26

117 9 0
                                    

DUA PULUH ENAM

Samawa Bersamamu

"Semua yang terjadi adalah kehendak Allah, kita sebagai hamba-Nya hanya bisa ikhlas menerima dan sabar dalam menghadapinya"

*****

Pas sekali, saat Abi menoleh ke kiri, ruang Melati ditemukan. Abi berlari dan mengedarkan pandangannya ke dalam kaca, air matanya pun terjatuh.

Aisyah.

Ia terbaring lemas di kasur rumah sakit.
Abi mendorong pintu, nampak seorang suster sedang memeriksa puterinya.
"Maaf, bapak siapa?"

Dengan sendu Abi menjawab "Saya bapak dari pasien ini, Sus. Bagaimana kondisi anak saya?" Sembari mendekat dan memegang lengan Aisyah.

"Kondisi anak bapak masih lemah. Masih perlu banyak istirahat."

"Apa ada luka parah di tubuhnya, Suster?"
"Alhamdulillah, luka pasien tidak terlalu parah dan masih bisa kami tangani dengan baik, hanya ada benturan kecil di kepalanya. Tapi tidak masalah"

Abi menghembuskan nafas leganya "Aisyah, bangun, Nak. Ini Abi," ujarnya sedih "Kamu harus kuat, Nak. Abi yakin kamu bisa melewati semua ini, karena kamu hebat,"

Nampaknya suster tadi bisa memahami betapa sedihnya hati seorang Ayah ketika melihat puterinya terbaring di kasur rumah sakit dengan lemah. Oleh karena itu, suster ingin memberikan waktu untuk mereka.

"Kalau begitu, saya keluar dulu ya, Pak. Nanti satu jam mendatang saya akan kembali bersama dokter untuk mengechek keadaan anak bapak"

"Iya, Sus. Terimakasih"

Setelah itu suster keluar. Abi memeluk puterinya "Maafkan Abi, Aisyah. Abi tidak bisa menjagamu" ucapnya.

Hening.
Hanya terdengar suara naik turunnya detak jantung di mesin kardiograf.

"Jangan dulu tinggalkan Abi dan Umi, Aisyah. Masa depanmu masih panjang, Abi tidak bisa membayangkan bagaimana kedepannya kalau kamu tidak ada"

"Abi mohon, bertahanlah. Kamu anak yang kuat, Abi percaya itu" Abi mengusap kepala Aisyah dengan lembut sambil membacakan doa agar ia bisa dengan cepat siuman.
Kemudian Abi merogoh kantongnya, dan segera menghubungi Diana.

Namun untuk kesekian kalinya panggilan Abi tak di angkat. Selalu tidak aktif.
"Kemana kamu, Na?" Gumam Abi.

Setelah melihat Aisyah, Abi memutuskan untuk melihat kondisi Wildan di kamar rawat sebelah. Saat Abi membuka pintu, Wildan juga tengah berbaring lemah dan tak sadarkan diri dengan kepala di balut perban.

Abi duduk di samping menantunya sambil menatapnya sedih "Sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan kalian?" ucapnya sambil mengelus rambut Wildan perlahan tanpa mengenai perbannya.

"Ya Allah, Wildaaaan" Fatimah tiba-tiba masuk ke dalam dan memeluk anaknya sambil menangis.

"Bangun, sayang ini Umi, Nak" ucapnya.
"Kenapa semuanya seperti ini?" Tanyanya.

"Saya juga tidak tahu kenapa mereka bisa kecelakaan seperti ini. Yang jelas, semua sudah kehendak Yang Maha Pencipta"

"Iya, Pak ustadz. Lalu bagaimana kondisi Aisyah? Apakah dia baik-baik saja? Saya ingin menemui menantu saya"

"Aisyah ada di kamar rawat sebelah, tadi saya baru dari sana. Kondisinya tidak terlalu parah, hanya ada benturan kecil di kepalanya" jawab Abi.

"Apa Aisyah sudah siuman?
Abi menggeleng "Belum, sampai saat ini Aisyah belum juga siuman"

Samawa Bersamamu (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang