TIGA BELAS
Samawa Bersamamu
****
Setelah berpamitan, Aisyah dan Wildan pun segera bergegas "Lain kali, gak usah so imut di depan Umi," ucap Aisyah ketus saat masuj mobil.
"Siapa?"
Aisyah mendelik "Pake nanya, lagi. Bapak lah! Siapa lagi?"
"Saya gak so imut kok, tapi kalo kamu liatnya gitu ya syukur. Saya emang terlahir untuk jadi laki-laki yang imut dan menggemaskan." jawab Wildan.
Sepasang mata Aisyah melotot "WHAT?!! bilang apa barusan?!"
Laki-laki itu malah terkekeh geli sambil memasang seatbelt nya."Lupain aja, gak penting."
Aisyah bergidik "Parah ni orang, tingkat PD nya tinggi banget, untung aja guru gue, coba kalo bukan? udah gue jambak juga tuh rambutnya!" batinnya menggerutu kesal.
Sepanjang perjalan mereka hanya diam. Sama sekali tak ada percakapan.
Hening.
"Kita mampir ke restoran dulu ya, saya laper belum makan apa-apa dari pagi" akhirnya Wildan membuka percakapan.
"Terserah." jawab Aisyah singkat. Sebenarnya, Aisyah juga sama. Sama-sama belum makan apa-apa dari pagi.
"Saya anggap itu setuju."
Kemudian berhentilah mereka di sebuah restoran yang jaraknya lumayan dekat dengan rumah Wildan.
"Mau pesen apa?" tanya Wildan sambil melihat lihat buku menu.
"Terserah." lagi-lagi itu jawaban Aisyah.
Wildan menutup buku menu "Di buku menu gak ada makanan yang namanya terserah, seumur-umur saya gak pernah liat sajian itu,"Aisyah mendengus kesal "Yaudah iya, samain aja kayak punya bapak!" Katanya.
"Syah, saya tahu kamu tidak suka dengan saya. Tapi tolong, jangan pernah menaikan nada bicaramu ketika di keramaian seperti ini." ujar Wildan.
Aisyah membuang muka, malas menatap wajah Wildan yang menyebalkan.
"Mas!" Wildan memanggil pelayan dan memesan makana mereka.Tak sampai sepuluh menit, pesanan mereka sudah ada di meja "Selamat dinikmati." ucap pelayannya.
"Terimakasih banyak, Mas."
Wildan memulai makannya, sementara Aisyah hanya diam. Ia sedang tak selera sebetulnya.
"Emang kenyang kalo cuma di liatin makanannya?"
Aisyah sadar Wildan tengah menyindirnya "Makin ke sini sifat asli bapak makin keliatan ya, ternyata bapak itu sama kayak kak Diana, cerewet dan gak bisa diajak kompromi. Beda banget sama anggapan anak SMA HB yang bilang kalo bapak itu pendiem dan karismatik!"
Wildan terkekeh "Itulah mengapa ada ungkapan jangan menilai buku dari covernya,"
Aisyah tersenyum kecut "Jadi makin gak nafsu makan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Samawa Bersamamu (Completed)
SpiritualTentang bagaimana mengikhlaskan segala hal yang tidak ditakdirkan-Nya