20

178 11 0
                                    

DUA PULUH

Samawa Bersamamu

"Jika kamu merasa kehilangan, maka ikhlaskanlah. Karena kita dilahirkan tanpa membawa apapun"

***

Sedari tadi yang dilakukan Aisyah hanyalah mengecek layar handphonenya dengan perasaan khawatir. Sudah hampir Isya Wildan belum juga datang ke rumah, sudah beberapa kali dihubungi namun telponnya tidak aktif.

"Mas Wildan kemana sih? bikin khawatir aja, telponnya juga gak aktif lagi dari tadi"

Aisyah bergegas turun ke bawah, menemui Umi dan Abi serta Diana yang sedang berbincang hangat di ruang keluarga.

"Isyah kenapa?" Tanya Abi saat pertama kali mendapati wajah Aisyah yang khawatir.

"Mas Wildan, Bi"
"Ada apa dengan Mas Wildan mu, hm?" Umi merangkul anak bungsunya.

"Mas Wildan belum pulang, Aisyah jadi khawatir terjadi sesuatu sama dia. Dari tadi perasaan Isyah gak karuan" ujarnya.

"Sabar Nak, nanti juga pulang. Sudah coba di telpon?"

"Udah, tapi handphonenya Mas Wildan gak aktif mulu dari tadi"
"Mungkin kerjaanya masih banyak, jadi pulangnya agak larut" balas Abi berusaha menenangkan puterinya.

"Tapi Bi, gak biasanya Mas Wildan nggak ngabarin Aisyah kayak gini,"
Umi tersenyum "Kita berdoa sama Allah ya, semoga Wildan baik-baik aja di sana,"
"Aamiin"

Sedari tadi Diana hanya diam, ia tidak ikut perbincangan, pikirannya terbagi bagi. Tentang Aisyah yang nampaknya begitu khawatir itu menandakan dalam hati kecilnya sudah ada rasa pada Wildan. Keadaan Wildan yang katanya tak ada kabar juga sekarang membuatnya merasakan sesuatu yang seharusnya tak ia rasakan, yaitu rasa cemas.

"Assalamu'alaikum" ucap seseorang dari depan. Aisyah langsung mengenali suara itu, ia yakin betul bahwa yang datang adalah suaminya.

Ia bergegas membuka pintu "Wa'alaikumussalam," jawabnya, dan benar saja, ia mendapati Wildan yang basah kuyup seperti terguyur hujan lebat di perjalanan.

"Innalillahi Mas Wildan kenapa jadi basah-basahan begini?" Aisyah panik "Kehujanan dimana Mas?"

Wildan tersenyum, ia senang melihat ekspresi wajah Aisyah yang khawatir, yang menurutnya sangat menggemaskan. Ingin rasanya mencubit hidung dan pipinya yang cubby itu dengan lembut "Introgasinya nanti aja ya, saya udah kedinginan banget," balas Wildan.

Aisyah merentangkan tangannya di depan Wildan, membuat Wildan menautkan kedua alisnya "Kamu mau ngapain?"

"Mas bilang dingin kan? Sini Aisyah peluk biar ada hawa-hawa anget"
Wildan langsung tertawa"Yang ada baju kamu ikutan basah, terus malah masuk angin lagi. Nanti kalo kamu sakit siapa yang ngurusin saya?"balasnya sambil tak henti terkekeh melihat aksi Aisyah yang amat lucu baginya.

Umi dan Abi datang dari belakang "Alhamdulillah kamu udah pulang, Nak. Aisyah dari tadi khawatir nungguin kamu, takut kenapa-napa" ujar Abi.
Wildan mengacak-ngacak jilbab Aisyah "Anak Abi memang terlalu overprotektif terhadap saya" kekehnya.
"Ihh Mas Wildan!" Seru Aisyah merasa kesal dengan kondisi jilbabnya yang di buat tak karuan oleh Wildan.

Umi dan Abi tertawa "Yaudah, Syah diajak masuk dong suaminya, masak mau di luar aja, kan kasian. Diurusin ya suaminya, Abi sama Umi mau ke kamar duluan" kata Umi.

"Ciee yang mau pacaran" ledek Aisyah pada kedua orang tuanya.
Abi terkekeh "Kamu ini, pikirannya selalu saja ke hal yang aneh-aneh. Umi dan Abi mau membicarakan sesuatu hal yang penting berdua" jelasnya.

Samawa Bersamamu (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang