Idiopathic

123 11 2
                                    


id.i.o.path.ic (a)/any condition which arises spontaneously or for which the cause is unknown./



Love is a sacrifice

and sacrifice is the art of sincerity.

***

"Arka, lo udah siap?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Arka, lo udah siap?"

Arka yang tengah memainkan ujung kemejanya dengan gelisah langsung menoleh. Ada Daffa di sana, tengah menaik-naikkan alisnya. Kedua tangannya memegang minuman dingin. Mulutnya tersenyum lebar—lebih seperti menyengir.

"Gak tahu gue...deg-degan..."

"Ya iya lah, kalau gak deg-degan kan lo mati, Ka."

"Basi banget tuh jokes dari zaman TK," Arka mendengus, menerima minuman dari tangan Daffa. Sementara Daffa terkekeh, menatap keriuhan di backstage. Daffa memang sengaja pergi ke backstage untuk bertemu Arka—karena ia yakin perasaan Arka pasti sedang tidak karuan. Yah, sebenarnya sekaligus memantau rangkaian acara lomba solo vocal olymphiart ini, sih.

"Have you prepared it well?"

"Tentang apa?"

"Lomba ini," jawab Daffa, ia kemudian menatap Arka pelahan. "Dan juga perasaan lo."

Arka tertawa kecil saat Daffa menyelesaikan kalimatnya. Ia kemudian menegak minumannya beberapa saat dan menghembuskan napas kencang sebelum menjawab, "I have."

"...oh, good."

"For this competition, not my feeling," potong Arka. "Kenapa begitu, ya? Selama gue hidup, gue selalu merasa kalau gue gak diizinkan untuk berlama-lama bahagia. Ketika ada sesuatu yang baik menghampiri hidup gue, pasti itu gak berlangsung lama. I don't deserve to be happy, I guess?"

"Arka—"

"Soal kalian berdua lima tahun lalu. Gue senang bisa bertemu teman seperti lo dan Gavin, lalu gue harus kehilangan keduanya. Setahun kemudian, saat gue senang bisa kembali pulih, gue harus kehilangan Mama dan kedua kakak gue. Sekarang....ah, why am I so pathetic? Ketika gue sudah merasakan yang namanya jatuh cinta, gue harus kehilangan dia."

Daffa bungkam. Dia tidak tahu mau menjawab apa, hanya tangannya yang bergerak merangkul Arka. Sebelum akhirnya dia berdeham dan melanjutkan, "Sesuatu yang baik pasti akan datang kepada lo. Apa yang sangat berat buat lo di masa lalu...pasti ada balasannya. Lo bukan gak berhak bahagia, tapi mungkin ini bukan waktunya."

"..."

"Arka, lo punya gue. Gue gak akan pergi lagi," walaupun terdengar agak menggelikan, tapi Daffa bersungguh-sungguh mengatakan itu. "Sebentar lagi lo dipanggil, good luck. Gue akan menonton lo di depan panggung."'

YOUR FUTURE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang