Rehabilitation

124 12 3
                                    

re.ha.bil.i.ta.tion (n)/the action of restoring something that has been damaged to its former condition/

tion (n)/the action of restoring something that has been damaged to its former condition/

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Adik lo tuh, Ro."

Arka yang sedang nyengir sambil menaruh sepatu di tempatnya terkaget saat mendengar suara Alkena dari arah kulkas. Alkena tengah meneguk salah satu minuman di sana, kemudian menatap Arka lamat-lamat. Bukannya diam, Arka malah melanjutkan tawanya yang sejak tadi tertahan.

"Rooo, adik lo ketawa-ketawa sendiri," Alkena melapor lagi. "Serem dah. Kesurupan kayaknya, mesti diruqyah."

Alvaro yang entah muncul dari mana bersandar di pintu kamar Arka, kemudian tertawa kecil, "Biarin, Ken. Udah besar. Sudah baikan sama Kanaya? Kemarin Kakak dapat laporan dari Daffa kalau lo sering uring-uringan akhir-akhir ini. Tapi sekarang kayaknya sedang senang?"

"Lho jadi Daffa mata-matain Arka selama ini?! Buat dilaporin ke Kak Varo sama Kak Kena?"

"....ya, sebenarnya gak se-lebay itu juga, sih," Alkena mencibir, lalu membanting tubuhnya di sofa. "Cuma pengin tahu aja keadaan lo gimana. Kalau gara-gara lo uring-uringan terus ujian lo jelek, kita-kita lagi yang bakal dimarahin Pak Tua itu."

"Sst...Alkena—" Alvaro menegur cepat.

"Ya ya ya, Papa maksud gue," Alkena menjawab dengan nada tak acuh. Pandangannya jatuh pada televisi yang sebenarnya hampir tidak pernah Arka nyalakan selama ini. Menurutnya, acara-acara televisi sekarang agak kurang mendidik dan waktunya lebih baik dihabiskan untuk mengerjakan hal-hal yang lebih penting.

"Hng...Kak."

"Gue atau Varo?" Alkena menyahut cepat, sangat kentara kalau dia tidak memperhatikan suara yang dikeluarkan dari televisi itu.

"Dua-duanya," jawab Arka, ia meneguk salivanya dan melanjutkan, "I'm sorry."

Alvaro mengangkat alisnya. Ia merasa segala sesuatunya sudah selesai. Alkena sekarang terlihat baik-baik saja dalam memperlakukan Arka. Dia sendiri mencoba untuk lebih dekat—lagi—dengan kedua adiknya. Yang tidak beres hanya tentang Papa dan mungkin permasalahan itu agak sulit untuk ditangani. Jadi buat apa Arka meminta maaf lagi?

"Ini tentang Mama dan Papa," jawab Arka, masih berdiri di tempatnya. Secara refleks Alkena memberi ruang untuk Arka duduk di sampingnya, sementara Alvaro segera menghampiri mereka berdua, duduk di atas karpet. "...mungkin kalau Arka baik-baik saja dulu, semua ini gak akan terjadi."

"Arka, jangan ngomong begitu—"

"...Arka serius, Arka ingin Kak Varo sama Kak Kena dihargai sama Papa," Arka menghela napasnya. "Dan Arka minta maaf kalau terkesan jadi satu-satunya anak yang diharapkan Papa."

Alkena mengerjapkan matanya, "Arka, it's ok. It's really ok. Gue memang sempat membenci lo, denial, menyalahkan keadaan. Tapi buat apa? Bagi gue, ada Varo dan lo...ehem...udah cukup," Alkena agak gengsi mengatakannya, tapi dibanding melihat adik semata wayangnya menangis, Alkena sepertinya harus mengeluarkan kata-kata itu.

YOUR FUTURE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang