Di dunia ini ada banyak macam orang; Si rajin, Si pintar, Si malas, Si tukang tidur, sampai Si-alan yang kehadirannya tidak diharapkan.
Mari kita perkecil cakupannya.
Di Fakultas Kedokteran ini pun terdiri dari berbagai macam orang. Kamu gak hanya akan menemukan orang yang menenteng buku sepanjang jalan, tapi sama saja seperti yang lain, fakultas ini terdiri dari mereka yang ambisius, mereka yang senang berorganisasi, mereka yang hanya hidup untuk hari ini, hingga mereka yang selalu putus asa.
Percayalah, mereka di sini tidak ada yang sama.
Tempat ini bukan tempat yang enak, pun bukan tempat yang menyedihkan, tergantung bagaimana kamu menyikapinya.
Selamat datang di pintu pengenal,
selamat berpetualang.
Kanaya Shafa Aqila, 18 tahun
"Dari delapan belas tahun hidup gue, baru tahun ini gue mulai tidur gak tenang. Setiap bangun tidur, gue merasa bersalah karena gue belum melakukan apa-apa di malam hari. Tidur gue hanya tenang di malam Sabtu dan malam Minggu.
Karena gue bukan orang pintar, maka gue sangat mengagumi dan mempercayai kalimat ini, 'You don't have to be brilliant to be a doctor. You have to be hard working and have good character. That's what makes good doctors.'
Gue sangat mempercayai hal itu hingga di tengah-tengah hiruk pikuk perkuliahan pun, gue masih sangat sempat menonton drama Korea. Hari-hari gue tanpa drama Korea mungkin bak terjebak di padang pasir, kering dan gak ada motivasi. I love you, oppa!"
Kanaya hanya cewek biasa yang berusaha bertahan di kedokteran. Memang menurutnya sulit, tapi setelah memasang puluhan quotes itu di kamarnya, Kanaya akhirnya yakin dia hanya perlu berusaha.
Berusaha sih, tapi tetep aja cepat bosan. Dia lebih tahan menonton drama korea atau MV boyband kesukaannya sampai berjam-jam dibandingkan harus membaca satu lembar Harper. Yah, namanya juga usaha.
Kanaya memang gak pintar, tapi dia punya fisik dan batin yang tahan banting. Modal orang di kedokteran itu memang beda-beda, kan? Maka dari itu, Kanaya akan selalu percaya pada dirinya sendiri.
Arka Mahira Waradhana, 18 tahun
"Ketika gue menjadi anak kedokteran, gue berjanji pada diri gue sendiri untuk gak akan menyia-nyiakan waktu gue.
Gue gak peduli dengan mereka yang mengajak gue futsal, nonton, atau kegiatan lain yang bisa menghabiskan dua puluh empat jam gue.
Gue juga berjanji untuk gak jatuh cinta pada siapa pun. Jatuh cinta itu bikin lo semangat belajar? Ha...hahaha, bullshit. Jodoh itu urusan gampang, gak perlu buang-buang waktu, the problem is you think you have time, but actually, you don't."
Arka Mahira Waradhana, laki-laki berumur 18 tahun yang memilih menghabiskan masa mudanya dengan buku-buku tebal dan probandus yang ia buat sendiri.
Laki-laki Einstein yang bisa mengingat segala sesuatu dengan mudah. Perkatannya pedas dan tentu saja tidak banyak orang yang menyukai dia. Arka selalu belajar jauh-jauh hari. Arka tidak pernah tidak siap ketika ada ujian dadakan. Arka terus berusaha, karena dia harus menjadi nomor satu.
Alvino Daffa Aruna, 18 tahun
"Eat-Panic-Study-Sleep-Panic-Eat sudah menjadi siklus keseharian gue. Tapi sayangnya, sekeras apapun gue belajar, gue gak pernah dapet nilai B. Gak remed aja gue udah syukur.
Gak tahu apa yang salah, otak gue? Atau justru pilihan gue untuk berada di sini yang salah? Gue lebih menyukai kegiatan-kegiatan UKM gue dibandingkan buku-buku yang lebih tebel dari dosa gue itu. Tapi tolong bedakan antara suka dan harus.
Gue harus bisa, maka gue harus belajar.
Tolong, gue butuh banget motivasi belajar!"
Tidak seperti namanya, Aruna yang berarti merah, Daffa tidak menyukai warna merah apalagi darah. Ada suatu kejadian masa lalu yang membuat Daffa memilih untuk masuk ke dunia kedokteran, sekaligus membuatnya takut darah.
Daffa disukai banyak orang, tentu saja karena senyuman manisnya yang membuat Bang Udin—penjaga student mart—sampai kakak tingkat teriak-teriak, dan juga sapaannya yang selalu hangat.
Sekali pun sering merutuki dirinya sendiri karena merasa sebodoh itu dan selalu gagal, Daffa tidak pernah menyerah. Kalau sedang pusing, dia lebih memilih untuk bermain basket bersama teman-temannya, lalu setelahnya akan kembali ke realita.
Dan setelah ia kembali ke realita, ia akan berteriak, "Gue pengen nikah aja!"
Dan mereka yang akan menjadi teman.
***
Subscription
Halo semua, selamat datang di cerita baruku ini. Sebenarnya ada banyak keraguan saat mau publish cerita ini, tapi akhirnya aku putuskan untuk diceritakan di sini, semoga suka.
Cerita ini akan menjadi cerita ringan layaknya diari, tapi semoga mengesankan dan semoga bisa dijadikan pembelajaran. Cerita ini mengandung sedikit kenyataan hidup yang aku jalani di FK (tapi bukan tokoh-tokohnya ya) wkwkwk.
Ohiya, tokoh di atas hanya visualisasi agar mudah membayangkan, tapi kalau kamu punya visualisasi sendiri, itu lebih bagus!
For those of you who are going to become medical students, hopefully it helps.
To all medical students in this world, let's survive!
Bandung, 18 Januari 2019
Adilla
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR FUTURE DOCTOR
Teen Fiction(n):/seseorang yang memiliki hati, cinta, dan kepedulian yang lebih luas dari dunia, terutama untukmu./ Tentang belajar, gagal, dan bangkit kembali; Tentang jatuh dan harus bangun di saat yang bersamaan; Tentang menguatkan dan merelakan; Dan tentang...