26% I am Willing

553 72 3
                                    

Dua hari kemudian,

Kim Jennie terlihat mondar mandir bagaikan setrika di ruang tengah apartermennya. Setelah pertemuannya dengan Yoongi terakhir kalinya, ia tak pernah lagi bertemu dengan pria kurus kering itu.

Permintaan Yoongi sangat mengejutkannya, bayangkan bagaimana caramu jika harus berperan seperti seseorang seperti tokoh dalam sebuah drama.

Ditambah pria itu tidak memberinya tambahan waktu. Dihitung dari hari itu Yoongi hanya memberikan waktunya menjawab sampai lusa. Berarti hari ini jatuh temponya!

Jennie baru menyadari langsung panik ketika melihat tanggal di kalender. Dan seperti inilah perang dalam batin wanita itu sekarang.

Jennie's POV,

Aiz bagaimana mungkin aku bisa melupakannya?! Argh... jangan pikirkan itu Jennie..., sekarang pikirkan saja pilihannya. Walaupun kau menolak dengan sekuat apapun Yoongi tidak akan menyerah begitu saja!

Aku meletakkan tangan kiriku di dagu sedangkan tangan yang lain menopang siku tangan kiriku.

Baiklah, mari pikirkan pro dan kontranya.

Pronya adalah dia bisa membantuku menemukan orangtuaku, dan dari sanalah aku akan mempunyai keluarga seperti yang aku inginkan. Namun itu masih dalam artian 'menemui'. Bagaimana bila Yoongi hanya berbicara seperti itu hanya untuk membuatku setuju?

Hm... kurasa pendukungnya hanya satu. Mari bicarakan kontranya,

Kontranya adalah aku tidak terlalu mengenal Naeun, yah... walaupun kami pernah bertemu dan saling mengenal, namun aku lupa dia itu manusia seperti apa. Tetapi dari curhatan Yoongi waktu itu, sepertinya Naeun adalah orang yang pendiam. Ah.., kenapa aku malah berpikir seakan setuju dengan penawaran itu?

Kedua, lagipula jika hanya menemukan orangtua kandungku, bukankah aku bisa mengandalkan Jungkook? Tapi... itu akan melukai perasaannya karena aku hanya memanfaatkan dirinya.

Ketiga, keluarga Wendy juga sepertinya tidak akan setuju bila mengetahui aku akan mencari orangtua kandungku, karena aku pernah ingin mencari namun mereka malah mencegatku.

Ah, sepertinya lebih banyak pertentangannya. Kontranya lebih banyak bila aku menjabarkannya satu persatu. Apa lebih baik aku menolak saja ya? Toh seperti tidak ada artinya.

Aku yang sudah mulai jenuh pun berhenti berjalan dan menghela napas kasar. Walaupun telah memikirkannya, rasanya masih banyak kekurangannya.

Ting'... Tong'....

Aku menoleh ke arah ruangan depan. Apa Yoongi telah datang? Bagaimana ini? Aku belum tahu keputusanku! Argh... bagaimana? Bagaimana? BAGAIMANA?

Ting'... Tong'...

Shit! Belnya berbunyi lagi. Aiz, bagaimana ini.... apa yang harus kukatakan nanti?

Baiklah, tenanglah Kim Jennie. Lihat dahulu siapa yang datang. Semoga bukan Yoongi! Semoga bukan Yoongi! rafalku dalam hati aku sungguh-sungguh berharap itu bukan Yoongi.

Dan ternyata tuhan mewujudkannya. Itu bukan Yoongi, melainkan Wendy. Hm...? Ada apa dia kemari? Tidak seperti biasanya... biasanya dia akan meneleponku terlebih dahulu...

Ting'... Tong'....

"Ya sebentar," ujarku mengambil napas sejenak lalu membukakan pintu untuk Wendy.

Aku tersenyum lebar seperti tidak terjadi apa-apa. Namun senyuman itu kian memudar melihat Wendy yang datang dengan mata yang membengkak.

"Ada apa denganmu?" tanyaku khawatir.

The Truth Untold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang