Warn : Explicit Smut!
Aku mencium bibir Seulgi.
Diatas pangkuanya; terjebak dalam dekapan hangat kedua lengan kuatnya yang mengelilingi tubuhku.
Kedua bibir kami bergerak seirama mencicipi rasa manis masing-masing. Seulgi masih sedikit pasif sehingga memaksaku untuk melakukan sedikit dorongan lagi.
Kedua telapak tanganku yang tadinya mengusap leher Seulgi perlahan berpindah ke bahunya, menekanya sedikit keras selagi aku mulai menggigit bibir bawahnya.
Dengan desahan lemah, ia perlahan membuka mulutnya; menyambut lidahku untuk masuk dan segera meladeni permainanku.
Ciumanya berjalan pelan namun tetap intens, tubuhku serasa membara setiap kali kami berciuman dan kolam air panas ini sama sekali tidak membantu.
Nafasku mulai terputus-putus kala Seulgi sama sekali tidak memberiku ruang untuk mengambil oksigen sedikitpun, bahkan ia menggunakan satu tanganya untuk menekan tengkukku lebih dalam.
"Ngh~" Aku mendesah dalam ciumanya yang mulai mengasar, tanganku berpegang erat pada pundak dan lehernya; mengalah dan membiarkan ia mendominasi.
Aku tahu Seulgi juga mulai kesulitan bernafas tapi ia tidak mau berhenti bahkan ketika aku terus mendesah kesakitan. Dengan satu tarikan kuat di rambutnya, ciuman kami pun terputus.
"Haah... haah..."
Aku menatap sayu padanya sambil mengatur bernafas, ujung jariku menjejaki garis rahang Seulgi hingga berhenti di ujung bibirnya; mengusapnya lembut dengan ibu jari.
"Aku mencintaimu." Nyataku dengan bisikkan manis tepat didepan bibirnya. Seulgi tidak langsung bereaksi, mata monolidnya tenggelam dalam pandanganku.
"Kumohon, percayalah padaku." lanjutku sambil terus menatap matanya.
Ini sangat menyakitkan; melihat Seulgi yang jelas-jelas merasa insecure membuatku ingin menunjukkan pada semua orang bahwa aku adalah miliknya.
Namun lagi, kami tidak bisa melakukan hal itu.
"Aku percaya padamu." ujarnya setelah beberapa saat. "Aku hanya... takut."
Mendengar itu aku langsung mengangguk paham. Lenganku yang sedari tadi bertengger nyaman disekitar lehernya mengerat untuk mendekatkan kedua wajah kami.
"Aku mengerti." kataku. Ku kecup ujung bibirnya sebelum perlahan berpindah ke rahangnya, menjilatya sedikit sampai akhirnya berhenti tepat di telinganya.
"Tapi kumohon, yakinlah kalau aku tidak menginginkan yang lain." aku berbisik lalu tidak menunggu lebih lama lagi untuk menggigiti daun telinganya diantara helaian rambut.
Tubuh Seulgi sedikit bergetar saat aku melakukan itu. Namun aku tidak berhenti dan lanjut mengunyah telinganya lembut; membuat desahan serak keluar dari mulutnya.
"Aku hanya menginginkanmu, Seulgi." aku meyakinkan setelah satu gigitan terakhir di cuping telinganya.
Ia terkesiap; tergoda dan terangsang.
"Seberapa besar kau menginginkanku?" tanya Seulgi dengan nafas yang sedikit tercekat. Kedua tanganya yang tadi terdiam mendekapku sekarang bergerak nakal di sekitar pinggangku.
"Sangat besar." aku menjawabnya singkat.
Mungkin Seulgi sudah mulai merasa frustrasi, aku meringis sakit ketika kurasa jari-jarinya mencengkram hampir semua bagian belakang tubuhku.
"Ah," Erangan tertahan keluar dari mulutku kala kuku jarinya sedikit mencakar punggung bawahku kasar.
"Seul..."
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] Into You - Completed
Fanfiction🔞MATURE CONTENT [NC, GxG] "Got everyone watching us, so baby, let's keep it secret."