Cascade

164 12 2
                                    

cas.cade /a succession of stages in a process, each of which triggers or initiates the next/

Arka menyadari kebodohannya sepuluh detik setelah ia mengatakan sesuatu dengan antusias pada Kanaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arka menyadari kebodohannya sepuluh detik setelah ia mengatakan sesuatu dengan antusias pada Kanaya. Terlebih ketika perempuan itu terdiam dan tidak menjawab kalimatnya selama beberapa saat. "Eh, maksudnya gue sibuk. Mungkin gue pertimbangkan lagi nanti. Lagian Abbas enak banget kok untuk belajar imun."

Suara di seberang sana masih hening. Apa Kanaya marah? Tapi dia terlalu aneh untuk marah karena hal ini.

"Oh gitu, ya udah. Gue tutup ya, Ka,"

Kemudian telepon itu begitu saja ditutup. Arka sempat kesal beberapa saat karena, ini kan Arka yang menelepon duluan, terus kenapa dia yang tutup? Walaupun tadi berawal dari ketidaksengajaan telunjuk Arka yang tiba-tiba saja menjadi volunteer untuk memencet kontak Kanaya.

Terus jawabannya tadi itu kenapa? Itu tidak seperti Kanaya yang suka merengek dan memaksa sesuatu-contohnya saat ia memaksa Arka untuk pulang bersamanya dan menerobos begitu saja ke dalam apartemen Arka.

Detik berikutnya, Arka memutuskan untuk tidak peduli. Memangnya apa urusannya dengan Arka kalau Kanaya memang marah? Keadaan akan kembali seperti semula dan tetap sama; Arka akan sendiri, dan Arka sudah terbiasa dengan hal itu.

Memori Arka kemudian kembali ke beberapa hari yang lalu, sebelum Arka pulang ke rumahnya, saat Kanaya dan Daffa tiba-tiba datang ke apartemennya dengan makanan yang bejubel dan berakhir ditinggalkan begitu saja karena Daffa tiba-tiba berlari keluar secara emosional.

Arka sampai sekarang tidak mengerti, sebenarnya Daffa itu kenapa? Apa dia tidak suka dengan cara Kanaya memeluk Arka dan menenangkannya? Tapi kan, Daffa itu bukan siapa-siapa Kanaya, lagipula ia sudah punya pacar-oke, diam-diam Arka memang pengamat yang baik dan mampu mengetahui hampir seluruh peristiwa yang terjadi di fakultasnya.

Tapi kenapa juga sih cewek itu harus memeluknya? Tindakan itu hampir membuat jantung Arka meledak begitu saja. Walaupun Arka harus mengakui kalau....pelukan itu cukup ampuh membuatnya tenang dan tidak menyalahkan dirinya sendiri lagi.

Arka jarang dipeluk, mungkin hampir tidak pernah, terlebih ketika Mama sudah tidak ada. Ralat, sebenarnya Arka agak kurang suka disentuh-sentuh secara sembarangan oleh orang lain. Kecuali Mama tentunya. Maka mengingat dirinya mau-mau saja dipeluk oleh Kanaya, ia berpikir mungkin saat itu ia agak kurang waras akibat papanya.

Entah lamunan Arka yang terlalu dalam atau suara ringtone handphone-nya yang terlalu keras, Arka terbangun dari lamunannya. Memperhatikan siapa kira-kira yang mengirimkan pesan kepadanya-karena itu hampir mustahil ada. Ruang chat Arka hanya dipenuhi grup angkatannya, juga berbagai Official Account beberapa tempat makan dan pembelajaran. Baru akhir-akhir ini muncul dua nama pada rentetan chat-nya.

[Alvaro]

Kata Kena lo sakit, lo gak apa-apa?

Arka tertegun, mengucek matanya beberapa saat. Kak Varo bahkan tidak memunculkan batang hidungnya sedikit pun ketika Arka pulang ke rumah mereka. Kak Varo itu....sulit dijelaskan. Dia adalah orang yang ceria-dulu. Sekarang Kak Varo lebih sering diam, seakan orang banyak akan menyakiti eksistensinya. Bahkan adiknya sendiri.

YOUR FUTURE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang