22. Awal Konflik

1.1K 53 0
                                    

"Gerald!!!" Pekik seseorang sambil membuka pintu yang sontak membuat Atha menoleh, lalu memundurkan kursi rodanya saat mengetahui siapa yang datang.

Rena, ibu kandung dari Gerald. Ia berjalan tergesa menghampiri putranya. Delikan mata sinis yang diberikan Rena kepada Atha membuat Atha menunduk takut. Atha memang takut kepada Rena, karena dari dulu hingga sekarang Rena sangat tak menyukainya. Apalagi Rena pernah bilang dulu secara terang-terangan kepadanya. Entah alasan apa yang membuat Rena tak menyukai Atha--yang jelas Atha tak mengetahuinya. Tapi Atha yakin, ada sesuatu yang membuat Rena membenci dirinya. Bahkan bukan dirinya saja, tapi keluarga Atha.

"Ini semua pasti gara-gara kamu!! Anak saya jadi koma seperti ini huh?!!" Hardik Rena sambil mencengkram kedua bahu Atha membuat Atha meringis kesakitan karena ulah Rena ini.

Atha menggeleng sambil menatap takut-takut kearah Reni dengan mata yang berkaca-kaca. Antara takut dan cengkraman Rena dibahunya sangat kencang membuatnya kesakitan.

"Saya yakin, pasti kamu dan keluarga kamu yang buat anak saya seperti ini!! Saya sudah tau kalau keluarga kalian itu hanya memanfaatkan anak saya saja! Apalagi ibumu itu, yang jelas-jelas pelakor! Pasti ia akan menyakiti Gerald anak saya!!" Bentaknya dihadapan Atha membuat air mata yang Atha tahan keluar begitu saja saat Rena membentaknya.

"Mama saya bukan pelakor! Mama saya wanita baik! Tidak seperti anda yang meninggalkan anak kandung anda sendiri!!! Apa tadi anda bilang kepada Gerald anak? Apa saya tidak salah dengar? Kemana saja anda salama ini baru menyadari kalau Gerald anak anda?! Ibu macam apa anda ini yang tega meninggalkan anak kandungnya sendiri." Sarkas Atha sambil menatap nyalang Rena.

Tentu saja Atha sangat marah dengan ucapan Rena yang sama sekali tidak benar adanya. Mamanya Tika adalah orang yang baik, bahkan tidak ada sedikit pun rasa ingin mencelakai Gerald. Justru Tika sangat menyayangi Gerald yang sudah dianggap sebagai anak kandungnya sendiri.

Apa Rena tidak mengaca? Justru dirinya lah yang membuat Gerald terbunuh secara perlahan karena meninggalkan Gerald diusianya masih belia dan sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Untung saja ada Tika yang selalu memberikannya kehangatan seorang ibu padanya. Sehingga Gerald tau rasanya kasih sayang seorang ibu yang hampir saja Gerald lupa.

Rena semakin tersulut emosi mendengar ucapan Atha padanya. Bukanya berfikir, ia malah semakin membenci Atha dihadapanya ini.

"Anak sialan! Tau apa kamu tentang keluarga saya?! Dasar anak pelakor!!! Sekarang kamu pergi dari sini! Saya tak ingin melihat wajah kamu lagi. Oh iya jauhi Gerald! Jangan pernah temui dia lagi! Saya akan membawa Gerald jauh dari kamu dan keluarga kamu! Lagian kamu tak pantas bersanding dengan Gerald! Dasar anak cacat!!!" Bentakan Rena membuat hati Atha terasa berdenyut nyeri.

Bukan, bukan karena ia disebut cacat. Tapi karena Rena menyuruhnya untuk menjauhi Gerald, dan akan membawanya pergi jauh dari Atha.

Tap! Bruk!!

Atha terjatuh dengan kursi rodanya saat Rena dengan sengajanya mendorong kursi roda Atha.

"Awss.."

Atha meringis saat nyeri dikakinya terasa, apalagi tulang ekornya yang masih cedera itu belum dikatakan sembuh. Ia menangis, tapi sama sekali tak membuat Rena tersentuh untuk menolongnya atas perbuatanya. Justru membuat Rena tersenyum puas melihat penderitaan Atha sekarang.

Ceklek....

Arsen menyembulkan kepalanya lalu membuka kencang pintunya dan berlari kearah Atha yang masih tersungkur. Arsen menggendong Atha kembali kekursi rodanya, lalu menatap tajam Rena yang berdiri tak jauh darinya.

"Saya akan terima jika anda memaki saya! Tapi saya tidak akan pernah terima jika anda menyakiti anggota keluarga saya!!!" Teriak Arsen sangat murka saat melihat adik kesayanganya tersakiti oleh wanita tak punya hati didepanya ini.

"Wow... anak sulung dari pelakor ternyata seram juga kalau marah." Sahut Rena begitu santai sambil melipat kedua tangannya didepan dada dengan tatapan angkuh.

Arsen berdecih, saat ia akan memajukan langkahnya, Atha menahannya membuat ia mengurungkan niatnya lalu mendorong kursi roda Atha keluar dari kamar Gerald dan pergi meninggalkan nenek lampir itu. Arsen tak peduli lagi saat Rena mulai menghinanya saat ia mulai keluar dari ruangan Gerald.

Atha menangis didekapan Arsen sang kakak. Untung saja kedua orangtuanya sedang pulang untuk mengambil baju Atha. Hingga Atha bisa dengan leluasa menangis dipelukan sang kakaknya.

Arsen mengusap punggung Atha yang bergetar untuk memberikan ketenangan kepada adiknya itu.

"Kak, Atha nggak bisa jauh dari Gerald kak." Lirih Atha disela-sela tangisnya.

Arsen mengecup puncak kepala Atha sambil ikut menumpahkan airmatanya yang segera ia hapus supaya Atha tak mengetahuinya kalo ia menangis.

"Kakak ngerti perasaan kamu, sekarang kamu tenangin diri kamu dulu. Soal itu bisa kita bicarakan nanti ya?" Arsen mencoba untuk menghadapinya dengan kepala dingin. Karena akan percuma jika menyelesaikan masalah dengan emosi.

Atha mengangguk lalu menurut saat Arsen membantunya untuk kembali keranjang. Ia memejamkan kedua matanya mencoba untuk menenangkan pikirannya yang kacau saat ini.

Tak lama dari itu, Arsen mendengar deru nafas Atha yang sudah teratur. Ia yakin Atha pasti sudah tertidur lelap, lalu ia mengecup kening sang adik lumayan lama. Setelah itu ia mulai mengistirahatkan tubuhnya disofa dan mulai memejamkan kedua matanya.

...

Akan mulai terjadi konflik antara keluarga Gerald dan juga keluarga Atha. So, tungguin aja kelanjutan ceritanya ya bagi yang penasaran☺☺👐👐

Dan jangan lupa buat Vote dan Komentnya ya😀

TETANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang