"Tempat tinggal baru?"
Yonggi menggeleng, mempersilahkan Jennie melihat-lihat isi apartermen lamanya. "Ini flatku yang lama." balasnya singkat.
Tangan Jennie menyapu sedikit bagian rak meja lalu melihat warna tangannya yang sedikit berubah menjadi hitam, "Ini berdebu. Apa kau tak pernah membersihkannya?" tanya Jennie sambil mencuci tangannya.
"Tidak ada waktu."
Yoongi menjatuhkan dirinya di sofa yang terlihat tua namun masih empuk dan bagus sambil menghidupkan televisi yang umurnya lebih tua darinya. "Sementara disini saja dulu. Jihyo akan melakukan banyak hal yang berbahaya untukmu. Pastinya." ujarnya seperti tak memperdulikan Jennie.
Jennie menyerit bingung. Kedua alisnya naik nyaris menyatu. "What?! Jihyo itu sahabat..." Ia menggantungkan ucapannya sendiri.
Memori Jennie terputar lagi ke insiden di kota tadi. Jennie menggeleng-geleng kepalanya. Mungkin Jihyo hanya refleks melakukannya, batin Jennie meyakinkan dirinya.
"Jika kau bersikeras untuk pulang, silahkan. Aku tidak akan menanggung bila terjadi sesuatu," ucap Yoongi tanpa melihat Jennie sedikit pun.
Apa ini? Sifatnya seperti saat pertama kali bertemu? batin Jennie bertanya-tanya.
"Apa?" tanya Yoongi ketus saat mendapati Jennie menatapnya tajam.
Kurasa dia mempunyai kelainan. Dia memang orang gila! Sifatnya berubah-ubah seperti hormon ibu hamil! runtuk Jennie. Tentu saja kalimat itu tidak ia lontarkan langsung dihadapan Yoongi.
Jennie tersenyum kikuk, "Tidak. Dimana toilet?" tanya Jennie mengalihkan topik. Yoongi hanya membalasnya dengan arahan iris mata hitamnya itu.
Setelah Jennie masuk ke dalam toilet flat kecil itu, Yoongi memegang rambutnya dengan kedua tangannya dan sesekali menarik kearah yang berlawanan.
"What's wrong with me? Kenapa aku jadi bersikap begitu dengannya? Argh..." gumam Yoongi pelan agar Jennie tak mendengar ucapan frustasinya.
Yoongi mendengar suara lagu entah dari mana. Mungkin lagu itu adalah nada dering? Tapi Yoongi berpikir keras, ia tak menggunakan nada dering untuk semua panggilan yang masuk. Juga ponselnya saat ini dalam keadaan hening dan berada di dalam saku celananya.
Lalu suara apa itu?
Seketika Yoongi menepuk keningnya pelan. Ia segera berlari ke kamar tuanya dan menghampiri suara itu.
Ia mengenggam ponsel yang telah lama ia biarkan ditempatnya tanpa diketahui oleh pemilik aslinya. Kening Yoongi menyerit bingung saat meliat Caller ID, 'Wandukong'.
Nama dari Caller ID tersebut, membawa Yoongi pada masa lalunya.
Seorang anak laki-laki kecil sedang berjalan-jalan di tepi kolam renang yang sangat dalam dengan memegang robot Transformer berwarna kuning.
Dirinya sama sekali tidak senang saat ini. Dipesta ulang tahun ayahnya yang menginjak kepala lima, anak itu malah kesepian dan memutuskan untuk menyendiri.
Namun tak lama kedua sudut bibirnya terangkat, menunjukkan kedua lesung pipinya. Seorang anak perempuan sedang duduk di ayunan sendirian, sama seperti dirinya.
"Mungkin aku bisa bermain dengannya," gumam Yoongi sambil melihat robotnya lalu persekian detik berikutnya, ia telah berada di depan anak perempuan itu.
"Do you wanna play with me?" tawar Yoongi ramah. Mata anak perempuan itu menyipit tajam. "Hey apakah itu Bubble Be?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold [END]
Fanfiction[COMPLETED] Highest rank : #3 in Yoonie [120419] #3 in thetruthuntold [100519] Penderitaan. Siapa yang asing dengan kata ini? Semua orang pernah menderita. Tapi bagaimana bila penderitaan itu sendiri membawa kebahagiaan yang tak henti-hentinya bagi...