"Tas, panas kamu masih tinggi? Ke dokter aja yuk." gue memutuskan untuk menghubungi Tasha ketika ia dari malam kemarin hingga malam ini tidak membalas pesan gue.
"Gapapa Daryl- aku cuma uhuk uhuk kurang enak badan. Paling masuk angin." ujarnya dengan lemah yang juga diselingi batuk. Gimana pun juga Tasha ini masih berstatus pacar gue dan kayaknya semua orang bakal khawatir kalau orang terdekat mereka itu sakit bukan hanya pacar. Charles sakit aja gue panik soalnya kalau dia mati gue ga punya sahabat.
"Kamu sendiri kan di rumah?" tanya gue memastikan karena setau gue orang tua Tasha diberi hadiah oleh ketiga anaknya ditambah sepupu Tasha yang bernama Mark untuk honey moon ke Italia dan Perancis untuk merayakan anniversary mereka.
"Ada Mark kok." Gue rasa si Tasha ini bisa pingsan kapan aja tanpa ada yang tau. Hanya dengan suara gue bisa tau betul kalau ia udah dalam kondisi yang sangat lemah. Gue hanya belum mendapat laporan dari Mark jika Tasha muntah-muntah.
"Yaudah, matiin teleponnya abis itu bobo ya."
"Okay, love you." ujarnya lalu mematikan panggilan.
Gue langsung menelepon Mark dan menanyakan keadaan Tasha. Kata Mark, Tasha belum makan sejak tadi siang dan Tasha sudah muntah belasan kali. Obat muntah yang biasanya ia minum juga ia muntahkan.
"Mah, aku ke Tasha." gue langsung bergegas menuju rumah Tasha yang untungnya hanya sekitar 10 menit dari rumah. Ini juga udah jam sebelas jadi jalanan lebih senggang daripada siang hari.
Gue langsung parkir tepat di depan rumah Tasha dan langsung masuk ke dalam layaknya gue salah satu manusia yang tinggal di rumah. Gue bertemu Mark yang baru saja kembali dari dapur sambil membawa satu botol air mineral berukuran seliter.
"Mark, kita bawa ke UGD aja gimana? Asam lambung dia naik gue rasa." ujar gue lalu menaiki tangga bersama dengan Mark.
"Gue udah suruh dia ke rumah sakit tapi dia gamau." ujar Mark. Gue membuka pintu kamar Tasha dan hati gue rasanya sakit melihat Tasha yang biasanya semangat sekarang terbaring lemah apa lagi wajahnya yang pucat membuat gue makin tidak tega.
"Tas, minum dulu abis itu ke rumah sakit yuk." gue mengelus rambut Tasha lalu memberi kode kepada Mark untuk menyiapkan mobil.
"Daryl?" racau Tasha.
"Iya ini aku- kita ke rumah sakit ya?" Tasha ga menolak ajakkan gue dan ia juga ga menolak segelas air yang gue berikan. Baru beberapa detik setelah Tasha minum ia langsung memuntahkan air itu di ember yang sengaja di taruh di sisi ranjangnya.
Tasha kalau sakit itu pasti muntah. Apa aja yang masuk ke dalam perutnya pasti ia muntahin lagi.
Gue menggendong Tasha sampai ke dalam mobil. Mark yang menyetir sedangkan gue di belakang menemani Tasha. Gue langsung membawa Tasha ke dalam UGD agar langsung mendapat tindakan. Gue dan Mark menunggu di depan ruang UGD layaknya orang bodoh.
"Gue ngantuk banget sih ini." ujar Mark kemudian ia menguap dengan lebar yang membuat gue juga ikut menguap.
"Makasih ya ka, gue gatau sih gimana keadaan itu orang kalau lo ga dateng dan bawa dia ke rumah sakit. Tasha nurut banget sama lo.
"Gue kan cowoknya Tasha ya pasti gue khawatir sama dia. Semua orang pasti panik ketika dengar orang terdekat mereka sakit." ujar gue.
Gue sama sekali ga terbisit untuk memikirkan cara memutuskan pacar untuk kali ini. Otak gue sudah terlalu lelah dibuat panik oleh Tasha karena sakit. Dipikiran gue Tasha harus sembuh. Gue ga sebejat itu. Gue sayang Tasha walau tidak seperti dulu tapi gue sayang dan peduli dengan dia.
"Bro, makasih karena udah jagain Tasha." Mark menepuk pundak gue lalu pergi ke bagian administrasi.
"Mark," panggil gue untungnya keadaan rumah sakit tidak ramai jadi gue tidak mengganggu lainnya.
"Biar gue aja yang bayar."
How to Break Up
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.