Prognosis

199 15 3
                                    


prog.no.sis /a forecast of the likely outcome of a situation/

sis /a forecast of the likely outcome of a situation/

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tolong pergi."

Seperti yang semua orang ketahui tentang Kanaya, cewek itu terkadang mengabaikan suruhan orang dan melakukan apa yang orang suruh untuk diabaikan. Jadi, ketika tatapan Arka berubah dari rapuh menjadi tajam, Kanaya masih mematung, tidak mengerti harus melakukan apa selain malah meraih tangan kiri Arka yang baik-baik saja.

"Rumah lo."

"Lo lagi mau ngerampok gue?"

"Bukan—buset." Kanaya mendengus kesal. "Rumah lo di mana? Ayo pulang bareng gue. Cepetan, keburu lukanya infeksi. Kalau ke rumah gue pasti lo gak mau, kan?"

"Gue gak minta lo anterin pulang, apalagi ke rumah lo—"

"Ah, apartemen, ya? Apartemen di deket sini ada tiga. Kalau lo suka belajar dan butuh ruangan luas, berarti Alpha Apartment lebih tepat,"

Arka terdiam beberapa saat melihat Kanaya sibuk dengan handphone-nya dan analisisnya yang sebenarnya mungkin asal tapi benar. Alpha Apartment adalah salah satu dari tiga apartemen yang ada di dekat kampus mereka, memiliki ruang belajar tersendiri dan ruangan kamar yang terlampau besar. Selain itu, di antara ketiganya, letaknya memang paling dekat.

"Lo lagi—ngapain?"

"Mesen grabcar."

"Gak perlu. Gue bisa pulang sendiri."

"Dih geer," Kanaya mencibir. "Ini....gue mau pulang kali. Tapi sekalian, biar gue obatin luka lo dulu—"

"Gak perlu. Gue—"

"Lo ini orangnya ternyata benar-benar sangat individualis dari yang paling individualis di dunia ini,"

"Bukan gitu. Gue gak suka naik mobil taksi online seperti itu," jawab Arka, "Lagian apartemen gue deket. Udah ya, gue pulang. Anggap aja lo gak lihat gue hari ini."

Arka melenggang melewati Kanaya, tetapi Kanaya dengan cepat kembali menahan tangannya. Ia menyobekkan ujung kemeja birunya—sampai Arka terbengong sendiri—dan melilitkannya di tangan Arka yang berdarah. Arka sempat meringis kesakitan dan menyesali kebodohannya sendiri yang memukul tembok dan menghancurkan beberapa kayu di sana menggunakan tangannya padahal ia tidak mempunyai pengalaman karate sedikit pun.

Arka hanya....kesal.

Ia kesal pada ujian tadi.

Pada orang-orang di sekitarnya yang bisa tertawa bahagia setelah ini selesai.

Pada dokter yang tadi mengujinya.

Pada kasus yang ia dapatkan.

Pada nilai yang.......mengecewakan.

YOUR FUTURE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang