10% It's so confusing

718 94 2
                                    

Jihyo menatap 2 kertas persegi panjang  dengan senyuman yang tak dapat ia hilangkan. Pameran lukisan. Senyumnya itupun tak berangsur hilang saat melihat siapa yang masuk ke dalam apartermennya tanpa izin.

Jihyo berseru senang. "Yoongi! Kau datang? Aku baru saja akan mengundangmu kemari! Lihatlah aku mempunyai 2 tiket VIP Pameran Lukisan!" serunya tak bisa mempungkiri bahwa ia sangat senang sampai tulang pipinya tercetak jelas.

Yoongi melirik kertas tipis itu, sorot matanya tampak tak tertarik.

"Aku datang kemari hanya ingin memperingatkanmu! Jangan sentuh Jennie lagi! Tak puaskah kau melihatnya menderita sekarang?" ujar Yoongi dingin.

"Apa? Aku? Aku tidak melakukan apa pun padanya!" sangkal Jihyo yang terlihat percuma dimata Yoongi.

"Tidak melakukan apa-apa? Lalu untuk apa semua teror-teror itu?" bentak Yoongi, Jihyo tersikap sebentar.

"Ya hanya teror saja! Tidak ada lagi! Lagipula aku juga sudah tidak melakukannya lagi!" jelas Jihyo. Memang benar. Terorannya itu sempat terhenti karena suatu kendala.

Yoongi mendecih pelan, "Jangan berdusta Park Jihyo! Kau kira aku tidak tahu kau yang sebenarnya?" ujarnya ketus.

"Jangan pernah menganggu Jennie lagi!" tegasnya lalu menghilang di balik pintu.

Jihyo termenung. Perlahan-lahan ia terisak sendiri. Ia duduk di sofa itu dan menangis keras, berharap Yoongi datang dan menenangkannya seperti dulu. Namun itu hanyalah angan-angannya semata. Ia tahu一Yoongi tak akan kembali.

"Kenapa... kenapa kau selalu saja memilih Jennie? Orang yang baru saja kau kenal! KENAPA..! hiks.." ujarnya di sela-sela isak tangis yang terdengar memilukan.

Hatinya terasa sangat sakit atas perlakuan Yoongi yang dingin padanya.

"Kenapa kau sangat perhatian pada Jennie yang baru kau kenal sebulan ini?! Kenapa kau selalu saja dingin padaku padahal aku telah mengenalmu bertahun-tahun?!" teriaknya melempar tiket VIP itu sembarangan.

Ia tak peduli lagi sekarang. Dunianya serasa hancur berkeping-keping. Dan semua itu karena Yoongi dan Jennie.

🔫🔫🔫

Perempuan yang sudah tidur 2 minggu lebih itu akhirnya terbangun juga. Ia merasakan sakit yang luar biasa saat mencoba untuk menggerakan seluruh anggota tubuhnya.

"Jennie! Akhirnya kau bangun juga! I'm so sorry!" seru Wendy saat melihat pemilik mata kucing itu membuka matanya.

Jennie menoleh ke sumber suara. Menerjap-nerjapkan matanya itu. "Son?" tanyanya dengan suara lemah.

"Astaga... aku kira kau amnesia sehingga melupakanku! Tunggu sebentar akan ku panggilkan dokter!" serunya langsung keluar.

Setelah dokter memeriksa, Wendy kembali masuk dan menanyakan keadaan Jennie. "How your feeling?" tanya Wendy menatapnya khawatir.

"Sa...kit, Son." balasnya pendek.

Kedua sudut bibir Wendy tertarik ke bawah一ia merasa semua itu terjadi karena dirinya yang ceroboh.

Jennie yang melihat hal itu menggerakkan tangannya yang kaku untuk menyentuh pergelangan tangan Wendy. "Bu..kan salah..mu," ujarnya sedikit terbantah.

Wendy memaksakan dirinya untuk tersenyum. Dirinya tambah merasa bersalah saat Jennie mengeluarkan suara yang terbantah-bantah. Wendy menggenggam balik tangan lemah itu.

"Tidak. Ini salahku, bila saja aku tidak melupakanmu saat insiden itu. Aku.. aku minta maaf, Jane." ujarnya sungguh menyesal.

Saat perempuan yang terbaring itu ingin membalas, masuklah 2 orang laki-laki ke kamar itu.

The Truth Untold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang