Dibalik meja CEO kebesaran Warp's World Coorporation, duduklah seorang CEO muda uang sedang menikmati kopinya sambil menatap pemandangan pagi dari kota Ottawa dari lantai teratas sebelum rooftop, lantai 50.
Ia menghela napasnya kasar. Telah seminggu ia absen dari tugas-tugas kantornya, maka dari itu dia harus berusaha lebih keras untuk menyelesaikan tugas-tugas itu.
Segala rasa penat yang menhantuinya mungkin tidak akan atau mungkin belum terbayarkan hari ini.
CEO kebesaran Warp's World cabang Ottawa City itu menoleh ke arah pintu saat mendengar keributan. Dan akhirnya terbukalah pintu kaca itu.
"Maaf Mr. Min. Aku telah berusaha namun tuan Park memaksa." ujar Seketaris Yoongi menunduk.
"Kembalilah bekerja, Seketaris Jung." ujar Yoongi, ia tahu untuk apa ayah Jihyo datang ke kantor cabangnya.
"Langsung saja. Aku tak suka kau membuat anak kesayanganku itu menangis!" cibir Tuan Park melipat kedua lengannya di depan dada.
Yoongi bersandar pada dinding dan tersenyum kecut. "Kalau begitu kenapa kau menjodohkan aku dengan putrimu?" tanyanya membuat Pria baya di depannya terdiam seribu bahasa.
"Kau juga telah menyetujuinya bukan?"
"Jika ayah tak dalam kondisi itu, aku tidak akan menyetujuinya!" balasnya ketus. "Kenapa? Terlibat hutang? Akan bangkrut? Maka dari itu kau menjodohkan aku dan putrimu itu hm..?" pancing Yoongi melanjutkan ucapannya.
Pria baya itu menahan amarahnya. Perkataan anak muda di hadapannya terlalu atau bahkan sangat tajam dan itu seakan menusuk ke ulu hatinya.
Dari pada membuang-buang emosi, pikiran dan perkataannya, pria baya itu keluar dengan mengancam.
"Akan kuberitahukan hal ini pada ayahmu, Min Yoongi!" ancamnya sebelum membanting pintu kaca itu dengan kuat membuat Sekertaris Jung dan terkejut.
Yoongi memijit pangkal hidungnya dengan ibu jari dan telunjuknya. "Ayah dan anak sama saja." runtuknya kembali ke meja kebesarannya.
🔫🔫🔫
Jennie pergi menemui Wendy untuk menjelaskan sesuatu pagi itu. Melihat kondisi dirinya, ia takut bila Wendy menganggapnya sebagai perebut padahal pada kenyataannya tidak.
Sesuai dengan janjinya, Wendy datang sendirian dan kini telah berada di hadapan Jennie. Wanita berumur 23 tahun itu melipatkan lengannya didepan dada dengan tatapan mengintrograsi.
"Apa? Aku kan sudah bilang bila dia hanya membantuku membawa Sehun ke rumah sakit dan menemaniku pergi ke detektif lain yang dia kenal!" seru Jennie cemberut saat raut wajah Wendy sama sekali tak berubah.
"Kenapa harus dia? Kenapa tidak aku saja!" Wendy membela dirinya. "Tak ingin merepotkanku huh?! Tapi sayang seribu sayang Kim Jennie. Selamat! Kau telah merepotkanku secara tidak langsung!" lanjutnya membuat Jennie menunduk dalam.
Iya. Jennie memang merasa merepotkan wanita Son di hadapannya ini. Bukan hanya sekarang, namun beberapa tahun silam juga. Maka dari itu Jennie mencoba mandiri dengan berpisah tempat tinggal dan membelinya dari uang kerjanya waktu itu yang telah ia kumpulkan bertahun-tahun.
"Jennie..." ucapan Wendy kembali melembut. Kedua tangannya terulur untuk menggengam jari Jennie erat, seakan sedang menyalurkan kekuatan.
"You're not alone Jane! Ada aku disini." ujarnya berusaha membuat Jennie tersadar.
Jennie menghela napasnya kasar. "Aku tahu tapi... aku terlalu merepotkanmu Son! Aku... aku merasa aku terlalu bergantung padamu, seakan-akan aku tak bisa mandiri!" Jennie mengeluarkan sebagian keluh kesahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold [END]
Fanfiction[COMPLETED] Highest rank : #3 in Yoonie [120419] #3 in thetruthuntold [100519] Penderitaan. Siapa yang asing dengan kata ini? Semua orang pernah menderita. Tapi bagaimana bila penderitaan itu sendiri membawa kebahagiaan yang tak henti-hentinya bagi...