18

163 10 0
                                    

DELAPAN BELAS

Samawa Bersamamu

"Terkadang kehadiran seseorang begitu berharga setelah merasa kehilangan"

***

"Sudah sampai, Mbak" sopir taksi itu memberitahu pelanggannya yang tertidur di mobil.

Diana mengerjapkan mata "Oh, iya Pak terimakasih. Maaf saya ketiduran" dibawanya koper turun dari mobil.

"Sama-sama, mbak"

Langkah kakinya terasa berat sekali saat kembali melihat rumah yang sudah lama ia tinggalkan. Apa kabar dengan semua orang yang ada di dalam? apa mereka baik-baik saja? sejumlah pertanyaan bermunculan di hatinya.

Baru saja ia hendak membuka pagar rumah, pak satpam langsung mengambil alih "Biar mamang aja, Neng"

"Makasih, ya Mang"
"Sama-sama Neng, kopernya mau sekalian Mamang bawain?"

Diana menggeleng lalu tersenyum lembut "Gak usah, Mang. Zilah bisa sendiri,"

Makin mendekat ke pintu rumah, langkahnya makin goyah. Tidak yakin dan bimbang dengan keputusannya untuk kembali pulang. Apa mereka masih mau menerima saya? pertanyaan itu terngiang-ngiang di kepalanya.

Lengannya meraih gagang pintu, ia menarik nafas sedalam-dalamnya. Semoga tidak ada lagi yang perlu di khawatirkan setelah ini. Ia dorong pintu lalu mengucapkan salam pelan.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam," terdengar jawaban dari arah dapur. Bi Mimim datang lalu memeluk Diana dengan erat.

"Ya Allah, Neng..Bibi kangen banget," Diana dapat rasakan tetesan bening itu jatuh di jilbab besarnya "Zilah juga kangen sama Bibi"

Bi Mimin langsung melepas pelukannya "Biar Bibi panggilin Ummi sama Bapak dulu ya, Neng" Diana mengiyakan perkataan Bi Mimin lalu duduk di ruang tamu, melepas lelah dan penat serta rasa penyesalan.

Ia memandangi setiap sudut dari rumahnya itu, rasa rindu bercampur haru tiba-tiba menyeruak saat Umi Maryam memeluknya dari belakang sambil menangis "MasyaAllah..Nak akhirnya kamu pulang juga,"

***

"Kita kapan pulang, Mah? Lala rindu Aisyah" katanya saat makan siang bersama ibunya.

Kanita hanya tersenyum "Lusa kita sudah ada di jakarta lagi, sayang"

"Kenapa?" tanya Kanita selanjutnya.
Lala menyimpan sendok garpunya di piring lalu menjauhkannya dari hadapan.
"Ngerasa bersalah aja gak bisa hadir di masa-masa sulitnya dia, Mah"

"Aisyah itu anak yang kuat, dia pasti bisa melewati semua masalah yang ia hadapi dengan sendiri, kamu gak usah khawatir,"

Lala mengaiyakan perkataan Ibunya. Yang dibilang Kanita memang benar, Aisyah adalah teman terhebat yang pernah ia miliki. Sekeras dan seberat apapun ujian hidupnya ia masih bisa bersyukur kepada Tuhan.

Seusai makan, Ia meminta ijin pada Kanita untuk pergi ke pusat oleh-oleh di Bandung. Ia ingin memberikan banyak oleh-oleh untuk Aisyah sebegai tanda maafnya. Diperjalanan, ia kepikiran untuk menelefonya, menanyakan hal apa saja yang ia suka agar dirinya tidak kesusahan mencari-cari.

"Hallo, Syah?"

Disebrang suara laki-laki, Lala langsung diam. Menelaah dengan siapa ia bicara.

"Syah? ini elo kan? suara loe kok mirip bapak-bapak"

Samawa Bersamamu (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang