DUA PULUH LIMA
Samawa Bersamamu
****
Ternyata Diana tidak benar-benar akan pulang. Ia menyuruh supir taksi untuk mengantarkannya ke restoran. Ada beberapa hal yang ingin ia rapatkan bersama pegawai-pegawainya disana.
Setelah membayar taksi, Diana segera menuju ruangannya. Viona menyambut Diana dengan hangat "Selamat sore, Bu"
"Sore, Viona" balasnya sambil menyimpan tas di kursi.
"Apa ada masalah selama saya tidak berada disini?" Tanyanya.
"Alhamdulillah, tidak, Bu" jawab Viona.
"Apa ada berkas yang harus saya tanda tangani?"Viona mengangguk lalu memberikan beberapa map yang dibawanya ke Diana
"Beberapa perusahaan dan hotel ingin sekali menjadikan restoran kita seba"Dering telpon Diana menghentikan ucapan Voina "Sebentar, saya lihat panggilan dulu" katanya.
"Baik, Bu"
"Alya?" Ucapnya dalam hati saat melihat nama yang tertera di ponselnya. Diana segera menggeser tombol merah dan kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas.
"Bagaimana tadi? Lanjutkan" ucapnya pada Viona.
"Jadi, ada beberapa perusahaan dan hotel yang ingin bekerja sama dengan pihak restoran kit-"
Lagi-lagi ponsel Diana berdering. Tentu saja menghentikan lagi ucapan Viona.
"Maafkan saya, tapi nampaknya kita bicarakan urusan ini nanti malam, keluarlah. Ada urusan penting lain yang harus saya selesaikan sekarang" ucap Diana sesaat setelah melihat nama yang tertera di ponselnya."Baik, Bu. Saya permisi" pamitnya sebelum keluar.
Alya.
Cewek itu menghubunginya dua kali. Bisa dipastikan, Alya sudah menyadari kepergiannnya dari rumah sakit "Apa yang harus gue omongin sama Alya?" Gumamnya khawatir.
"Alya pasti kecewa kalau tau saat ini gue udah gak lagi di area rumah sakit nemenin dia" lanjutnya.
Akhirnya Diana memilih untuk mematikan ponselnya agar dirinya bisa sedikit menghindar dari serbuan pertanyaan yang pasti Alya lontarkan padanya. Yang dasarnya Diana juga tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu sendiri.
"Maafin gue, Ya" batinnya.
Diana membereskan berkas-berkas yang belum sempat ia cek dan bahas bersama Viona tadi dan memasukannya ke dalam tas."Kayaknya gak aman kalo gue masih ada di resto, mending gue balik. Alya bisa aja nyuruh supirnya buat cek keberadaan gue di resto" batinnya lalu kembali memesan taksi online.
"Permisi, Bu. Boleh saya masuk?" Pak Nandar tiba-tiba menunjukan batang hidungnya di balik pintu, membuatnya terpaksa menunda kepergiannya.
"Ya, silahkan duduk, Pak. Ada perlu apa?" Tanya Diana to the point. Ia tidak ingin mengulur-ngulur waktu lagi."Begini, Bu. Saya ingin melaporkan data keuangan bulan ini ke Ibu. Mohon di cek, Bu, takut ada data yang salah, nanti biar saya koreksi" pak Nandar memberikan sebuah berkas.
"Terimakasih banyak, Pak. Nanti saya akan cek semua datanya. Tapi tidak sekarang. Saya ada urusan lain" ujarnya.
"Baik, Bu. Maaf saya sudah mengganggu waktu Ibu" pak Nandar meminta maaf."Tidak usah minta maaf seperti itu, Pak. Justru saya yang seharusnya minta maaf karena tidak bisa mengerjakan semua ini sekarang"
"Tidak apa-apa, Bu. Saya mengerti" ucapnya sambil berdiri "Kalau begitu saya pamit, Bu, permisi"lalu keluar ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samawa Bersamamu (Completed)
SpiritualTentang bagaimana mengikhlaskan segala hal yang tidak ditakdirkan-Nya