17% Puzzle (2)

548 81 1
                                    

Masih berada di posisi yang sama, Min Yoongi terlihat bingung dan banyak pikiran di meja kerja perusahaannya. Alih-ahli bekerja, pria itu malah sibuk memutar-mutar ponsel hitamnya.

CEO muda itu mengacak-acak rambut putihnya lalu mengambil kertas HVS kosong dan mulai mencorat-coret apa yang ada di pikirannya sembari bergumam tentang apa yang ia catat.

"Wendy adalah Wandukong, dia adalah sahabat Jennie.." Yoongi membuat coretan layaknya sedang membuat peta pikiran.

"...dan nama 'Wandukong' itu muncul ketika aku mengajak seseorang bermain dengan robot Bubble Bee pada saat aku berusia sekitar 7 tahun," lanjutnya.

Yoongi melepaskan pensil yang ia gunakan sebagai alat tulisnya lalu bersandar pada sandaran kursi kerjanya yang empuk, melanjutkan aktifitasnya, yaitu berpikir keras.

Tak lama kemudian, suara ketukan pintu mengintrupsi pendengarannya lalu masuklah seorang pria setelah mengetuk untuk yang ketiga kalinya.

"Mr. Min, ini dokumen yang anda perlukan," ujar pria itu sembari meletakkan amplop coklat di atas meja kerja yang terbuat dari kayu.

Yoongi mengangguk tak semangat, "Pergilah," usirnya pada anak buahnya. Dengan malas ia mengambil amplop itu dan membaca isinya. Biodata Son Seungwan atau yang lebih dikenal dengan Son Wendy.

Tidak perlu membaca profil atau keterangan lainnya pada laporan itu, sang CEO hanya tertarik pada tanggal lahir dari perempuan bernama Son Seungwan.

"21 February 1994," gumamnya lalu menyingkirkan amplop beserta dengan isinya dan kembali berfokus pada kertas HVSnya.

Ia kembali berkata, "Tanggal ulang tahun Son Wendy adalah 21 February 1994. Sedangkan tanggal ulang tahun Son Naeun adalah 10 February 1994."

"Saudara? Oh, jelas tidak!" Ia mensilang kata saudara yang baru ditulisnya. Min Yoongi menyelidik bahunya, "Tak ada jalan lain," ucapnya mengambil ponsel dan menelepon ibunya.

"Eomma, apa eomma masih menyimpan foto saat ulang tahun Appa yang ke 30?" Yoongi langsung bertanya tanpa berbasa-basi lagi saat tersambung dengan ibundanya. (Ibu)

"Aiz, dimana sopan santunmu? Eomma kira kau merindukan Eomma!" protes ibu Yoongi.

Mendengarnya Yoongi terkekeh lalu membalas agar perempuan yang sedang berbicara dengannya tidak marah. "Mianhae Eomma, ini sangatlah penting." (Maaf ibu)

"Sepenting apa? Mwo?" (Apa)

"Eomma!" rengek Yoongi seperti anak kecil yang ingin dibelikan gulali. Mendengar rengekkan anak semata wayangnya, Mrs. Min tersenyum geli.

"Aigoo my sugar, foto itu telah lama. Eomma tidak tahu dimana menyimpan album itu," ujarnya menyesal. (Aiz)

Mrs. Min melanjutkan ucapannya yang sempat membuat Yoongi patah semangat. "Pulanglah ke Daegu dan cari sendiri di gudang! Mommy miss you,"

Yoongi terkekeh, "I miss you too, Mom. Mungkin malam atau besok Yoongi akan berkunjung," ujarnya tak ingin harapan ibunya pupus.

Setelah lama berbincang, Yoongi pamit dengan alasan banyak kertas-kertas yang menantinya di meja kerjanya. Mrs. Min pun mematikan sambungannya tanpa ada raaa curiga sedikitpun.

Min Yoongi memanggil asistennya, Sekertaris Jang ke ruangannya melalui kode yang ia berikan dan bisa langsung ditangkap Sekertarisnya yang hanya melihat dari kaca pembatas antara ruangan CEO dan meja kerja Sekertaris Jang.

"Pesankan aku tiket menuju Daegu, kurang kebih malam ini aku akan berangkat. Tak usah menemaniku," perintahnya langsung di kerjakan oleh Sekertaris yang telah lama bekerja dengannya.

The Truth Untold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang