Hippocampus

100 13 0
                                    

hip.po.cam.pus (n)/the elongated ridges on the floor of each lateral ventricle of the brain, thought to be the center of emotion, memory, and the autonomic nervous system./

"Tarik napas, Ka," Daffa menatap Arka dengan raut wajah khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tarik napas, Ka," Daffa menatap Arka dengan raut wajah khawatir. "Keluarin pelan-pelan. Lo gak apa-apa, kok. Tenang. Ada gue dan Kanaya, oke?" Ujar Daffa sambil menepuk bahu Arka.

Muka Arka kemerahan. Ada sisa-sisa peluh di keningnya. Tangannya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. Kemudian Arka menuruti apa yang Daffa bilang, hingga rasa sakitnya seakan keluar perlahan dari setiap hembusan napasnya, menyisakan kekosongan yang tidak bisa didefinisikan.

"—gue mau ketemu Gavin, Daf."

Dari sekian banyak kalimat yang dapat dikeluarkan Arka—yang terlihat seperti setengah kesurupan tadi, kalimat itu membuat Daffa sedikit terkejut. "Kenapa....tiba-tiba?" Tanyanya, ia menyodorkan segelas minuman dingin pada Arka.

Arka segera meminumnya sebelum menjawab, "I will let you survive. Lo harus bertahan."

"Ha?"

"Itu kalimat terakhir yang tiba-tiba gue dengar tadi," lanjut Arka. "I feel that he has sacrificed something for me. Jadi, gue harus bertemu dia dan melihat apakah dia baik-baik saja sekarang."

Daffa menghela napas pelan, "Seandainya Gavin gak baik-baik aja?"

"I have to do something for him," jawab Arka cepat, membuat keheningan yang cukup panjang mengisi. Mereka hanya menatap segala sesuatu di depan mata mereka tanpa minat, sesekali melirik Kanaya yang tengah memilih alat-alat tulis. "Gue benci berada di dalam keadaan gak tahu apa-apa seperti ini."

"Gue udah telepon kakak lo."

"Hah? Ngapain?"

"Gue ingin mereka datang dan menceritakan semuanya. Mereka pasti gak tega melihat adiknya kebingungan kayak gini, kan?" Daffa menghela napas, lalu menatap Arka. "Malam ini, ayo kita semua kumpul di apartemen lo. Ayo kita buka...kenangan kita."

"Lo baik-baik aja?"

Daffa menggeleng, "I feel cheated by everyone. Lucu, ya? Padahal kenyataan itu hanya selangkah dua langkah dari kita, tapi kita gak tahu apa-apa. Lo gimana? Apa lo baik-baik aja?"

"I've never felt fine. Sejak mama gue meninggal atau mungkin...sejak sebelum itu."

"Gue mau tanya sesuatu."

"Apa?"

"Kalau Kanaya bertemu dengan Gavin, menurut lo apa yang akan terjadi?" Tanya Daffa.

Arka menoleh sesaat, kemudian tertawa kecil. "Menurut lo apa yang akan terjadi kalau dua orang yang saling menyukai bertemu?" Arka malah bertanya balik. "Mereka akan bahagia, Daf. Gue senang kalau lihat mereka bahagia."

YOUR FUTURE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang