HTBU [11]

15.2K 3K 320
                                    

"Selamat pagi!" gue yang baru bangun hanya bisa terkekeh mendengar sapaan Tasha yang semangat.

"Nyenyak banget tidurnya ya?" Tasha mengecup dahi gue lalu terkekeh sebelum akhirnya mengecup seluruh muka gue dan berakhir di bibir.

"Aku udah buat sarapan- kamu cuci muka sama sikat gigi dulu baru makan. Aku mau ke kamar Charles dulu." gue mengangguk sambil tersenyum kemudian menatap punggung Tasha yang semakin menjauh kemudian menghilang dari pandangan.

Gue merubah posisi tidur menjadi duduk kemudian memikirkan banyak hal salah satunya hubungan gue dengan Tasha. Gue sayang sama Tasha tapi rasa sayang itu perlahan mulai hilang yang membuat gue sedikit kurang nyaman. Gue masih merasa cemburu dan masih ingin diperhatikan oleh Tasha tapi ada perasaan yang mengganjal setiap kali gue menerima perlakuan manis dari Tasha.

It sucks you know. When you love someone but your feel for them start fading.

Gue sudah bercerita banyak ke Charles dan Kuncoro pastinya. Gue memikirkan ini sebenarnya sudah sekitar 5 bulan dan gue baru memutuskan untuk menyudahi hubungan ini awal tahun 2019. Charles dan Kun menanyakan pada gue apakah gue yakin dengan keputusan gue? Awalnya gue ragu namun setelah gue menjelaskan perasaan gue mereka mengerti. Mereka memberi saran untuk menyuruh gue untuk tidak gegabah dan menerima konsekuensinya nanti.

"Kok bengong?" Tasha menghampiri gue yang masih terdiam memikirkan banyak hal.

Tasha, coba kamu tau. Aku bisa jamin kalau kamu benci sama aku.

"Masih mengumpulkan nyawa." ujar gue.

"Aku tunggu di bawah ya." Tasha menutup pintu kamar gue dan gue menghela napas dengan kasar sambil memaki diri gue sendiri.

Gue menuju dapur dan melihat pandangan yang kurang menyenangkan pagi ini. Bukan Tasha tapi ketiga laki-laki dengan wajah yang membengkak serta mata bengap. Jeffry, Charles, dan Kuncoro pastinya. Mereka bertiga memutuskan untuk minum hingga jam 4 pagi dan menonton salah satu film Thailand yang sedang terputar di channel TV yang berjudul A Little Thing Called Love. Gue dan Tasha ikut menonton film itu tapi bukannya menangis kita malah sibuk menertawakan Kun sama Jeffry yang menangis meraung-raung. Apa lagi ketika Nam tau jika Shone sudah berpacaran.

Charles? Dia menahan nangis sambil menepuk dadanya berkali-kali.

"Sawadikap," ledek gue yang langsung mendapat tatapan tajam yang siap membunuh dari mereka.

"Kita mau pergi ke mana Tas?" tanya gue lalu menarik kursi di sebelah Tasha.

"Keliling Jakarta- aku jadi supir kamu cukup duduk manis dan menikmati." gue mengangguk kemudian mengambil roti panggang yang sedikit gosong dan langsung menggigit ujungnya.

"Besok futsal lah," ajak Charles padahal kita semu tau jika Charles kurang ahli saat bermain futsal.

"Gue jadi tim hore aja ya," ujar gue yang mendapat lemparan pinggir roti dari Charles.

"Gue tau lo cupu tapi jangan jadi tim hore lah. Diajak sparing nih kita."

Pada akhirnya gue menyetujui ajakan Charles karena Tasha bilang ia mau menonton futsal.

Jeffry pulang lebih dulu karena ia harus ke rumah tantenya yang berulang tahun. Gue dan Tasha juga sedang bersiap untuk pergi keliling Jakarta. Gue sebenarnya menantikan kejutan dari Tasha selain hadiah yang semalam dia kasih.

"Karena udah mau masuk jam makan siang kita langsung makan ya?" gue mengangguk kemudian kembali memperhatikan jalanan.

"Petak sembilan?" Tasha mengangguk lalu mematikan mesin mobil.

Gue mengikuti Tasha yang keluar dari mobil. Petak sembilan itu pasti ramai setengah mati apa lagi sebentar lagi Imlek. Baru memasuki kawasan aja lagu-lagu Mandarin dan ornamen yang menggambarkan Imlek sudah bertebaran. Gue bahkan gabisa berjalan beriringan dengan Tasha karena terlalu ramai yang membuat gue terpaksa berjalan di belakangnya.

"Aku mau beli angpao ya? Mama titip," gue mengangguk lalu berdiri di sebelah Tasha yang sedang melihat-lihat angpao dengan berbagai gambar. Tasha itu benar-benar kayak ibu-ibu kalau di pasar. Tawar terus sampai si pedagang setuju kalau pedagang tidak setuju pergi lalu siap dipanggil lagi.

"Mau makan apa sih?" tanya gue yang sekarang sudah berjalan beriringan dengan Tasha.

"Your favorite- mie ayam!" gue terkekeh ketika melihat Tasha menjawab pertanyaan gue dengan semangat. Gue ini pecinta mie ayam garis keras. Mau mie ayam gerobak sampai mie ayam yang dijual di resto juga gue suka yang penting enak.

Tasha membawa gue ke sebuah rumah makan yang tidak terlalu besar yang penuh dengan ornamen imlek ditambah lagu Mandarin yang mengalun. Tasha memang keturunan tionghoa begitu juga dengan gue tapi keluarga gue sudah tidak se-kental itu lain hal dengan keluarga Tasha.

Selesai makan mie ayam yang super enak itu Tasha membawa gue keliling sebentar lalu pergi ke destinasi berikutnya.

"Ancol?" Tasha mengangguk.

"Kita mau ngapain? Main di dufan?" tanya gue.

"Engga, kita ke Sea World lihat binatang lucu siapa tau kamu ketemu kembaran."

"Kembaran?"

"Cumi-cumi," Tasha terkekeh yang membuat gue juga ikut terkekeh padahal gue harusnya sakit hati tapi gue malah terkekeh.

Gue sepertinya harus mengenang momen ini dengan baik. Ini kali terakhirnya gue menikmati ulang tahun bersama Tasha kan? Menikmati setiap rencana yang ia buat untuk ulang tahun gue?

To be continue

Ges, kalau aku bikin how to series kira-kira apa nih?

Drop your idea below ya

How to...

Cast...

Thank you

How to Break Up -DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang