Aku seakan kehilangan matahari.
Tanpa kehadiran Seulgi, tak ada alasan bagiku untuk tertawa. Jangankan tertawa, tersenyum pun rasanya begitu sulit.
Dengan setiap nafas kuhirup, lubang besar yang seakan merobek dadaku terasa sangat menyakitkan; menyiksa jiwa yang menggila karena absennya Seulgi.
Aku memandang pantulan diriku sendiri dicermin; memperhatikan setiap inci kulit wajahku yang bersinar oleh balutan make up.
Mereka tidak tahu.
Dibalik mata yang kata mereka 'indah' ini, tersembunyi berjuta-juta kepedihan. Lapisan kosmetik yang dengan baiknya menghalangi kantung dan lingkaran hitam mataku ini; bukti akan malam-malam yang aku lalui dengan tangisan.
Dan lipstick merah merekah ini...
Menyamarkan bekas-bekas kecupan, ciuman, dan gigitan yang Seulgi ciptakan jauh-jauh hari dan aku benci itu. Aku benci kalau aku harus menutupi bukti sentuhan Seulgi.
Dan balutan kain mewah, atau mahal atau fancy; apapun kau menyebutnya juga sama saja. Sentuhan Gucci tak akan bisa melampaui jamahan Seulgi di seluruh tubuhku.
Deringan ponselku menggetarkan meja rias, akupun menunduk dan membaca kontak yang termpampang; seketika merasa sesak saat mengenali siapa itu.
"Halo?"
Aku menarik nafas berat; mencoba menahan debaran jantungku yang berdenyut tak nyaman.
"Ya."
"Aku sudah menunggumu diluar."
"Baiklah. Aku akan segera datang."
Aku langsung menutup sambungan telepon, menghela nafas panjang lalu kembali melihat pantulan sosokku di cermin. Berbalik badan lalu melangkahkan kakiku keluar.
-
Heels yang kupakai berdentum diatas lantai dengan setiap langkah kakiku, memantul ke tembok koridor sepi yang menuntunku keluar dari bangunan besar ini.
Meraih kenop pintu, aku lanjut melangkah keluar dan langsung diterpa angin malam yang membuatku merinding; mataku langsung menangkap sebuah mercedes benz yang sudah terparkir tepat dihadapanku.
Tak membuang banyak waktu; aku langsung menghampiri kendaraan bercat hitam itu lalu membuka pintu, gemetar saat kulihat sosok itu sudah menungguku di kursi pengemudi; senyuman kecil tersungging di bibir tipisnya.
"Hai." sapanya canggung.
Aku menjawab dengan bantingan pintu mobilnya daripada dengan suaraku; membuat tubuh kekar dan tegapnya terhenyak kaget.
"Ekhem." ia terbatuk lalu kembali menatap kedepan, jarinya mencengkram setir selagi ia bersiap untuk menjalankan mobil.
Aku hanya terdiam, menyilangkan kedua lenganku di depan dada tak senang dan menatap keluar jendela; menyembunyikan mataku yang mulai memerah dan berkaca-kaca.
"Um, apa... ada tempat yang ingin kau kunjungi?" tanyanya ragu bahkan mungkin sedikit takut.
Helaan nafas kesal terhembus dari hidungku, aku masih belum mau memandang wajahnya dan hanya terus menatap keluar jendela; mengeraskan rahangku untuk menahan isakkan tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Into You - Completed
Fanfiction🔞MATURE CONTENT [NC, GxG] "Got everyone watching us, so baby, let's keep it secret."