Part 30 : Penjelasan untuk adek

232 21 3
                                    

HYEMI-

Seokjin itu mantan yang luar biasa. Dia baik. Dia manis. Iya, awalnya memang aku kesal dan benci setengah mati padanya. Tapi saat itu, hari-hari dimana aku jatuh, aku bersyukur dia menompangku yang rapuh. Iya, dengan kehangatannya yang merengkuhku yang begitu lemah, dia menguatkan. Dia memberi kenyamanan.

"Kau harus melanjutkan hidup, Hyemi ..."

Aku menunduk, terkekeh. Menertawai kata-kata Taehyung perihal 'melanjutkan hidup'. Lucu sekali rasanya mengingat dia bahkan menangis bersamaku waktu itu. Lalu sekarang dia memintaku melanjutkan hidup? Hidupku bahkan sudah hancur. Hidupku adalah Jungkook. Bagaimana bisa aku hidup tanpa Jungkook?

Setelah hari itu, aku jadi lebih menyendiri. Tidak banyak bicara. Bahkan aku lebih suka ke cafe sendirian ketimbang kumpul bersama Taehyung dan Jimin. Membunuh rindu. Membunuh benci. Jungkook jahat. Ia tak menepati janji. Anak jahat!

Aku membenamkan wajahku di kedua telapak tangan. Tidak ingin menangis dihadapan orang.

"Hyemi," sebuah tangan menyentuh bahuku. Aku kenal suara itu.

"Seokjin ..." ucapku tanpa melihat kearahnya. Tapi aku merasa ia sudah duduk disampingku sekarang.

"Tidak apa-apa." Dia menepuk-nepuk punggungku. "Aku tidak akan melarangmu menangis. Menangis saja."

Dia membenamkan kepalaku ke dalam mantelnya. Menutupiku yang menangis dan bersandar pada dada bidangnya.

Hal yang ku sukai dari dia adalah perasaan nyaman yang saat ini bahkan tidak diberikan oleh Jimin sepupuku dan Taehyung sahabatku.

Saat itu aku kacau sekali. Mungkin jika pria lain, pria itu akan mengambil kesempatan dalam situasiku yang sedang hancur-hancurnya seperti saat itu. Mencari kesempatan dengan membuka kakiku lebar-lebar diatas kasur dengan dalih menenangkan. Tapi sungguh, Seokjin bukan pria berengsek seperti itu. Ia hanya diam membiarkanku menangis sampai lelah. Pun akhirnya dia berbicara begitu lembut. Meyakinkan padaku bahwa aku hanya salah paham pada maksud Taehyung. Dia juga mengatakan bahwa Taehyung sama hancurnya denganku.

Maka hari itu juga, ia membawaku menemui Taehyung untuk berbaikan. Ya, semuanya membaik. Baik sekali. Aku bahkan bisa hidup dengan normal. Melanjutkan segala aktivitasku, juga menanti orang yang ku cintai bangun. Kalau orang bilang aku harus mencoba merelakan Jungkook, aku tak peduli. Aku tahu Jungkook itu orang yang teguh pada janjinya.

Semuanya berjalan normal. Dan normal sekali untuk keluargaku mendesak agar aku segera menetapkan pilihan. Aku pernah cerita tentang Jungkook pada mereka saat awal Jungkook koma. Mereka mengerti. Meski tak begitu mendukung keputusanku, tapi bukan berarti mereka menghalangiku menunggu. Hari-hari berlalu, umurku juga semakin bertambah. Jungkook masih tak sadar. Mungkin mereka bosan, walau sejujurnya aku lebih bosan dengan desakan mereka untuk menikah. Banyak sekali tawaran kencan buta yang datang padaku. Tapi tetap saja, aku menolak. Aku tahu aku bodoh. Apa yang ku harapkan dari Jungkook yang bahkan tak ada jaminan sadar? Tapi entahlah. Aku masih meyakini bahwa dia akan pulih. Terserah kapan. Aku akan menunggu.

Di sela keyakinanku, Seokjin melamarku di taman yang penuh kenanganku dengannya. Sebenarnya itu manis sekali. Bahkan apa yang pernah kami lalui saat masih bersama, begitu saja berputar di kepalaku seperti film yang berputar di roll-nya.


"

Menikahlah denganku, Hyemi ..." ucap Seokjin membuatku ingin menangis rasanya. Sungguh, ia sudah terlambat. Hatiku bahkan cuma mendetakkan nama adek.

"Aku tahu kau masih nunggu adek bangun. Kau masih cinta adek dan sampai saat ini pun masih adek yang kau pikirkan, Hyemi. Tapi aku sungguh-sungguh mengatakan ini. Aku tidak masalah. Saat kau sudah menikah denganku, kau masih menanti Jungkook pun tak masalah untukku. Aku akan berusaha semampuku membuatmu jatuh cinta padaku seperti dulu. Membuatmu bahagia seperti yang di inginkan semua orang. Orang tua kita, orang tua Jungkook, Jimin, Taehyung, semua."

Little 'Namchin' (Rate-M ⚠🔞Jeon Jungkook) ✔ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang