EMPAT
Samawa Bersamamu
*******
"Apa!? Loe sama Ferrel di grebek keluarga!? kok bisa!? Gimana ceritanya!?" Ucap Lala tak percaya.
Aisyah mengehela nafas berat "Ceritanya panjang, La. nanti aja ceritainnya." Nada bicaranya sedih. Lala jadi gak tega untuk nanya-nanya lebih jauh. Kayaknya Aisyah butuh waktu.
"Yaudah, kalo emang loe gak mau cerita sekarang, gue ngerti. Loe yang sabar ya, loe pasti kuat!" Ucapnya sambil memeluk Aisyah.
"Tapi lo jangan bilang kalo gue ada di sini ya, please." Wajah Aisyah memelas.
"Gue takut bohong, Syah" jawab Lala.
"Yaelah, bantuin gue sekaliiiii aja. Please, La." Kali ini Aisyah benar-benar memohon. "Yaudah iya, gue bantuin loe!" jawab lala.Aisyah memeluk Lala "Makasih ya, La. Gue bersyukur banget punya sabahat kayak loe."
Lala memutar bola matanya jengah "Giliran gini aja bilangnya bersyukur punya temen kayak gue."
Aisyah tersenyum lebar "Ya, maap." ucapnya."Yaudah, sekarang loe bawa kopernya ke kamar atas. Kebetulan bokap nyokap gue lagi di luar kota buat beberapa bulan, jadi kamar atas pada kosong." ujarnya.
"Sekali lagi makasih ya, La. Gue gak tau lagi harus kemana kalo bukan ke rumah loe."
"Iya sama-sama. Dari tadi makasih mulu, bosen gue dengernya."
******
Adzan shubuh berkumandang, membangunkan seorang laki-laki di balik selimut tebalnya. Ia mengucek mata pelan, lalu meregangkan otot-ototnya yang kaku.
Tok! Tok! Tok!
"Wildan," panggil Fatimah dari luar kamar.
"Iya, Mi. Wildan sudah bangun." jawabnya lalu bangkit dan meraih handuk lantas pergi ke kamar mandi.Usai mandi, Wildan pergi ke mesjid untuk sholat berjamaah seperti biasanya. Saat di perjalanan, ia bertemu dengan Pak Jamal, beliau adalah salah satu tokoh masyarakat di sana.
"Assalamu'alaikum" ucap Wildan menyapanya.
"Wa'alaikumsalam, Pak guru. Gimana kabarnya?"
Wildan terkekeh "Alhamdulilah, baik, Pak. Babak sendiri gimana? Sehat?""Sehat, alhamdulillah"
"Pak Jamal mau ke mesjid juga kan? Kalau begitu mari kita jalan bersama sekalian ngobrol" ucap Wildan.Mereka melanjutkan perjalanan. Sesampainya di Mesjid, para jama'ah lain nampak sudah bersiap untuk sholat. Mereka berdua segera bergabung kedalamnya dan melaksanakan sholat shubuh berjamaah.
"Kapan ada rencana buat nikah?" Tanya Pak Jamal seusai sholat.
Wildan tersenyum kikuk "Belum kepikiran, Pak.""Kenapa belum kepikiran? Kan umurnya sudah matang, punya penghasilan, punya rumah pribadi, punya mobil juga, kenapa masih menunda-nunda?"
"Sebetulnya saya bukan ingin menunda-nunda, Pak. Hanya belum menemukan yang pas saja" jawab Wildan malu.
"Wahh, semangat kalo gitu, Pak guru. Insyaallah yang sholeh jodohnya yang sholehah, aamiin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Samawa Bersamamu (Completed)
SpiritualTentang bagaimana mengikhlaskan segala hal yang tidak ditakdirkan-Nya