“... Auditor Superior de la Federación, David Colmenares, señaló que en las entidades prevalece el control de los Gobernadores sobre los órganos de auditoría locales, lo que ha impedido avanzar en un sistema efectivo de fiscalización..."
Suara reporter televisi mengisi keheningan ruangan sunyi ini dan selagi mataku terpaku pada layar, sayup kudengar deruan ombak lautan yang menghantam pantai dari kejauhan.
Sinar matahari terang mengintip dari balik gorden yang tertiup angin; menerangi lantai kayu yang sudah mengkilap semakin terlihat mengkilap, menghembuskan hawa segar kedalam ruangan yang sedikit tertutup ini.
"Ngh~"
Layar televisi itu mati dan seketika; kurasakan satu lengan kuat menyelinap dibawah selimut untuk melingkari pinggangku erat.
"Kubilang jangan menonton acara berita, Hyunnie."
Aku terkekeh mendengar suaranya yang berucap serak, malas dan mengantuk. Kepalaku tertoleh kesamping hanya untuk melihat wajahnya yang begitu dekat denganku; tersenyum lemah saat monolidnya terkerjap sebelum perlahan terbuka.
"Mianhae," kekehku lagi. "Suaranya pasti membangunkanmu."
"Hmm~" ia bergumam malas seraya mengeratkan pelukannya dan dengan inisiatifku; aku berbaring menyamping agar bisa balik memeluknya.
"Lagipula, memangnya kau mengerti apa yang mereka bicarakan?" tanyanya masih dengan nada malas yang serak namun tak sedikitpun dekapannya mengendur.
"... Ani." jawabku pelan dengan suara teredam dalam ceruk lehernya yang hangat.
Ia mendengus geli, dadanya sedikit terguncang begitu ia lanjut tertawa pelan mendengar jawabanku.
Melihat reaksinya, pipiku menggembung sebal dan akupun mendorong bahunya yang telanjang dengan sedikit kuat; membuat ia hanya semakin terkikik geli.
"Yah, aku kan sedang belajar!" omelku dengan bibir sedikit berkerucut.
"Arrasseo, arrasseo!" ujarnya disela tawa. Ia kemudian semakin memeluk tubuhku erat dan kurasakan bibir lembutnya mengecup pucuk kepalaku lembut.
Hidungku menghembuskan helaan nafas panjang begitu ia mengusapkan telapak tangannya di sekujur punggungku; membelai setiap inci kulitku dengan begitu teliti dan penuh dengan rasa memuja.
Rasanya mulai memanas, tubuh kami berdua yang hanya tertutupi selimut semakin menempel dibaliknya; berusaha untuk mendekat semaksimal mungkin walaupun mustahil karena aku mulai merasa sesak.
Seulgi mendekapku begitu erat.
Dan aku menyukainya.
"Walaupun begitu," ujarnya dalam bisikan parau tanpa berhenti mengelus punggungku. "Akan lebih baik jika aku terbangun oleh suaramu daripada suara reporter TV itu."
Mendengar pengakuannya membuat bibirku tersenyum lebar namun kemudian terkesiap kaget saat telapak lembutnya bergerak semakin rendah; menangkup pantatku untuk kemudian ia remas pelan.
"Seulgi!" pekikku cukup nyaring.
Seulgi hanya tertawa seraya menggerakkan tubuhnya; menindihku dibawah sosok tegapnya diatas ranjang yang terguncang seiring pergerakkannya yang tiba-tiba.
Aku hanya mampu tersenyum padanya, pada akhirnya bisa menatap wajahnya dengan jelas; tersinari oleh cahaya matahari yang membuat irisnya terlihat bercahaya terang.
Seulgi tidak berubah setelah selama ini...
Surai gelapnya masih disana; tergerai bebas dan berjatuhan di setiap sisi wajahnya yang cantik, pipinya yang penuh juga masih disana walupun kulihat gurat-gurat kedewasaan melekat di rahangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Into You - Completed
Fanfiction🔞MATURE CONTENT [NC, GxG] "Got everyone watching us, so baby, let's keep it secret."