HTBU [1]

34.3K 5.4K 606
                                    

"Daryl, macet parah ya?" gue hanya bisa mengulas senyum ketika menghampiri Tasha yang duduk sendirian di Starbucks sambil menikmati mocha frappuccino tanpa gula kesukaannya.

"Maaf ya?" aku mengelus rambutnya.

"Gapapa, kebetulan aku juga tiba-tiba dapat email jadi ada kerjaan terus tadi ketemu Jeffry sama adiknya lagi ngantri jadi aku kasih aja tiketnya ke mereka. Kamu mau nonton yang malem atau mau jalan aja?" jelas Tasha yang sejujurnya membuat gue tidak enak hati.

Padahal gue yang mengajak Tasha nonton Aquaman tapi pada akhirnya gue sendiri yang berencana datang telat agar Tasha marah. Tasha, harusnya lo putusin gue karena bikin lo nunggu tapi kenapa alam seakan ga setuju kalau lo marah lalu putusin gue karena terlambat.

"Selanjutnya ada yang jam berapa?" tanyaku lalu meminum frappuccino kesukaannya.

"Ada yang jam setengah delapan sama jam sepuluh seinget aku ya." jelas Tasha sambil membetulkan kacamatanya.

Jujur saja Tasha itu sangat lucu ketika membetulkan kacamatanya yang sering sekali melorot karena hidungnya yang pesek. Tasha sebenarnya punya softlens tapi ia jarang gunakan karena ia terlalu selebor bahkan dulu softlens yang ia kenakan pernah terlipat dan menyangkut. Tasha dengan tenang mencoba mengeluarkan softlens itu sedangkan gue panik setengah mati.

"Kamu aku tinggal ngerjain kerjaan bentar malah bengong," goda Tasha yang membuat gue tersadar dari lamunan.

"Kerjain dulu aja itu- aku mau pesen minum." ujar gue ketika mendapat anggukkan dari Tasha gue beranjak untuk memesan minuman.

Sebenarnya yang ga bersyukur punya pacar kayak Tasha itu gue. Tasha segitu baiknya sama gue tapi gue brengsek. Tapi mau gimana lagi perasaan gue terus memudar dan jika terus dipaksakan semuanya pasti akan jadi kacau. Bahkan gue bisa saja menyakiti Tasha lebih parah lagi dari sekedar memutuskannya secara halus.

Walau terkadang gue masih suka cemburu ngeliat Jeffry yang dekat sama Tasha apa lagi kantor mereka itu bersebrangan yang membuat mereka lebih sering ketemu ketika makan siang.

Gue sama Jeffry ini kayak rival abadi sejak SD. Gue dan Jeffry ini satu sekolah ketika SD sampai SMA. Gue dan dia selalu rebutan juara kelas sampai juara umum. Sialnya gue selalu kalah dari si Jeffry. Bahkan ketika gue sedang mendekati Tasha waktu itu Jeffry ternyata juga sedang dekat dengan Tasha maka itu gue menyatakan perasaan lebih dulu pada Tasha dan untuk pertama kalinya gue menang dari Jeffry.

"Ka? Jadi pesan kah?" gue mengerjap ketika barista itu menanyakan pesanan gue. Setelah memesan machiatto gue kembali duduk dan gue merasa jantung gue berdetak tidak normal ketika melihat Tasha. Tasha mencepol rambutnya asal lalu menaikkan kacamata yang tadinya bertengger di hidung menjadi di kepalnya sambil mengusap wajahnya.

Tasha memang ga secantik kakak-kakaknya tapi Tasha punya cara tersendiri membuat gue jatuh cinta. Gue sudah mencoba mengingat semua hal yang membuat gue jatuh cinta pada Tasha tapi tetap saja perasaan ga bisa dibohongi. Seperti sekarang walau otak gue sedang menganggumi Tasha tapi hati gue tetap mengatakan untuk mengakhiri.

Hati sialan. Gue jual juga lo.

Eh bercanda gue masih mau punya keluarga dulu.

"Ka Daryl!" gue tersenyum ramah pada barista yang meneriakkan nama gue lalu mengambil minuman gue dan membawanya ke meja.

"Kamu ga cukuran ya?" tanya Tasha.

"Iya, tau dari mana?" tanya gue lalu menghapus sisa machiatto yang menempel di bibir.

"Keliatan itu ada kumisnya kecil-kecil ih!" gue terkekeh melihat Tasha yang seolah takut dengan kumis yang baru tumbuh kecil ini.

"Kalau laper bilang ya Dar biar cari makan." ujar Tasha sebelum kembali mengerjakan kerjaannya.

"Iya, kamu selesaiin dulu aja." gue mengambil novel yang kemungkinan sedang Tasha baca berjudul See Me karangan Nicholas Sparks. Gue cuma tau beberapa novel karangan Nicholas Sparks yang diadaptasi menjadi film contohnya Dear John yang diperankan oleh Channing Tatum.

"Kapan beli?" tanya gue pada Tasha. Tasha melirik sekilas novel yang sedang gue pegang.

"Dikasih Jeffry." jawabnya yang tidak gue balas.

Sejauh yang gue tau Jeffry memang sedang menjomblo padahal gue tau banyak perempuan yang mengantri buat jadi kekasihnya tapi Jeffry seakan acuh pada mereka semua. Gue tau Jeffry menyimpan perasaan pada Tasha tapi gue memutuskan untuk tutup mata selama ia tidak kelewatan.

Loh? Kenapa gue kayak terdengar cemburu ya? Padahal kalau Jeffry kelewatan gue bisa manfaatin itu untuk putus dari Tasha.

Lo emang bajingan ya Febrianus Daryl Gunawan. Kalau mama tau udah abis lo dijadiin adonan bolu.

"Aku laper," rengek Tasha.

"Mau makan apa?" tanya gue.

"Rawon buatan si mama," jawab Tasha yang membuat gue mengerjit bingung.

"Charles kirim foto katanya mama buat bolu sama rawon terus mama juga WA aku tadi suruh ke rumah dulu buat makan rawon." jelasnya.

"Yaudah, berarti batal nonton nih?"

"Kamu gapapa ga jadi nonton? Kalau jadi nonton ya gapapa nanti aku bilang sama mama."

Lihatkan Tasha selalu mementingkan gue dulu ketimbang dirinya.

"Yaudah kita balik aja ya? Biar kamu bisa lanjutin kerjaan di rumah. Aku juga lanjutin kerjaan." ujarku yang membuat Tasha tersenyum senang lalu langsung membereskan semua barangnya.

Berarti hari ini gue gagal putus lagi dong?

To be continue

GUYS HAHAHA

DROP YOUR IDEA DONG! HOW TO BREAK UP WITH SOMEONE WKWKKWK

Ini gue bayangin Doyoung panik sendiri mau putusin pacarnya tapi takut nyakitin perasaan ceweknya.

Drop your idea ya!

How to Break Up -DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang