trans.lu.cent. (a)/semi-transparent/
"Ini rumah lama lo apa rumah presiden?"
Kanaya berdecak, menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kedua tangan bersidekap di depan dada. Arka, Daffa, dan Kanaya kini tengah berdiri di depan sebuah rumah berpagar—atau mungkin lebih cocok disebut gerbang saking besarnya—cokelat tua dengan ornamen di kiri kanannya. Sejujurnya, walaupun pagar itu menjulang tinggi, puncak rumah Daffa masih terlihat karena rumah itu terdiri dari dua lantai.
Arka menyipitkan matanya, "Yakin gak ada yang huni?"
"Gak ada. Rumah ini masih milik orang tua gue, belum ada yang beli—"
Kanaya menolehkan kepalanya cepat ke arah Daffa, "Jadi dalemnya berdebu banget, dong? Udah kayak rumah hantu gitu. Jalan-jalan aja kek di sekitaran sini. Lagian kalian mau ngapain di dalam rumah sebesar ini? Gak ada penghuninya pula," Kanaya menyerocos sendiri. "Gue kira kalian berdua ngajak gue jalan-jalan tuh ya jalan-jalan kemanaaa gitu, bukan ke sini yang gak ada hiburannya sama sekali. Tau gitu gue mending kerjain PR lab deh—"
"Dih, sok rajin amat," Daffa mencibir.
"Heh, emang yang suka nyontek PR lab gue siapa? Lo sendiri, kan?"
Arka memandang Daffa. Keduanya saling bertatapan sebelum akhirnya mengangkat bahu. Mereka berdua tidak memberitahukan tujuan mereka datang ke sini pada Kanaya. Tentu saja bukan jalan-jalan seperti yang Kanaya inginkan, karena mereka harus mencari tahu sesuatu. Harus.
"—eh, eh, gerbangnya kebuka sendiri!" Kanaya melompat ke belakang, tanpa sadar menginjak kaki Arka dan Daffa yang akhirnya meringis kesakitan. "Daf—Daf, kebuka sendiri!"
"Gak kebuka sendiri, Naya. Rumah gue ini ada penjaganya—"
"Penjaganya?! Siapa? Hantu? Hantu macam apa yang ada di sini?"
Arka menghela napas, mengarahkan jari telunjuknya ke arah gerbang yang sudah mulai terbuka. Kanaya mengikuti arah jari telunjuk itu dan melihat seorang perempuan dengan rambut yang sudah memutih tengah tersenyum menyambut mereka. Kanaya jadi kikuk sendiri, terlebih tadi dia sudah teriak-teriak tidak jelas.
"Berisik apanya?" Daffa bergumam sendiri.
Arka yang berada di sebelahnya mengernyit, "Lo ngomong sama gue?"
"Mama bilang gue pindah rumah karena di sini lingkungannya berisik," ujar Daffa lagi. "Berisik apanya? Ini kompleks perumahan yang jauh dari jalan raya. Dan gue cukup yakin di sini gak ada yang mengadakan acara-acara berisik—seperti acara sunatan yang mengundang dog-dog atau sisingaan—dan gak mungkin juga antar warga di sini tawuran—"
"Pikiran lo tuh emang kayak gitu ya?" Arka melengos, meninggalkan Daffa di belakang dan mendekati Kanaya yang sudah asyik berbicara dengan penjaga rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR FUTURE DOCTOR
Teen Fiction(n):/seseorang yang memiliki hati, cinta, dan kepedulian yang lebih luas dari dunia, terutama untukmu./ Tentang belajar, gagal, dan bangkit kembali; Tentang jatuh dan harus bangun di saat yang bersamaan; Tentang menguatkan dan merelakan; Dan tentang...