EMPAT BELAS
Samawa Bersamamu
****
Tidak terasa masa cuti mereka berdua sudah hampir habis. Sudah lima hari juga Aisyah dan Wildan tinggal di rumah pribadi Wildan.
"Pak, nanti sore kita pulang ke rumah Abi, ya, please." rayu Aisyah terhadap Wildan.
Sementara yang di rayu sama sekali tak menoleh bahkan masih sibuk dengan laptopnya "Ish, bapak ngadep sini dulu!" Aisyah memutar kursi yang Wildan duduki hingga kini posisinya saling berhadap hadapan."Apa?" Tanya Wildan dingin.
"Kita pulang ke rumah Abi ya nanti sore, ini kan hari cuti terakhir kita. Lagian, Aisyah bosen disini.""Iya, terserah kamu."
"Asik!" Batinnya Aisyah girang.
"Makasih, Pak." lalu dengan riangnya ia membereskan semua bajunya ke dalam koper."Punya saya sekalian!" Teriak Wildan dari ruang kerjanya. Aisyah memutar bola matanya jengah lalu mau tidak mau dirinya harus mengambil koper satu lagi di atas lemari.
Ia membuka lemari sebelah "Bapak mau bawa baju berapa?" Teriak Aisyah.
"Terserah kamu!"Aisyah mencebik "Dari tadi terserah mulu tu orang! Gue bawain baju sepotong baru tau rasa!"
Setelah membereskan baju bajunya, Aisyah pergi ke dapur untuk membuat makan siang "Aisyah bantuin ya, Bi"ucapnya ke Bi Sari.
"Ndak usah repot-repot, Non. Biar Bibi saja yang masak"
"Nggak repot, kok, Bi. Aisyah biasa bantuin Umi sama Bi Mimin masak kalo di rumah"Bi Sari tersenyum "Yaudah, kalau gitu Non Aisyah bantu yang ringan-ringan saja ya"
Aisyah mengangguk "Siaaap!"Dari ruang kerjanya Wildan mencium harum masakan, ia pun menyelesaikan pekerjaannya dan bangkit.
"Lho, Aisyah kemana?" Tanyanya ketika menyadari si cerewet itu tidak ada di kamar.Ia langsung menuruni anak tangga dan mendapati Aisyah sedang asik memasak di dapur bersama Bi Sari. Wildan hanya tersenyum melihat kelakuan anak itu, bisa-bisanya ia melemparkan segenggam tepung ke wajah Bi Sari yang sedang menggoreng ikan.
"Maaf Bi Aisyah sengaja" ucapnya sambil tertawa.
"Non, muka Bibi udah kayak bakwan di tepungin""Gak papa, Bi, tambah cantik kok! Sini Aisyah tambahin lagi tepungnya"
Byur!
Wajah Bi Sari semakin tak karuan, akhirnya Bi Sari pun membalasnya dengan melemparkan tepung juga ke wajah Aisyah. Dan terjadilah perang tepung diantara keduanya.Wildan mengambil gelas dan membuka kulkas, lalu menuangkan air dingin "Mau sampai kapan perang tepung ini akan berakhir?" Ucapnya datar.
Bi Sari langsung menyadari kejadiran tuannya "Maaf, Den, Bibi gak bermaksud apa-apa ke Non Aisyah" ujarnya.
"Bukan salah Bibi kok, saya tahu ini ulah dari kejahilan Aisyah"
"Yee gak bisa gitu dong! Kan main tepungnya berdua, masa yang di salahin cuma Aisyah?! Kata Aisyah tak terima."Kamu duluan kan yang memulainya?"
"I-iya, sih""Jadi yang salah siapa?" Tanya Wildan.
"Bapak!!"
"Lho, kok jadi saya?!"
"Tauk ah, males ngomong sama situ!" Katanya merajuk lalu membersihkan diri dari tepung di wastaple.
KAMU SEDANG MEMBACA
Samawa Bersamamu (Completed)
SpiritualTentang bagaimana mengikhlaskan segala hal yang tidak ditakdirkan-Nya