a special chapter in a special day for my special boy. my muse, kim dongyoung.
How to Break UP
Hari ini atau lebih tepatnya beberapa jam lagi gue berulang tahun ke 26 tahun. Iya, gue sudah melewati seperempat abad. Ulang tahun kali ini sedikit hampa.
Mama dan papa pergi ke Amerika ikut tour yang baru balik pertengahan Februari. Danis juga tugas ke Malaysia sampai 2 minggu dan ia juga baru berangkat tiga hari yang lalu. Kuncoro dengan kesibukannya dan Charles yang meninggalkan gue ngenes sendirian di rumah.
Bahkan Tasha saja sedang tidak di Indonesia. Tasha sedang ke Thailand bersama Mark dan kedua kakak perempuannya.
Gue memutuskan untuk delivery pizza setidaknya gue ga merasa terlalu ngenes kalau seperti itu.
Gue melihat chat yang sudah hampir enam jam tidak dibalas Tasha. Gue tau Tasha pasti sedang keliling dengan yang lain sampai untuk membalas chat aja malas tapi gue sangat merasa kesepian.
"Ya, selamat ulang tahun Daryl." gue memberi selamat pada diri sendiri kemudian memutuskan untuk berdoa. Gue bahkan mengambil lilin untuk mati lampu dari dapur, menyalakannya sendiri kemudian meniupnya sebelum menyantap dua potong pizza.
Beberapa pesan ucapan selama ulang tahun masuk bahkan Mark dan kedua kakak Tasha saja mengucapkan selamat ulang tahun tapi Tasha tidak. Charles juga mengucapkan walau telat beberapa menit. Dasar, kalau gue ucapin telat dia marah.
Gue membaringkan badan di kasur dan memejamkan mata sebelum akhirnya mata gue kembali terbuka ketika mendengar suara pintu kamar terbuka.
"Happy birthday to you..." senyum lamgsung merekah di bibir gue ketika Tasha masuk sambil membawa kue. Gue menghampiri Tasha yang juga tersenyum dengan lebar.
"Make a wish and blow the candle!" serunya.
Gue memejamkan mata kemudian memanjaatkan harapan.
Tuhan, terima kasih karena di usia yang ke 26 tahun ini aku masih merasakan kasih sayang. Aku berterima kasih karena engkau menghadirkan Tasha di dalam hidupku.
Aku meniup lilin yang langsung disambut sorakkan oleh Tasha. Tidak heboh dan terkesan garing tapi gue suka bahkan jatuh hati.
"Selamat ulang tahun sayang!" Tasha meletakkan kue itu di nakas kemudian memeluk gue. Gue membalas pelukan Tasha tidak kalah erat.
"Terima kasih ya," ujar gue kemudian mengecup dahi, kedua mata Tasha, hidungnya, pipinya, dan bibirnya.
"Kamu pulang duluan?" tanya gue yang diangguki Tasha.
"Harusnya lusa tapi aku memutuskan untuk pulang duluan. Aku gamau kamu merayakan hari ulang tahun kamu sendirian." gue terkekeh kemudian mencium pipi Tasha bahkan menggigit kecil pipinya.
"Aku lapar, terakhir makan tadi siang nih." ujar Tasha.
"Ada makanan di depan mata kamu loh yang," ujar gue sambil menunjuk kotak pizza yang tergeletak di atas meja TV.
"Oh betul?" Tasha malah mendekat ke arah gue. Gue menaikkan salah satu alis karena heran dengan kelakuan kekasih gue yang satu ini.
"Makanannya di meja TV loh." gue mulai merasa tertindas dan memutuskan untuk mundur perlahan.
"Oh? Makanannya di atas meja?" tanya Tasha dengan nada yang dibuat sedikit seduktif?