19% Threat

564 84 3
                                    

Berdiri di balkon menikmati pemandangan dari lantai 2 mansion sembari menunggu tersambungnya sambungan telepon.

"Apa hari ini kau sibuk?" tanyanya ketika sambungan terhubung.

"Tidak. Ada apa?" tanya Jungkook.

"Masih ada yang ingin kutanyakan," ujar Jennie pelan, seperti tidak semangat untuk hidup.

"Mari bertemu," ajak Jungkook menentukan lokasi.

Jennie tersenyum penuh arti, tak sia-sia ia menelepon dan mendapatkan kartu nama Jeon Jungkook.

Dan di sinilah mereka sekarang, di atas jembatan yang berada ditengah-tengah Sungai Mackenzie. Mereka hanya terdiam menikmati pemandangan sungai yang jernih.

Jungkook berdeham lalu bertanya. "Apa yang ingin kau tanyakan lagi?" tanyanya dari sekian lama diam.

Kim Jennie mendongkakkan kepalanya menatap kapas-kapas dilangit, "Korea." Jawabnya singkat. Jungkook melihat perempuan di sampingnya lalu ikut menatap langit.

"Sebenarnya ada apa? Ada apa dengan Korea?" tanya Jungkook penasaran. "Disana..., aku.. tidak tahu," gumam Jennie sedih. Jungkook menatap Jennie bingung, baru pertama kali ini ia menemui wanita seperti sedang tidak tahu arah.

"Apa maksudmu?" tanyanya sedikit bersabar. "Kau tahu, aku bukan berasal dari keluarga Son. Aku anak angkat mereka, dan juga... aku ingin mencari orangtua kandungku. Mungkin mereka berada di Korea Selatan." Jennie membalas dengan nada pasrah.

Pandangan sungai di depannya tergantikan dengan wajah Jungkook, ia menolehkan wajahnya. "Apa kau ingin membantuku?"

Jungkook menatap Jennie dalam, "Kenapa tidak pergi ke Seoul saja?" tanyanya. Jennie tersenyum hambar, "Bila kau sibuk sebaiknya tidak perlu," ujarnya dengan raut wajah sedih. Itu tidak dibuat-buat, Jennie benar-benar sedih beserta kecewa dengan dirinya.

Jungkook menggelengkan kepalanya, "Bukan, aku akan membantumu. Lagipula aku sedang senggang bulan ini." ujarnya. Kim Jennie hanya dapat tersenyum, namun tanpa di perintahkan, air matanya turun begitu saja. Hal ini membuat Jungkook merasa simpati.

"Jangan menangis, kau tidak sendirian," ujar Jungkook dengan nada rendah sembari menghapus sisa-sisa air mata dipipi dan dipelupuk mata Jennie. Namun air mata itu keluar semakin deras, Jennie terisak dalam diam.

Jungkook memeluk gadis di hadapannya dengan erat dan sesekali mengelus punggung Jennie untuk memberinya ketenangan. Sialan kau Yoona! Kau membuatku terjebak dengannya! runtuk batin Jungkook kesal.

Memang. Lim Yoona memang menyuruh Jungkook untuk mendekati Jennie, melalui itu ia bisa menentukan siasat apa yang akan digunakannya untuk membalas dendam lamanya. Sedangkan Jennie mendekati Jungkook sebagai keuntungan baginya. Ia bisa mengetahui masa lalu yang terlupakan melalui bantuan Jungkook. Ia juga bisa mengetahui maksud dari ucapan pria itu ditelepon tempo hari.

Jennie menangis di dekapan pria tinggi itu, air matanya membuat kaos biru yang dikenakan Jungkook menjadi basah. Pria bermarga Jeon itu melerai pelukan mereka dan menghapus jejak-jejak air mata dipipi Jennie.

Tangannya mengeluarkan sapu tangan yang ia selalu bawa di saku celananya. Pria kelahiran tahun 1997 itu menggunakan benda itu untuk mengelap keringat yang bersarang di kening Jennie.

"Jennie..., tubuhmu hangat." seru Jungkook memeriksa suhu tubuh Jennie sekali lagi. Dan benar, Jennie demam. "Jennie! Keningmu sangat panas! Kau demam tinggi!" seru Jungkook.

Kim Jennie hanya dapat tersenyum kecil. Kepala gadis itu terasa sangat pusing, bunyi decitan nyaring memenuhi indra pendengarannya. Pandangannya mulai memburam, ia tidak bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Jungkook. Lalu sedetik kemudian tubuhnya luruh di dekapan Jungkook.

The Truth Untold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang