Etiologi

262 16 2
                                    

e.ti.ol.o.gy/the cause, set of causes/

Menurut sebuah studi, otak kita hanya butuh empat menit untuk menyadari bahwa kita jatuh cinta pada seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menurut sebuah studi, otak kita hanya butuh empat menit untuk menyadari bahwa kita jatuh cinta pada seseorang. Secepat itu. Tapi, akhir-akhir ini Daffa membantah teori yang tidak masuk akal itu, karena dia hanya butuh lima detik untuk jatuh cinta pada Nadia.

Detik pertama, Daffa melihat Nadia di pinggir lapangan basket, tengah berjalan entah menuju ke mana.

Detik kedua, langkah Nadia tiba-tiba terhenti oleh tukang bakpau yang memang sering berada di sana saat sore hari, menjajakan makanannya pada anak-anak yang tengah sibuk pada kegiatan. Kadang ia tidak digubris sama sekali, tapi tetap menunggu sampai anak-anak menghampirinya karena kelelahan.

Detik ketiga, Nadia menunduk. Daffa tidak tahu apakah ia tengah memilih bakpau yang sedang dijajakan, atau sedang mencoba berbicara banyak hal dengan bapak penjualnya.

Detik keempat, Nadia menyelipkan sejumput rambutnya ke belakang telinga.

Detik kelima, Nadia tersenyum.

Senyum itu. Senyum di detik kelima yang Daffa lihat dari tengah lapangan, yang membuatnya kehilangan tiga skor sekaligus. Memang kalau berbicara tentang jatuh cinta, rasanya indah sekali. Kalau waktu bisa berhenti, Daffa ingin jatuh cinta di sana, where there is no time and falling in love never stop.

"Nad, nanti pulangnya aku mau rapat dulu. Kamu...pulang sendiri gak apa-apa?" Tanya Daffa saat mobilnya berhasil parkir dengan sempurna di pelataran parkir FK.

Nadia tersenyum kemudian mengangguk, "Iya. Hati-hati ya nanti." Jawab Nadia, lalu kemudian ia mengangkat tangannya untuk merapikan rambut Daffa. "Jangan lupa makan, nanti kalau udah sampai rumah, kabarin aku ya."

Daffa refleks ikut tersenyum, lalu membuka sabuk pengamannya. "Kamu juga. Yuk keluar, udah mau masuk, kan?" Tanyanya yang disambut dengan anggukan Nadia.

Mereka berdua akhirnya keluar, berjalan beriringan menuju ke ruang yang berbeda. Mereka tidak satu grup, jadi jadwal mereka tidak sama. Hari ini Daffa ada skills lab, sementara Nadia ada lab activity. Skills lab adalah salah satu lab yang digunakan untuk mengasah kemampuan mereka sebagai calon dokter, misalnya kemampuan suturing atau menjahit, kemampuan melakukan CPR, dan lain-lain yang nantinya diuji dalam OSCE. Sementara lab activity lebih berkaitan dengan laboratorium pada umumnya.

"Kanaya, ajarin, dong. Gue belum baca sama sekali," seorang perempuan—teman Kanaya—nyengir sambil menyodorkan modulnya. Sementara, Kanaya yang ada di sebelahnya langsung menyambutnya cepat. Mereka berdua berdiskusi beberapa saat sambil tertawa-tawa.

Daffa yang baru masuk ke ruangan skills lab dan mendapati pemandangan itu menghela napas, lalu kemudian menghampiri Kanaya, "Heh. Udah sarapan belum lo?" Dia menoyor kepala Kanaya, membuat perempuan itu mendengus tanpa menggubrisnya sama sekali. "Lo kenapa, sih? Mau diemin gue gitu aja? Oke." Daffa menyerah dan sedikit kesal, ia lalu mengambil jarak beberapa bangku dari tempat Kanaya duduk.

YOUR FUTURE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang