan malam ini, Sayang..." ucapnya dengan nada yang menjijikkan.

"Never! Anda bisa mencari jalang di dalam sana, jangan jadikan aku sperti mereka," ucap Gadis itu sembari menangis.

Pria itu menganggkat sebelah alisnya, "Well, sayangnya tidak ada yang masih virgin di sana selainmu, Babeh," ujarnya. Pria itu mengeluar sebuah alat penyetrum yang bisa digunakan untuk menyetrum dengan skala yang lumayan besar, stun gun.

Melihat alat itu, Sang Gadis meronta-ronta membuat Pria itu langsung mengarahkan alat penyetrum itu ke pinggang Gadis itu dan menyetrumnya dengan skala listrik medium. "Kyaaa...." teriaknya.

Pria itu melepaskan rambut gadis yang sebelumnya ia tarik ke atas membuat Gadis mungil itu terjatuh ke semen. Tubuh Gadis itu bergetar dengan hebatnya, entah karena ia menangis atau frekuensi alat itu.

"Dengar, aku tidak ingin melakukannya denganmu, namun kau sendiri yang membuatku terdorong untuk melakukannya," ujar Pria itu.

Dengan sisa tenaganya, Gadis itu membalas, "Kau pria brengsek!" Pria itu menyeringai, "Kau hidup di tahun berapa nona? Semua pria seperti ini sekarang."

"Kau....." Gadis itu mulai bangun dengan napasnya yang tersenggal-senggal. "Kau Pria brengsek! Lebih baik kau tidak ada dimuka bumi ini! Kau... Kyaa..." teriaknya saat Pria itu kembali menggunakan benda pusakanya dengan kekuatan listrik yang maximum.

Gadis itu pun kembali terjatuh dan tidak mempunyai tenaga lagi untuk melawan, ia hanya.... berpasrah pada nasib. "Ckckck, mulutmu memang sangat kecil. Tapi kita lihat, apakah kau masih bisa berkata seperti itu nanti,"

Pria itu melirik bibir Gadis itu sekilas, ia menarik dagu Gadis itu dan mendekatkannya pada bibirnya yang menjijikan. Sedikit lagi.....

"HEY!"

"Shit!" Umpat Pria itu refleks melempar stun gun ke arah orang yang berteriak tadi dan lari meninggalkan Gadis yang sempat mau ia perkosa.

Sempat ingin mengejar, namun tahu bahwa percuma, lelaki itu memutar tubuhnya menatap datar Gadis itu,  "Are you okay Miss?" tanya Lelaki itu sambil berjongkok tanpa tersenyum sedikit pun.

Tak ada respon sedikit pun dari Gadis itu, ia malah menangis sesegukkan. Lelaki itu menghela napasnya kasar, "Dimana alamatmu? Akan kuantarkan sampai ke rumahmu," ujarnya mencoba untuk berbaik hati.

Hening, tidak ada suara selain isak tangis memilukan. "Dengar nona, bila kau tidak memberikan alamatmu, maka aku tidak bisa membantumu." Pria itu masih mencoba bersabar.

Masih tidak ada respon, "Baiklah, kau tidak memberikanku pilihan lain, sampai jumpa." Pria penyelamat itu berdiri dan berjalan meninggalkan Gadis yang terkapar itu.

"W.....Wait, please... help me..." ucap lemah Gadis itu seperti berbisik, bisikan yang cukup kecil, namun masih bisa didengar oleh telinga Sang Penyelamat itu.

Dengan segera pria itu berbalik mengangkat tubuh mungil Gadis itu menempatkan tubuh Gadis itu ke bangku samping kemudi mobil lamborgininya.

🔫🔫🔫

Sebuah mobil mewah berwarna merah membelah Jalan Queensway dengan cepatnya, mungkin hanya ada mereka yang beraktivitas di pukul 4 dini hari ini.

"Dimana rumahmu?" Tanya Pria penyelamat itu tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan yang berada tepat didepannya.

Karena tidak mendapatkan respon, Pria itu menoleh, ternyata Gadis di sampingnya sedang tertidur.

Tak mempunyai niat untuk membangunkannya sedikit pun, Pria itu memutar arah, melajukan mobil mewahnya itu ke apartermennya.

Saat mobilnya sudah terparkir rapi, Pria itu menoleh, Gadis disampingnya masih tertidur pulas. "Bodoh! Kenapa malah aku bawa dia kemari?" umpatnya sendiri sambil memukul setir yang berada di depannya.

Dia kembali memandang wajah Gadis disampingnya, cukup lama sampai benda tipis segiempat yang di bawa Gadis itu berdering secara terus menerus membuatnya tersadar.

Ia melihat benda tipis segiempat miliknya sendiri, benda itu menunjukkan pukul 4 lewat 30 menit, dini hari. "Baiklah, tidak ada pilihan lain, seharusnya tidak ada yang melihat bila aku membawa Gadis berpakaian minim ke apartermenku bukan? Termasuk dia." Pria itu beranalog lalu menggendong Gadis itu menuju kamarnya.

🔫🔫🔫

Pria itu menyelimuti tubuh Gadis itu dengan selimutnya, mencegah hasratnya yang terus menerus memuncak.

Well, dia pria normal. Wajar saja bila ia terangsang. Pria itu berjalan menjauh dari tempat tidur yang sekarang sudah ditempati oleh seorang Gadis asing yang berpakaian minim.

Ia duduk di sofa kamarnya. Berusaha untuk menjernihkan pikirannya dengan cara berfokus pada benda tipis segiempat hitam miliknya.

Namun tak lama kemudian, pikirannya teralihkan ke arah nakas tempat benda segiempat tipis milik Gadis itu berada. Sebenarnya ia tidak mau membuka privasi orang dan mencoba untuk tak peduli, namun lama kelamaan dering ponsel itu mengganggunya sehingga tergerak hatinya memegang ponsel itu.

Ia mengeser tombol berwarna hijau ke atas, terdengarlah suara orang di sebrang sana, "Kau tidak akan pernah bisa pergi dariku, Gadis manis."

Baru saja Pria itu ingin membalas tapi panggilan itu langsung dimatikan secara sepihak. Ia menyeritkan keningnya, ia tahu ia telah membongkar privasi seseorang.

Pandangannya terarah pada Gadis yang sedang tertidur lelap itu, entah kenapa... dirinya... merasa sangat penasaran dengan riwayat hidup Gadis itu. Dan mungkin, ia akan mencari identitas Gadis itu.

Ting'

Secara mendadak ada sebuah pesan yang masuk, Pria itu sangat penasaran, Bagaimana bila ancaman lagi? Kata batinnya bertanya-tanya, tanpa ragu sedikit pun, ia membaca pesan itu, bukan... sama sekali bukan ancaman.

Ia membaca pesan itu dengan teliti, tidak ada nama pengirim disana, 'Oh My Jane! Where are you?!'

"Jane?" Gumamnya. "Apakah dia...," Pria itu menggeleng pelan sambil memijat pelipisnya, "Tidak mungkin." Pria itu segera pergi dari sana dengan handphone milik Gadis yang bernama Jane itu, entah kemana.

🔫🔫🔫

This is my second story after Flux D'amour.

Don't forget to vote and comment so I excited to continue this story.

Thankyou,

Instagram; sh.carissa

The Truth Untold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang