DUA PULUH DUA
Samawa Bersamamu
"Apa yang terjadi memang sudah seharusnya terjadi. Pada akhirnya kenyataan tidak pernah mengenal kata 'andai', suka atau tidak, siapa atau tidak, hadapilah.."
***
Sinar matahari pagi menerobos celah jendela kamar mereka. Membuat perempuan cantik yang sedang tertidur pun mengerjapkan matanya karena silau. Ia menggeliat, namun Ia merasakan pinggangnya sedikit berat, seperti ada sesuatu yang melingkar di pinggang kecilnya. Aisyah menyentuhnya, ternyata itu lengan Wildan.
Ia tersenyum, lalu perlahan memindahkan lengan Wildan ke kasur. Aisyah membalik tubuhnya, memandang wajah Wildan yang masih terlelap dengan teduh, alisnya yang lebat dan bulu mata yang agak lentik, bibir yang tipis dan hidung mancung itu semakin membuatnya terlihat tampan.
Mungkin karena terlalu lelah setelah mengerjakan urusannya di sekolah dan pulang sedikit larut, Wildan tidur lagi setelah sholat subuh. Baru kali ini Aisyah melihat itu. Biasanya sehabis subuh Wildan akan mengerjakan sesuatu di laptopnya atau sekedar merapihkan buku dan absennya-absennya.
Dengan usilnya Aisyah mencolek-colek hidung mancung Wildan, membuat si empu menggeliat dan terbangun.
Dan yang pertama kali dilihat Wildan saat membuka mata adalah wajah Aisyah yang tengah tersenyum manis di hadapnnya, mata indahnya yang berwarna cokelat dan bibir kecilnya membuat Wildan benar-benar besyukur mempunyai isteri secantik Aisyah.
"Selamat pagi!" Ucap Aisyah bersemangat.
"Pagi!" Jawab Wildan sambil tersenyum "Jam berapa sekarang?""Jam enam" jawab Aisyah.
"Kamu sudah sehat kan?" Wildan menyentuh pipi Aisyah."Sudah, kok. Hari ini Aisyah masuk sekolah ya seperti biasa" ujarnya.
Wildan mengangguk "Tentu saja" jawabnya.Mereka berdua bersiap, merapihkan buku dan segala sesuatu yang harus di bawa ke sekolah lalu turun ke bawah untuk sarapan bersama.
Terlihat Umi dan Bi Mimin sedang asik membuat sarapan di dapur, sementara Abi masih berkutat dengan buku agamanya yang tebal.
"Selamat pagi Umi" sapa Aisyah sambil mencium pipi Ibunya.
"Pagi sayang," jawab Umi "Sudah rapih saja anak dan menantu Umi" sambungnya sambil tersenyum lembut."Iya dong.."
"Neng Aisyah terlihat sangat bersemangat sekali hari ini," ujar Bi Mimin."Mungkin Aisyah bahagia bisa kembali bertemu dengan teman-temanya di sekolah" jawab Wildan sambil tertawa ringan.
"Nggak juga"elak Aisyah.
Wildan mencubit hidung Aisyah "Bohong dosa" ujarnya."Iiih sakit tau Mas!" dan terjadilah adegan saling cubit mencubit pinggang dan Wildan lah pemenangnya. Ia menggendong Aisyah ke meja makan seperti menggendong karung beras.
"Mas Wildan ihhh turunin Aisyah!!!"
"Gak akan, kamu gemesin kalo di lepasin"Umi dan Bi mimin cuma bisa tertawa melihat adegan lucu anak dan menantunya.
Wildan meletakan Aisyah di meja makan, "Udah, anak kecil duduknya disini aja ya, gak boleh ikut masak. Nanti malah ngerecokin"
"Anak kecil apaan statusnya isteri orang?"
Wildan terbahak "Ohya? Istri siapa memangnya?" Ujarnya lalu kembali ke dapur untuk membantu Umi dan Bi Mimin membawa sarapan ke meja.
Aisyah semakin dibuat jengkel oleh Wildan "Awas aja ya, pokoknya malem ini Mas Wildan tidur di lantai!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Samawa Bersamamu (Completed)
SpiritualTentang bagaimana mengikhlaskan segala hal yang tidak ditakdirkan-Nya