Ini sudah terhitung dua hari semenjak gue mulai memberikan sedikit jarak dengan Tasha. Walau gue masih membalas chat Tasha hanya ga secepat yang biasanya. Mungkin yang ada dipikiran Tasha, gue ini lagi sibuk padahal gue memang berusaha untuk memberikan jarak.
When she know all of this thing, She can call me a bastard because that's a fact. I'm a bastard.
"Dar, kalau si bos lihat lo bengong terus nanti lo kena peringatan."
"Eh iya bang, gue lagi banyak pikiran aja." gue mulai mengerjakan kerjaan gue lagi. Bang Hans hanya mengangguk sepertinya ia paham apa yang sedang gue pikirkan dan rasakan akhir-akhir ini.
Tasha
Dar?
Is everything okay?
Im lil bit concern
Kamu seakan menghindar dari akuGue hanya bisa menghela napas ketika melihat pop up message dari Tasha. Tasha sangat peka sepertinya karena ia langsung bisa menebak sampai ke poin terpenting yaitu menghindar.
Tasha itu cenayang?
Daryl
No
Totally fine
Just lil bit busyTasha
Just want to make sure tho
Kalau ada sesuatu cerita ya
Im here for you
❤Daryl
❤Gue menghela napas lalu memutuskan untuk melanjutkan pekerjaan ketimbang memusingkan ini semua.
Keesokannya sekitar jam 5 sore gue datang ke rumah Tasha atas undangan dari mama dan papanya. Orang tua Tasha yang memang anak paling tua membuka rumahnya untuk para sanak saudara datang ke rumahnya untuk merayakan hari imlek. Gue datang setelah menuju rumah oma yang kebetulan masih di kawasan Jakarta.
Gue juga masih dapat angpao walau ga sebanyak dulu. Lumayan, buat tambahan uang jajan.
Gue memasuki rumah Tasha yang sudah tidak ramai lagi hanya tersisa beberapa sepupu Tasha dan kedua kakak perempuannya. Gue menyalami mereka semua sambil mengucapkan salam khas ketika Imlek. Kebetulan hampir seluruh keluarga Tasha mengenal gue jadi gue tidak terlalu merasa canggung.
"Hai, maaf ga jemput di depan." ujar Tasha sambil membawa piring besar berisi asinan. Gue mengambil piring besar itu dari tangan Tasha lalu membawakan asinan yang gue yakin sangat enak itu ke meja makan.
"Mama papa dimana?" tanya gue lalu mencomot kerupuk yang ada di dalam toples.
"Ke sebelah, mau ke kamar aku?" gue menolak karena gue tau maksud Tasha membawa gue ke dalam kamar.
Engga, bukan yang macem-macem tapi Tasha akan menginterogasi gue. Ia akan bertanya pada gue apa yang sedang terjadi sampai ia merasa terabaikan.
"Sha- eh? Ada Daryl," gue menghampiri kedua orang tua Tasha yang sepertinya dari tetangga sebelah. Gue bersalaman dengan kedua orang tuanya dan juga cipika dengan mama Tasha.
"Tasha, kamu anter kue sama tas ie Lian dulu dong." Tasha mengangguk lalu menuju ke sofa dan mengambil tas yang mamanya jelaskan.
"Kamu mau ikut atau mau nunggu di sini?" tanya Tasha.
"Ikut," walaupun gue lumayan mengenal keluarga Tasha tapi tetap aja rasanya asing untuk berada di sekitaran orang yang kurang dekat.
"Pakai mobil aku aja. Mobil kamu susah keluar." ujar gue yang disetujui oleh Tasha.
"Dar," gue bergumam sebagai jawaban atas panggilan Tasha.
"Kamu kenapa? beberapa hari terakhir kamu lebih diam dari biasanya. Something happen?" tanya Tasha. Gue sebenarnya ingin mengelak atu memanfaatkan kesempatan ini untuk mengakhiri hubungan gue tapi waktunya sangat tidak tepat dan gue ga mau gegabah.
"Biasa kerjaan dan masalah sama si bos. Dia sensi banget semenjak istrinya minta cerai." jawab gue yang tidak sepenuhnya bohong karena emang si bos lagi sensi karena istrinya minta cerai. Gue hanya berbohong masalah kerjaan karena gue ga ada masalah sama sekali.
"You should told me sooner. Aku takut kalau aku ada salah sama kamu. Kalau ada apa-apa cerita ya Dar? Aku selalu ada untuk kamu. Aku selalu siap untuk dengar semua keluh kesah kamu." Tasha menyandarkan kepalanya ke bahu gue.
"Daryl.." panggilnya dengan suara sedikit serak. Gue melirik Tasha dan gue sangat paham jika ia sedang menahan tangisnya.
Sial, gue gabisa lihat Tasha menangis.
"Dua hari yang lalu aku mimpi. Aku datang ke pernikahan tapi itu pernikahan kamu." gue terkejut dengan ucapan Tasha.
"Kalau misalnya kita emang ga berjodoh, aku harap perempuan yang jadi jodoh kamu bisa menyayangi kamu dengan tulus,"
"Kamu bicara apa sih? itu kan cuma mimpi sayang." gue menarik Tasha ke dalam pelukan ketika lampu merah. Tangis Tasha pecah. Ia menangis. Menangis tersedu-seduh yang membuat hati gue sakit. Membuat semua rasa bersalah itu muncul.
"I love you so much. I love you more than i love nasi padang." gue terkekeh mendengar ucapan Tasha. Gue berarti sangat berharga banget di mata Tasha karena ia lebih memilih gue ketimbang nasi padang.
"Tasha,"
"Daryl," gue mempersilahkan Tasha untuk bicara lebih dulu karena lampu hijau sudah menyala dan gue harus kembali menjalankan mobil.
"Kalau hubungan kita berakhir, gimana?" gue hampir saja menginjak rem secara mendadak tapi sesaat sebelum itu pikiran gue kembali normal.
"Berakhir yang beneran berakhir Dar. We parted away and we found someone else."
"Berakhir biarlah berakhir dan jika kita menemukan yang lain, kita harus berbahagia. Berpisah itu bukan sesuatu yang buruk tapi sesuatu yang baik. Kita terpisah dari sesuatu untuk menemukan sesuatu yang lebih baik lagi." ujar gue yang sebenarnya membuat gue juga merenungkan ucapan gue sendiri.
"Jangan takut akan perpisahan karena di depan sana masih banyak yang lebih."
Maka itu, aku mau kita berpisah agar kamu tidak semakin tersakiti dan tidak mau kamu menangisi aku lagi. Di depan sana aku yakin dia sedang menunggu kamu datang setelah lepas dari genggaman ku.
How to Break Up
Doy atau jae ya...
Oh iya ges coba monggo di cek HOW TO GET A GIRLFRIEND -MARK LEEEEE
YEP SEMOGA LANJUT AJA ITU CERITA KALAU KAGA MAH YAUDIN HEHE
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Break Up -Doyoung
Fanfiction"Gimana caranya putus tapi dengan cara yang tidak menyakitkan?" nct how to series