03% Terror?

1.4K 136 12
                                    

Beberapa hari telah berlalu dari kejadian di mall saat itu, kehidupan Jennie berjalan dengan mulus, tidak ada yang mencurigakan, tidak ada yang mengikutinya. Dan selama itu masih berlangsung, ia tak perlu meminta bantuan dari Tuan Oh.

Jennie berjalan diantara kerumunan orang-orang yang berlalu lalang di setapak jalan khusus untuk pejalan kaki di sekitar jalan Queensway.

Dengan pakaian sweater bertangan panjang hitam~abu-abu yang berselang-seling ditubuhnya, dipadukan dengan celana legging ketat berwarna hitam, dipadukan dengan sepatu heels 10 cm berwarna hitam, juga dengan brand tas terkenal terpasang sempurna dibahunya, banyak pasang mata yang menaruh perhatian pada gadis layaknya seorang malaikat itu.

Dengan pakaian sweater bertangan panjang hitam~abu-abu yang berselang-seling ditubuhnya, dipadukan dengan celana legging ketat berwarna hitam, dipadukan dengan sepatu heels 10 cm berwarna hitam, juga dengan brand tas terkenal terpasang sempurna di...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennie mempercepat langkah kakinya menuju sebuah cafe kecil yang menjadi favoritenya saat pertama kali mengijakkan kakinya di Ottawa. Jennie segera masuk ke cafe itu dan pertama kali yang menyambutnya adalah berbagai aroma kopi yang berebutan masuk ke dalam indra penciumannya.

Tanpa ragu, Jennie menuju salah satu meja kecil yang menempel lekat di kaca besar sebagai pembatas antara cafe dan teras cafe itu. Saat Jennie sedang mengamati jalan, suara seseorang mengintrupsi pendengarannya,

"Excuse me, seperti biasa Ms. Kim?" tanya seorang pelayan yang selalu melayani Jennie saat berkunjung.

"Yeah, reduce a little cream and ice," balas Jennie tak lupa menampilkan pipi tembamnya; tersenyum. Pelayan itu pergi, suara alunan lagu kembali terdengar dipenjuru cafe yang terdominasi sepi itu. Itulah satu hal yang Jennie sukai dari cafe itu; mendapatkan ketenangan walupun hanya sejenak.

🔫🔫🔫

Macet di kota Ottawa bukan lagi suatu fenomena besar, kemacetan tersebut dikarenakan matahari yang hampir tenggelam di barat menandakan akhir dari hari itu.

Yoongi yang terjebak kemacetan lalu lintas itu berdecih dan memukul beberapa kali stir mobilnya, "Lebih baik aku belum pulang tadi," gumamnya sambil memeperhatikan sekitarnya, "Mungkin ada sebuah resto atau cafe diseki--aha! Lebih baik aku mampir sebentar dicafe itu sampai kemacetan ini berkurang," tambahnya membelokkan stir mobilnya ke arah cafe yang merupakan ruko kecil itu.

Setelah sukses memparkirkan mobilnya dengan rapi, Yoongi segera keluar dari mobil mewah berwarna merah itu lalu masuk ke dalam cafe dengan kedua tangan menutupi ditelinganya, he hate uproar.

Saat masuk, Yoongi dapat melihat interior cafe yang terkesan kuno namun classic. Yoongi melangkah ke salah satu tempat di sudut ruangan dimana tempat itu secara langsung bisa melihat pemandangan jalan yang sangat macet, namun saat ia melangkah, seorang pelayan tidak sengaja menumpahkan kopi panas di kemejanya.

"Ah, ma.. maafkan aku Tuan, aku benar-benar minta maaf," ujar pelayan itu menundukkan kepalanya, takut.

"Bagaimana kau ini? Do you have a pair of eyes?" Yoongi menaikkan volume suaranya. "Kenapa harus marah? Itu'kan kesalahan kecil, lagipula ia sudah meminta maaf," ujar seorang perempuan yang tak lain adalah Jennie Kim.

The Truth Untold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang