Prologue

74.6K 2.6K 86
                                    

Perhatian : Buku ini berisi konten-konten dewasa yang eksplisit; adegan seks, konsumsi minuman ber-alkohol, dan kekerasan. Tidak dianjurkan bagi pembaca dibawah umur. Buku ini juga murni hasil pemikiran saya, maka dari itu segala bentuk aksi plagariasme dilarang keras. 

©seulrenation23, 2019




***



"Keduanya dikabarkan sudah berkencan sejak November lalu, namun mereka tampak menyembunyikan hal ini dengan baik dari mata publik sampai Dispatch berhasil membongkar semuanya...."

Suara reporter di televisi itu adalah satu-satunya hal yang terdengar di dalam ruangan gelap ini. Ruangan yang gelap; sunyi dan aman.

Aman dari tatapan-tatapan mata yang seakan ingin memburuku bagaikan predator pada mangsanya.

Aman dari kilatan-kilatan kamera yang dengan cepat menangkap seluruh gerak-gerik-ku.

Aman dari jangkauan orang-orang mengerikan yang selalu mengikutiku dan seakan ingin menelanjangiku ditempat saat itu juga.

Setidaknya untuk sebentar saja... aku bisa memiliki ruang untuk bernapas lega.

"....Mereka juga terlihat memiliki barang yang sama seperti topi-"

Klik

Layar besar yang tadinya menyala terang itu mati, seketika membuat suasana yang tadinya sunyi semakin sunyi sepi. Televisi yang menjadi satu-satunya sumber cahaya pun sekarang padam.

"Jangan menonton acara berita, Joohyun."

Suara serak itu memperingatkan, membuatku mengalihkan tatapan dari layar lebar televisi itu pada sosok yang terbaring tepat disebelahku; memandang monolidnya yang setengah terbuka karena mengantuk.

"Memangnya kenapa?" aku berbisik, mencoba membaca raut wajahnya dalam kegelapan. Aku mendengar ia menghela napas lelah, lengan kuatnya mengerat disekitar perutku lalu menarikku lebih dalam pada pelukanya setelah ia meletakan remote TV di sembarang tempat.

"Aku hanya tidak suka." katanya singkat masih dengan suara yang parau; menggelitik di telinga dan membuat seisi perutku terasa geli.

"Arrasseo," aku mengiyakan, menyerah dan tenggelam dalam pelukanya yang hangat. Dan fakta bahwa kita berdua saat ini telanjang dibalik selimut membuatku semakin merasa hangat; sangat hangat sampai rasanya terbakar.

Sprei berantakan yang aromanya sudah bercampur-campur; antara parfum, keringat, dan juga cairan cinta kami anehnya membuatku merasa semakin nyaman. Mungkin ini semua sudah terlalu familiar bagiku.

Aku suka.

"Hmm~" Aku bergumam pelan saat merasakan telapak tanganya yang lembut mulai mengusap punggung telanjangku, berpindah ke pinggang dan semakin turun menuju lekukan punggung bagian bawahku sebelum akhirnya berhenti tepat di pantatku.

"Joohyun, aku tidak akan pernah memaafkanmu jika orang yang sedang hangat diberitakan saat ini adalah kau." ia mengancam sebelum bibir tipisnya mendarat di pundakku.

Kekehan pelan terlontar dari bibirku yang sedikit terbuka, menahan desahan nikmat dari sensasi yang telapak tangan dan bibirnya buat di sekujur tubuhku yang memanas.

"Seulgi-ya," Aku dengan cepat mendorong tubuhnya yang lebih besar dariku itu sampai ia terlentang bebas diatas kasur, membuatku dengan leluasa langsung menduduki perut kencangnya.

"Aku tidak akan pernah mengkhianatimu, sayang," ujarku meyakinkan, memastikan mataku menatap matanya dalam.

Seulgi terdiam menatapku juga; bibir tipisnya yang sekilas membengkak itu sedikit terbuka, rambut gelapnya berantakan diatas bantal dan aku bersumpah dia terlihat sangat menggoda tanpa dia sadari.

"Aku..." Menyelipkan rambut panjangku kebelakang telinga, aku menurunkan wajahku mendekat kearah Seulgi, menyentuh garis rahangnya dengan ujung jari.

"Mana mungkin aku akan terbuai oleh pesona laki-laki diluar sana saat aku sudah memilikimu yang jauh lebih baik dari mereka," kataku pelan hampir berbisik, jariku yang pucat terus membelai wajahnya.

"Mana mungkin aku akan meninggalkan mata ini..."

Aku mengecup kelopak matanya lembut.

"Yang selalu melihatku penuh cinta?"

Seulgi masih terdiam, tapi aku bisa merasakan napasnya yang mulai memburu, ujung bibirnya juga berkedut-kedut seakan menahan senyuman lebar.

"Mana mungkin aku meninggalkan bibir ini..."

"Yang selalu bisa menciumku dengan begitu hebat," lanjutku sambil menjambak rambutnya pelan. "...sangat hebat sampai rasanya aku mabuk setiap kali kau menciumku."

Kudengar Seulgi sedikit mendesah saat bibirku menciumi dagu lalu turun ke lehernya. Kedua tanganya memegang pinggangku erat diatas tubuhnya.

"Mana mungkin aku meninggalkan orang yang bisa menjamah ku dengan begitu baik?"

Seulgi kehilangan kesabaranya.

Ia dengan kasar menidurkanku diatas ranjang, tubuh dan lenganya segera menindihku. Kutatap matanya yang berkilat dengan nafsu, bergidik saat napas panasnya yang tersengal-sengal meniup wajahku.

Nafsu yang membuatku terangsang.

Kulingkarkan kedua lenganku di lehernya, menariknya lebih rendah hingga ujung hidung kami bersentuhan lalu berbisik;

"I'm so into you..."

Bibir kami menyatu dalam pagutan yang penuh nafsu, tangan nakal Seulgi tidak mau diam dan terus menggerayangi kulitku.

Aku merasakan kedua lenganya menyelip diantara ranjang dan punggungku, menarikku lebih dalam walaupun tidak mungkin karena kami sudah sangat menempel. Kelopak mata kami perlahan terpejam selagi bibir kami mendekat, dan akhirnya menyatu dalam ciuman lembut.

Seulgi...

Semua orang memperhatikan kita. Tapi jangan biarkan mereka melihat ini.

INTO YOU

Buku I

[M] Into You - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang