37. Surat

1K 52 6
                                    

To Syifana Athalia

Hai, mungkin saat kamu baca suratku ini aku sudah tidak ada dikota ini, atau bahkan aku sudah berada di negeri yang berbeda.

Aku tulis aksara ini, sebagai tanda perpisahan kita.

Oh iya, ngomong-ngomong sejak kapan kita manggilnya pake aku kamu, perasaan enggak deh haha.
Tha, aku bukan penulis yang handal, yang bisa merangkai sebuah kata. Tapi, dengan menulis surat singkat ini aku akan mencoba untuk merangkai sebuah kata yang sebenarnya bukan keahlianku.

Kamu tau, sejak pertama kali aku bertemu denganmu, waktu itu kita masih anak-anak yang hobinya bermain. Disitu kamu ingat? Saat aku yang menangis karena ditinggal mamahku. Saat itu kamu datang, kamu mau berbagi pelukan ibumu denganku. Aku bahagia, pertama kalinya setelah sekian lamanya aku dipeluk oleh seseorang. Karena kamu, aku bisa merasakan kasih sayang seorang ibu. Kebahagianku adalah saat aku bisa melihatmu. Melihat wajahmu, senyumanmu, marahmu, bahkan tangisanmu.

Tha, mungkin kisah cinta kita agak rumit, banyak alur rintangan yang harus kita hadapi. Aku gatau apakah kamu bahagia saat bersamaku atau tidak. Tapi, kehilanganmu adalah hal yang paling aku takutkan. Dan sekarang, ketakutan itu mendominasi diriku. Aku penyebab semua ini. Menjadi orang pengecut yang bisanya lari dari masalah.

Ingin sekali aku memutar waktu, dimana disana hanya ada sebuah kebahagiaan. Berlari, memutar waktu yang telah diulang. Tapi semua itu sia-sia, karena yang dulu tak akan pernah bisa terulang kembali. Seperti nasi yang sudah mencair menjadi bubur.

Kamu ingat, saat aku pertama kalinya mengungkapkan perasaanku. Sebenarnya, dari dulu aku sudah menyukaimu. Tapi seperti apa yang sudah aku tulis tadi, bahwa aku adalah seorang pengecut.

Kamu pernah heran kan saat aku marah tak jelas sama pacarmu dulu, ya karena aku cemburu. Asal kamu tau Tha, sebenarnya udah banyak kode untuk  meluluhkan hatimu. Tapi kamu selalu saja tidak peka. Hal yang paling menyakitkan bagiku waktu itu adalah saat kamu curhat padaku tentang mantan sialanmu itu. Jujur, aku sangat kesal waktu itu. Tapi apalah dayaku yang saat itu hanya bisa mendengarkan dengan pasrah.

Tha, ucapan perpisahan diantara kita hanya bisa melalui sebuah tulisan. Sebenarnya aku ingin mengucapkannya langsung. Tapi aku tak berani melihat orang yang kucintai bersedih.

Sebelum aku mengakhiri surat ga jelas ini, ada sebuah ucapan terimakasih yang ingin sekali aku ungkapkan secara langsung.

Terimakasih, telah menjadi seseorang yang membuat hidup sementaraku berasa berwarna.

Terimakasih, karena kamu aku masih bisa bertahan hingga sekarang.

Terimakasih, karena kamu aku mengerti sebuah arti cinta tanpa harus memiliki.

Dan, Terimakasih, untukmu seseorang yang sangat kucintai.

Maap, karena sudah membuatmu sedih.

Maap, karena sudah membuatmu menanti sangat lama tanpa suatu kepastian.

Mungkin kata maapku ini tak akan pernah bisa menggantikan semuanya.

Kalau suatu hari nanti kita tidak sengaja bertemu, aku harap disaat itu kamu telah melupakanku. Tha, seberat apapun masalahmu akan banyak orang yang menyayangimu. Aku yakin itu. Semua kenangan yang pernah kita lalui, anggap saja itu hanyalah sebuah angin lalu. Dan, semua masalah yang pernah kita hadapi, jadikanlah sebagai pelajaran untuk masa depan.

Jangan pernah berhenti untuk bahagia ya, apalagi tersenyum.

Oh iya, aku harap kamu bisa jadian sama Kevin haha.

Sekian dariku, sampai jumpa yang sebenarnya aku tak akan pernah tau akan berjumpa atau tidak.

From, Gerald.

...

Hollaa!!! Lama ga update😂

Hampir mendekati ending sih tapi ada kemungkinan enggak juga hahaha.

Makasih yang udah nyempetin buat baca ceritaku dari awal sampai akhir. 😊😊 aku seneng banget😅

Oh iya see you next chapt jangan lupan vote(tekan bintang)😀

Byebye
👇👇

TETANGGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang