23% Mystery

473 64 4
                                    

"Apa? Apa maksudmu dia sama sekali tidak mengetahuinya!" teriak Yoongi langsung mendudukkan dirinya.

Sebenarnya pria itu ingin marah karena tidur paginya diganggu oleh dering telepon, namun karena berita ini mengertarkan hatinya, ia tak jadi marah-marah.

"Ini serius, dia tidak tahu dan masih terus mencari kakaknya. Aiz, apa kau yakin Naeun telah meninggal?" tanya yang disebrang, tak lain adalah Park Chanyeol.

"Tentu saja! Dia dikremasi didepan mataku! Aiz, belikan aku tiket pesawat sekarang juga ke Ottawa!" serunya berdiri sembari melepaskan jubah tidurnya, bersiap untuk mandi.

"Memangnya aku ini pembantumu?!" runtuk Chanyeol kesal.

"Belikan saja!" tegas Yoongi segera memutuskam sambungan komunikasi mereka.

Pria itu bergegas membersihkan tubuhnya dan sesegera mungkin kembali ke Ottawa.

🔫🔫🔫

Yoongi's POV.

Aku berdiri didepan gerbang yang membatasi sebuah rumah besar bak istana dengan jalan didepanya. Baru saja ia ingin menekan bel, namun pintu gerbangnya telah dibuka oleh seseorang dari dalam.

"E...Eoh? Sedang apa kau disini?" tanya Wendy.

"A...Aku? Bagaimana denganmu?" Aku berbalik tanya. Seketika diriku ini kehabisan kata-kata padahal banyak yang ingin kubicarakan dengan wanita dihadapanku ini.

Wendy memutar kedua bola matanya malas. "Aku ingin ke minimarket depan. Untuk apa kau kemari? Tunggu, dari mana kau tahu alamat rumah orangtuaku?" tanya Wendy penuh selidik.

"Chanyeol. Aku kemari... Ah bukan, ada yang ingin kubicarakan denganmu," jawabku singkat, padat dan jelas.

Wendy mengerutkan keningnya dan menatap langit yang tiba-tiba mendung. "Ayo masuk," ajaknya mengurung keinginannya berpergian ke minimarket.

Aku hanya bisa tersenyum kikuk dan masuk mengikuti langkah Wendy. Ah ada apa dengan diriku saat ini? Seperti bukan Min Yoongi yang biasanya.

"Tidak jadi ke minimarket, Ms. Son?" tanya salah satu maid perempuan yang lewat.

Son Wendy menggeleng pelan, "Tidak. Akan kusuruh supir Lee untuk membelikan keperluanku saja," balas Wendy.

"Duduklah," ujar Wendy duduk di single sofa sedangkan aku duduk di sofa panjang.

"Wandukong! Siapa pria itu? Pacarmu? Aah.., ternyata anak mommy telah besar..," ujar seorang wanita yang tiba-tiba datang dari lantai 2.

Mungkinkah itu ibunya?.

Wendy memutar kedua bola matanya dan membalas dengan malas, "Mom, dia itu hanya sebatas teman. Lagipula dia kekasih Jihyo," ujar Wendy.

Ah ternyata benar, tunggu apa? Kekasih Jihyo? Aku langsung meralat ucapan itu. "Maaf, aku dan Jihyo tidak mempunyai hubungan lagi," tegasku.

Wendy menoleh dan menatapku mengejek. "Benarkah? Jadi sekarang kau mendekati Jennie?" tanyanya mengejek.

Aku terdiam sejenak, bingung ingin membalas seperti apa. "Itu bukan urusanmu! Lagipula aku datang bukan ingin membicarakan hal itu!" hardiknya. Lama-lama gunung berapi di kepalaku bisa meletus karena berhadapan dengan seorang wanita bernama Son Wendy.

"Oh iya, dimana Jennie?" tanya ibu Wendy seperti mencegah putrinya mengejek tamu pria yang datang ini. Oh, malang sekali nasibku.

Wendy kembali menatap ibunya. "Jennie bilang kini ia berada di apartermennya. Jadi aku tidak perlu khawatir bila terjadi sesuatu dengannya," ujarnya lega.

The Truth Untold [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang