Hayu Ramaikan! Awas kalau ga rame!
Gue sebenarnya mulai berpikiran untuk menerima keadaan aja. Gue mau mencoba untuk melepaskan Tasha tapi tidak semudah itu ferguso. Setiap kali gue berpikiran untuk menyerah tiba-tiba selalu kepikiran kata-kata Charles ketika dia mabok.
"Perjuangin aja dulu- urusan ditolak atau diterima itu belakangan yang penting usaha."
Gue sedang duduk manis di lounge bandara menunggu keberangkatan pesawat.
Tebak gue mau kemana?
Ke Bangkok.
Kali ini gue merasa kalau Tuhan dan semesta masih mendukung gue untuk memperjuangkan Tasha kembali. Kemarin malam mama bilang kalau mama dikasih tiket pulang-pergi gratis ke Bangkok sama Danis tapi mama ga bisa datang karena harus ke Medan.
Jadilah tiket itu buat gue, ya walau pada awalnya Danis mau membatalkan pemesanan tiket itu karena gue yang ingin berangkat bukan mama tapi setelah dibujuk oleh sang istri yang sangat baik itu akhirnya Danis setuju membelikan tiket pergi ke Bangkok dan gue cukup bayar tiket pulang.
Lumayan menghemat satu juta rupiah.
Gue bilang ke Tasha kalau gue akan ke Bangkok dan Tasha bilang kalau ia akan sendirian di Bangkok karena Jeffry harus balik ke Jakarta ada urusan mendesak yang membuat Jeff harus pulang ke Jakarta.
Pesawat yang gue tumpangi tidak penuh mungkin karena harga tiket yang cukup mahal dan bukan pada saat liburan juga. Gue menikmati perjalanan di udara selama kurang lebih empat jam dengan menonton film. Sebenernya gue merasa jadi sedikit menye-menye sih karena gue menonton How to be Single.
Gue mendarat dengan sempurna di Don Mueang Airport. Langsung menuju penginapan dengan taksi.
Tasha memberi tahu gue nomor kamarnya dan setelah membereskan semua barang gue langsung menuju kamarnya. Beberapa kali pergi menginap dengan Tasha ke luar negeri kadang kita berdua memutuskan untuk memesan satu kamar dengan double bed atau kalau memang harga permalam dan perkamar di hotel tersebut tidak mahal baru kami memilih memesan dua kamar.
Tok tok
Gue merasa seperti pertama kali datang ke rumah Tasha membawa martabak manis untuk mama Tasha sebagai sogokkan atau pemulus agar gue bisa date sama Tasha.
"Hai!" sapa Tasha dengan rambut yang masih tergulung dengan handuk. Kebiasaannya sejak dulu setelah keramas pasti ia akan menggulung rambutnya dengan handuk.
"Masuk sini," ujarnya. Gue masuk ke dalam kamarnya yang masih saja berantakan. Tasha ini bukan tipe orang yang rapi, lemari kamarnya aja berantakan ga ketolong.
"Berantakan banget Tasha," Tasha hanya bisa terkekeh sebagai jawaban sedangkan gue memilih untuk duduk di depan meja rias.
"Iya nih atau kamu mau tunggu di kamar kamu aja?"
"Aku tunggu aja." Tasha masuk ke dalam kamar mandi kemudian tidak lama ia keluar lagi kemudian masuk lagi seperti orang linglung.
"Kenapa? Cari apa?" gue menghampiri Tasha.
"Aku juga bingung." gue terkekeh kemudian menarik Tasha untuk duduk di tepi kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Break Up -Doyoung
Fiksi Penggemar"Gimana caranya putus tapi dengan cara yang tidak menyakitkan?" nct how to series