DUA PULUH EMPAT
Samawa Bersamamu
"Sesuatu yang tidak di kehendaki-Nya tidak akan bisa terjadi meski kamu berusaha sekeras mungkin, maka jalan terbaiknya adalah menerima itu dengan lapang dada"
***
"Eh, iya Syah. Tadi loe di panggil Kepsek buat apa?" Tanya Lala saat mereka dalam perjalanan pulang.
"Jadi, dua minggu lagi anaknya pak Kepsek mau nikah, terus dia mesen makanan buat hajatnya ke resto" jawab Aisyah.
"Terus kamu terima?" Tanya Wildan.
"Aisyah minta waktu buat ngebicarain ini sama Kak Diana, urusan Resto kan kak Diana yang atur" ujarnya."Gue kira soal pernikahan kalian" kata Lala.
Wildan melirik Lala dari kaca spionnya "Semua itu gak akan terjadi kalau salah satu diantara kita tetap jaga rahasia" katanya."Bapak sama Aisyah tenang aja, Lala gak bakal ember kok, rahasia kalian aman ditangan Lala!" Ucapnya.
"Baguslah" kata Wildan."Eh iya, La. Nanti malem loe nginep di rumah gue, ya" ucap Aisyah memohon "Gue udah kangen banget cerita panjang lebar sama loe, nanti kita buat cokelat panas lagi kayak waktu itu, bahkan kita bisa nonton drakor yang banyak"
Wildan kembali melirik Lala yang duduk di kursi belakang, ia ingin memastikan apakah Lala menerima atau menolak tawaran Aisyah tadi.
Lala jadi bingung, satu sisi ia juga sangat rindu tidur bareng Aisyah sambil cerita panjang lebar, namun sisi lain ia merasa tak enak hati pada Pak Wildan. Mereka berdua kan bisa di bilang masih pengantin baru, namanya pengantin baru mana ada yang mau pisah ranjang. Kalau Aisyah si iya-iya aja, nah pak Wildan kan mana tahu, pikir Lala.
"Tapi, Syah, kalo gue nginep di rumah loe, nanti pak Wildan tidur dimana?" Tanya Lala.
"Halah, pak Wildan kan bisa tidur di kamar tamu, iyakan pak?" Ucap Aisyah.
Wildan hanya diam, ia tetap fokus menyetir. Dilihat dari mimik wajahnya, Lala paham, sepertinya Pak Wildan memamg kurang menyetujui hal itu, akhirnya ia terpaksa berbohong dengan berpura-pura mengangkat telepon dari orang tuanya.
"Hallo, Ma?"".."
"Oh gitu ya, emang gak bisa di tunda acaranya?""....."
"Oh, yaudah deh" ucapnya dan berlogat sedih setelahnya."Kenapa, La?" Tanya Aisyah.
"Duuh, maaf banget ya, Syah. Kayaknya gue gak bisa nerima tawaran loe deh, soalnya nanti malem nyokap gue ada acara, dan gue suruh nemein dia" bohongnya."Yaaaahhh, gak jadi dong kita curcol nya" ucap Aisyah sedikit kecewa.
"Gak papa kok, nanti kan bisa kapan-kapan" kata Lala.Wildan tahu Lala sedang berbohong "Yaudah, gak usah sedih gitu. Kan masih ada malam-malam berikutnya, nanti Lala bisa nginep di rumah bareng kamu, biar saya tidur di ruang tamu" ujar Wildan.
"Tapi kapan?" Tanya Aisyah sambil cemberut.
"Besok lusa gimana?" Usul Lala.
Mata Aisyah langsung berbinar, ia segera menatap Wildan meminta persetujuan, menyadari hal itu Wildan langsung tersenyum hangat "Iya, boleh" ucapnya."Makasih banyak yaaa!" kata Aisyah sambil mencubit pipi Wildan dengan gemas
"Sakit, Aisyah"
"Bodo!""Oh, kalau begitu saya tarik lagi ijin menginapnya" ancamnya.
"Ja-jangan gitu dong, Pak!"Dering ponsel Wildan menghentikan percakapan mereka, Wildan meraihnya dan mengusap layar ponsel "Dari siapa, Pak?" Tanya Aisyah.
"Nomornya tidak dikenal" jawab Wildan lalu menyimpan kembali ponselnya.
Tapi ponselnya berdering lagi "Angkat aja, Pak siapa tau penting" kata Lala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samawa Bersamamu (Completed)
SpiritualTentang bagaimana mengikhlaskan segala hal yang tidak ditakdirkan-Nya