Reentrant

198 15 0
                                    

re-en.trant /a person who has re-entered something/

Daffa menatap keramaian di depannya dengan malas. Tangannya memegang banyak kantung belanja, sementara itu, pikirannya sudah melayang-layang, membayangkan segarnya chatime yang ia idam-idamkan sejak satu jam lalu. Dilihatnya Nadia tengah berinteraksi dengan beberapa pelayan toko yang menawarinya berbagai macam barang sambil tersenyum, dan itu membuat Daffa merasa hidup kembali.

"Udah, Nad?" Tanya Daffa beberapa menit kemudian.

Daffa tidak sedang mengantar Nadia belanja untuk dirinya sendiri. Beberapa hari yang lalu, panitia olymphiart telah terbentuk, dan Nadia menjadi ketua divisi dekorasi. Daffa bersyukur karena dia bisa menjaga Nadia kalau pun nanti divisi dekorasi harus pulang malam setiap hari karena banyak sekali kerjaan.

Olymphiart adalah salah satu ajang yang dilaksanakan setiap tahun oleh fakultasnya. Isinya perlombaan antar angkatan. Ada tiga bidang yang ditandingkan; keilmuan, seni, dan olahraga. Daffa tentu saja akan berpartisipasi dalam bidang olahraga sekalipun dia adalah Project Officer dari acara ini.

"Hmm, kayaknya udah semua deh," jawab Nadia, kemudian ia memperhatikan wajah Daffa lamat-lamat.

"K—kenapa?"

"Kamu capek, ya?" Nadia kemudian tertawa. "Sini aku bawain juga. Mau makan sekarang?"

Daffa terkekeh, "Tapi udah semua, kan?"

Nadia mengangguk. Daffa tertawa beberapa saat, lalu menarik tangan Nadia pelan untuk menaruhnya di genggamannya. "You have this way about you that makes everything all better."

Nadia tersenyum, mempererat genggamannya. Lalu beberapa saat kemudian, ia justru mengerutkan keningnya. "Kamu kenapa, sih? Ada masalah, ya? Kok gak cerita sama aku?"

Daffa menatap Nadia pelan, perasaannya masih kacau sejak hari itu. Perasaan aneh masih terkadang muncul dan membuat dia penasaran, tapi ia tidak mempunyai klu apa pun tentang apa yang ia rasakan.

Daffa juga merasa capek dengan segala hal. Akhir-akhir ini, kegiatannya sangat padat dan tugas-tugasnya terbengkalai—ditambah lagi, tidak ada orang yang membantunya dengan semua itu. Dia sudah berusaha belajar sepulang rapat dan ia masih saja gagal di beberapa pre-test sehingga ia harus rela tidak mengikuti lab.

"Aku—," kata-kata Daffa tertahan. Lalu, mengingat ia tidak terbiasa bercerita tentang kelemahannya pada banyak orang, ia menahan semuanya, "Gak apa-apa. Cuma akhir-akhir ini capek aja, Nad."

"Itu kan konsekuensi karena kamu mau aktif di banyak hal," jawab Nadia santai.

"Ha?"

"Iya, itu konsekuensi kamu sendiri, jadi jalani aja,"

"Ah—hahaha, iya juga, ya. Oke," jawab Daffa pelan, matanya menerawang ke arah seluruh penjuru mall ini. Ia ingin cepat-cepat makan karena tiba-tiba saja dia merasa hipoglikemia. Energinya mungkin terkuras untuk berputar-putar sepanjang mall ini.

Daffa memandangi Nadia beberapa saat, cewek itu tampaknya tertarik dengan kerumunan orang yang ada di salah satu sudut mall. "Oh iya. Baru inget, hari ini ada lomba fashion show gitu. Aku—"

Kalimat selanjutnya yang keluar dari mulut Nadia tidak pernah masuk ke dalam telinga Daffa. Pandangannya justru terpaku pada sesosok laki-laki yang beberapa hari kemarin membuat dirinya bingung.

Orang itu.

Sosok laki-laki bertubuh tinggi dengan wajah tenang dan tatapan matanya yang sayu tengah berjalan di depannya. Ia memakai celana jeans dengan kemeja polos yang lengannya digulung sampai siku.

YOUR FUTURE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang