24. Bertemu

1.1K 52 5
                                    

Tatapan matanya nampak kosong, menatap kearah depan tanpa arah. Hidupnya menjadi kelabu tak seperti dulu yang penuh warna. Seolah langit yang cerah tertutup oleh awan hitam.

Dia Syifana Athalia, cewek yang sedang duduk ditaman rumah sakit. Selagi menunggu jadwal dirinya untuk terapi. Menurutnya hidupnya sekarang ini banyak menyusahkan orang lain.

Ia merasa hidupnya sekarang ini percuma. Hanya untuk jadi penyusah saja. Memang waktu sangat cepat berlalu, sudah satu bulan Atha menjalani terapi ini, tapi hasilnya tetap sama. Ia mulai pasrah dengan keadaanya, dan sudah tak peduli lagi dengan kondisi tubuhnya. Terkadang sempat terlintas dipikirannya untuk pergi menjauh. Karena tak ingin orang-orang yang mereka sayang kesusahan.

Tapi ia juga selalu berfikir dua kali sebelum bertindak. Apakah dengan dirinya pergi tidak membuat kedua orangtuanya menambah kesusahan dengan mencari keberadaanya? Dan juga bagaimana dengan sekolahnya, prestasinya, dan semuanya. Ia tak akan menyia-nyiakan usahanya selama ini untuk menjadi kebanggaan kedua orangtuanya. Ia harus bisa bangkit dari keterpurukannya. Demi orang yg ia sayangi.

Semilir angin menerpa lembut wajahnya, rambutnya yang digerai juga nampak tertiup oleh angin kesana kemari. Jari-jari lentiknya nampak menjauhkan rambut yang nakal menutupi wajahnya.

"Boleh duduk?" Ujar seseorang yang menyadarkan aktivitas Atha.

Ia menoleh, menatap pria dihadapannya. Lalu mengangguk tanpa minat untuk menjawabnya.

"Ada masalah?" Tanya pria itu yang sudah mendudukan bokongnya disamping kiri kursi roda milik Atha.

"Kepo." Sinis Atha yang masih tetap menatap kearah depan.

"Saya cuman bertanya saja, maap kalau pertanyaan itu mengganggu kamu." Ujarnya meminta maap.

"Kedatangan kamu aja membuat saya terganggu." Jawab Atha dengan nada tak suka sambil melirik sekilas kearah pria bertopi itu.

Pria itu nampak menyunggingkan senyum tipis, ia baru pertama kalinya bertemu dengan cewek yang sama sekali tak meresponsnya. Tak seperti cewek lain. Dia berbeda, dan hal itu membuatnya tertarik untuk mengetahui sosok cewek disampingnya itu.

"Kamu senyum, hawanya jadi serem." Sindir Atha sambil kedua tangannya mendorong rodanya supaya berputar dan ia akan kembali ke ruang terapianya.

Sedangkan Cowok itu buru-buru berdiri dan membantu Atha mendorong kursi rodanya. Walaupun Atha yang bersi keras melarangnya, tapi cowok itu tetap keukeuh dengan pendiriannya. Dan itu membuatnya menghela nafas pasrah lalu membiarkannya melakukan apa yg ia mau.

Didepan ruang terapi nampak Arsen sedang menunggu sambil memainkan ponselnya. Atha memanggilnya, membuatnya langsung menoleh keasal sumber suara.

"Atha? Kok sama-- Kevin? Kok kalian?" Arsen tak mengerti mengapa Atha bisa bersama Kevin. Setaunya ia tak pernah melihat Atha bersama lelaki lain kecuali Gerald atau juga teman-teman sekelasnya.

"Lho, kalian berdua saling kenal?" Tanya balik Atha menatap Kevin dan Arsen bergantian.

Kevin hanya tersenyum simpul sebagai jawabannya.

"Iya dia itu Kevin, kakak kenal waktu dia bantu kakak." Jelas Arsen yang tau arti kebingungan yang nampak dari wajah adiknya itu.

"Bantu? Emang kakak kenapa?" Tanya Atha merasa khawatir.

"Waktu dijalan pas kakak mau beliin kado ulangtaun buat kamu yang waktu taun kemarin, mobil kakak mogok. Terus Kevin dateng bantu kakak, nah dari situ kita mulai temenan." Ucap Arsen membuat Atha menghela nafas lega.

Lalu ia hanya ber-oh ria sebagai jawabannya. Setelah itu ia melihat kesekeliling rumah sakit, dan tatapannya terhenti disalah satu fokus titiknya. Ada seseorang yang membuatnya membeku ditempat. Dia, apa benar itu dia? Rasanya Atha tak percaya dengan ini. Apa--- apa matanya saat ini tak salah? Apa benar ini. Atha mengucek kedua matanya setelah itu ia mencubit lengannya sendiri, dan ternyata ini bukan mimpi. Ini nyata. Ini sungguhan.

Matanya mulai berkaca-kaca, sosok yang selama ini ia rindukan sekarang terpampang jelas dihadapannya. Ia ingin sekali memanggilnya, lalu menangis semuanya dipelukannya. Melepaskan semua rindu yang selama ini ia pendam.

"Gerald....." panggilnya saat pria itu melewat didepannya.

Gerald yang merasa namanya dipanggil menoleh, lalu ia merasa bingung dengan cewek dihadapannya ini karna memanggil namanya sambil menangis.

"Maap, anda siapa ya?"

...

Sebelumnya maap banget karena lama updatenya, soalnya lagi banyak tugas di sekolah jadi suka ga sempet buat lanjutin ceritanya. 😔

And, See you next chapt gaes👐👐 jangan lupa buat vote dan komennya ya.😊
👇👇

TETANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang