10. Quarrel

19.3K 1.3K 128
                                    

Notes : all credits of edited pics to the rightful owners.







Aku dan Seulgi tidak saling bicara.

Tidak sedikitpun. Sepanjang perjalanan pulang kami bahkan duduk berjauhan di pesawat, memasang earphones dan berpura-pura tidur atau sibuk bermain ponsel.

Wendy yang mengerti suasana mencekam diantara aku dan Seulgi hanya diam; mungkin menunggu waktu yang tepat untuk menanyakanku seluruh kejadianya.

Joy dan Yerim juga sepertinya mengerti; mereka hanya tidak tahu apa penyebab yang sebenarnya.

Dan... kali ini aku tidak mau mengalah; maksudku, ini bukan sepenuhnya salahku, kan? Seulgi sendiri yang menjauh dariku.

Jika saja Seulgi terus bersamaku, mungkin dia tidak akan membiarkan Suho mendekatiku apalagi menggenggam tanganku.

Jadi, aku akan menunggu apa yang akan dia lakukan kali ini karena aku tidak akan mengambil langkah apapun!

Dengan suasana hati yang sangat buruk
ditambah tenaga yang sudah terkuras habis, aku cepat tertidur dalam perjalanan; meringkuk dibalik selimut lalu terlelap.

Hhh... lupakan tentang Seulgi dan kecemburuan bodohnya itu untuk sementara karena tulangku akan segera remuk rasanya.





-





Van kami melambat dan perlahan berhenti tepat didepan bangunan dorm; lampu-lampu luarnya menyala dalam kegelapan pagi buta.

Mesin mobilpun segera berhenti dan manager kami yang terduduk dikursi pengemudi melepaskan seatbelt-nya sebelum membukakan pintu.

"Semuanya, kita sudah sampai." katanya dengan sedikit berteriak, "Ayo bangun."

Helaan nafas lelah dan uapan malas seketika terdengar, aku dengan lemas mulai beranjak bangun lalu membuka pintu mobil; membantu Yerim yang masih setengah tersadar untuk melangkah keluar.

"Jangan lakukan apapun setelah ini, pergi tidur dan beristirahat sebanyak mungkin." manager kami berpesan seraya mengeluarkan koper yang cukup besar dari bagasi.

Kami semua hanya menganggukkan kepala lesu. Dengan mata yang setengah tertutup, kami berjalan seperti mayat hidup sambil menyeret koper dan menggendong ransel kedalam dorm.

"Bereskan barang kalian lain kali," ujarnya setelah kami masuk kedalam, "Tidurlah. Terutama kau, Seulgi, kau ada jadwal syuting siang ini."

"Iya." Seulgi menjawab lemas dari kejauhan.

"Iya... terima kasih." jawabku serak selagi mendendang converse-ku di koridor rumah menuju ruang tengah.

Trio Joy, Wendy, dan Yerim segera berhamburan masuk kekamar mereka masing-masing, manager kami juga langsung pamit setelah selesai membawakan barang-barang.

Aku terduduk di sofa sejenak dengan helaan nafas panjang, membuka mantel tebal yang kupakai lalu meletakkanya kesamping.

Aku tidak memedulikan Seulgi yang baru saja datang. Ia juga bertingkah seakan aku tidak disini; mengabaikanku lalu berjalan lunglai menuju kamarnya tanpa menoleh kearahku sedikitpun.

Apa-apaan itu?

Dengan hembusan nafas jengkel aku berdiri tegap, mengambil mantelku lalu pergi memanjat tangga menuju kamarku; membuka pintunya kasar lalu membantingnya.

[M] Into You - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang