Tahsa PoV
"Ayo kita selesaikan,"
"Kita selesaikan hubungan ini."
Jangan tanya padaku darimana aku mendapat keberanian untuk mengatakan itu. Aku sudah mempersiapkan diri dengan matang untuk mengeluarkan kalimat 'keramat' itu sejak beberapa bulan lalu tapi aku masih tidak menyangka jika aku mengatakan kalimat keramat itu hari ini.
Setelah membayar makanan aku berjalan keluar sambil berusaha keras untuk menahan air mata yang sebenarnya sudah turun sejak tadi dalam toilet.
Aku sayang dengan Daryl tapi jika terus begini aku akan menyakiti hati Daryl. Aku sadar akhir ini aku lebih egois dan kurang memperhatikan Daryl. Daryl mungkin merasakan jika aku berubah. Mungkin hal itu yang membuat Daryl juga berubah, ia akan bertingkah seolah ia sangat mencintaiku lalu keesokan ia mendiamiku bahkan mengabaikanku.
Aku merasa bersalah karena aku tahu Daryl kecewa denganku. Matanya menjelaskan semuanya. Daryl mungkin tidak berbicara banyak tadi tapi aku tahu jika ia memiliki sejuta kata yang berlarian di otaknya.
"Ka Tasha?" aku mengangkat kepala yang sejak tadi aku tundukkan saat jalan bahkan aku menabrak beberapa orang secara tidak sengaja.
"Jeno?" aku baru ingin bertanya lebih lanjut tapi Jeffry muncul dari lorong toilet.
"Tasha?" Jeffry sepertinya paham dengan situasiku yang sedang tidak memungkinkan jadi ia membisikkan sesuatu pada Jeno.
"Ka Tasha, Jeno pergi dulu ya?" aku hanya bisa mengangguk dan Jeno meninggalkanku bersama Jeffry berdua.
"Ayo, gue anter pulang." aku tidak menolak tawaran Jeffry karena aku memang tidak dalam batas waras untuk mengemudi.
Jeffry mengikuti menuju parkiran yang berada di lapangan terbuka. Aku tau pasti Daryl memarkir mobilnya di basement untuk menghindari hujan yang bisa datang kapan saja.
Ah, Daryl lagi.
"Kuncinya," aku menyerahka kunci mobil dan langsung duduk di kursi penumpang setelah Jeffry membuka mobil. Jeffry tidak bicara banyak hanya saja ia menanyakan aku mau langsung pulang atau tidak dan menanyakan tiket parkir.
"Jeff, gue mau cerita boleh?" Jeffry mengangguk lalu mengecilkan volume radio yang membuat suara Adam Levine yang sedang menyanyikan lagu She Will be Loved memudar.
"Gue udah berakhir sama Daryl." Jeffry tidak memberikan respon atau reaksi apapun.
"Gue yang salah." lanjutku lalu air mata mulai menetes dan kali ini aku tidak memiliki niatan untuk menghapusnya. Air mata ini memang harus terjatuh atau dada ini semakin sesak.
"Gue jadi semakin egois dan jarang memberikan kabar. Gue dan Daryl memang tidak saling mengabarkan setiap jam tapi pasti saat malam atau ketika ada waktu senggang kita pasti saling mengabarkan atau bercanda walau sebentar tapi kali ini engga. Gue bahkan jadi jarang menceritakan apa yang gue rasakan dan terjadi belakangan ini. Gue ga pernah menceritakan hal-hal yang membuat gue sebal atau senang," aku menarik napas panjang lalu melanjutkan ceritaku.
"Karena gue, Daryl juga menarik diri. Daryl ga pernah cerita tentang apapun bahkan gue ga tau kalau dia punya masalah di kantornya. Gue bahkan ga tau semua yang dia alami akhir-akhir ini. Gue gatau apa-apa dan itu membuat gue merasa semakin ga berguna jadi pacarnya. Gue ga bisa menyalahkan Daryl yang merasa kecewa lalu jadi menarik-ulur gue belakangan ini. Semua ini salah gue. Gue yang gatau diri. Gue yang gatau terima kasih punya Daryl."
Aku bahkan tidak sadar jika Jeffry sudah menepikan mobilnya. Jeffry hanya diam sambil mendengarkan semua isi hatiku. Jeffry mengelus rambutku yang membuatku berhenti terisak sebentar.
"Gue tunggu sampai lo puas nangis dan ga akan mengganggu lo." Jeffry mengencangkan volume radio yang membuat suara merdu Beyoncé yang menyanyikan lagu Irreplaceable berkumandang yang membuat gue semakin menangis.
Aku hanya ingin menangis hingga air mata untuk hari ini habis lalu sesak di dada ini dapat berkurang. Aku tidak mempertanyakan Jeffry yang tiba-tiba keluar dari mobil. Mungkin ia muak mendengar suara tangisku yang beradu dengan suara radio. Aku tidak sadar saat Jeffry kembali. Aku menyadarinya datang ketika sebuah minuman isotonik dan air mineral ia taruh di atas dashboard.
"Menangis itu menghabiskan banyak energi. Minum dulu," aku yang biasanya sedikit kesusahan ketika membuka tutup botol kali ini berhasil dengan mudah. Mungkin karena emosi yang sedang berada di pucuk.
"M-makasih," ucapku yang masih sesegukkan.
Aku menangis cukup lama sekitar tiga puluh menit.
"Mau makan dulu?" tawar Jeffry yang tidak aku tolak karena perutku memang lapar. Menangis benar-benar membuang energi.
"Mata gue sembap banget," ujarku setelah mengaca di ponsel.
"Pakai kacamata hitam." saran Jeffry.
"Seriously Jeff?" Jeffry mengangguk dengan mantap kemudian ia tertawa yang membuatku sedikit jengkel.
"Engga, nanti gue aja yang pesan terus makan di dalam mobil." aku tidak menolak saran Jeffry tapi aku cukup terkejut ketika sadar jika Jeffry tidak menanyakan apa-apa sejak tadi. Ia hanya diam dan menungguku untuk meluapkan semuanya.
"Lo kenapa ga kepo?" tanyaku dengan suara yang sedikit sengal karena hidungku mampet.
"Buat apa gue kepo? Itu kan urusan pribadi. Gue ga ada berhak untuk mencari tahu selain pihak tersangkut yang mau cerita." ujarnya dengan tenang.
"Lo yakin pulang dengan keadaan kayak gini?" tanya Jeffry yang gue angguki dengan mantap.
Mama dan papa sedang ke Bangkok diajak berlibur ke rumah tante yang memang tinggal disana. Hanya ada Mark di rumah dan aku juga pasti bercerita panjang lebar dengan Mark.
"Kalau lo masih merasa belum bisa lepas, kembali." ujar Jeffry. Aku menatap Jeffry yang tengah menatap mataku juga. Ucapannya membuatku memikirkan kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Hanya ada dua pilihan,
Kembali atau merelakan.
Untuk saat ini aku tidak tahu harus memilih yang mana karena perasaanku masih berantakkan. Aku yang mengakhiri aku juga yang berantakkan.
"Harusnya gue bersyukur karena lo putus tapi melihat lo kayak gini gue jadi pusing sendiri,"
"Kenapa lo yang pusing?"
"Gue pusing memikirkan cara biar lo bahagia lagi."
How to Break Up
I don't know that love changes. People change. Circumstance change. -Nicholas Sparks
To be continue
Yang mau misuh boleh
Yang mau meninggalkan pesan untuk Daryl boleh
Buat Tasha bole
Buat Jeff bole
Buat Charles bole
Buat gue juga bole
Love ya!

KAMU SEDANG MEMBACA
How to Break Up -Doyoung
Фанфик"Gimana caranya putus tapi dengan cara yang tidak menyakitkan?" nct how to series