Vagus

151 13 7
                                    

va.gus (n)/each of the tenth pair of cranial nerves, supplying organs of the chest and abdomen/


"Arka!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Arka!"

Arka menghentikan langkahnya. Sebelum menoleh, ia berpikir dahulu. Siapa orang yang akan memanggilnya di sini selain Daffa dan Kanaya? Nyaris tidak ada. Kalau dipikir-pikir, mungkin teman-teman satu angkatannya pun hanya tahu nama dia saja. Tapi suara ini bukan suara Kanaya, apalagi Daffa—karena ini suara perempuan.

"Arka!"

Kini Arka menoleh, memperhatikan seorang perempuan dengan rambut panjang tengah tersenyum ke arahnya. Saat pandangan perempuan itu menangkap Arka yang sedang menoleh, perempuan itu segera berlari ke arah Arka dan sampai dengan terengah-engah. "Hhhh....lo....Arka, kan?"

"Iya. Ada apa?"

Perempuan itu tersenyum lagi, "Gue Nadia," ia mengulurkan tangannya. "Ada sesuatu yang mau gue omongin, kita bisa ngobrol bareng sebentar?"

"—ha? Boleh. Ini...soal apa?"

"Di kantin, yuk. Biar sekalian makan. Lo suka soto FK, kan? Biar gue traktir," jawab Nadia. Tanpa menunggu jawaban Arka, perempuan itu segera menarik lengan Arka untuk masuk ke dalam kantin—karena kebetulan mereka sedang berada tepat di depan student center—dan membawanya ke salah satu meja.

Arka yang mendapat perlakuan tiba-tiba seperti itu hanya mampu menurut. Saat duduk berhadapan dengan Nadia, rasanya canggung. Mungkin bagi Arka, duduk berhadapan dengan siapa pun akan menjadi sebuah kecanggungan. Jujur saja, ia hanya tidak canggung jika berbicara dengan Kanaya dan Daffa—lagi-lagi itu karena sebuah kebiasaan.

"Ada apa, ya?" Arka bertanya lagi. "Lo gak perlu traktir gue, gue udah ada janji sama—"

"Lo mau jadi kontingen angkatan kita gak?"

Arka mengernyit, "Kontingen...kontingen apa maksud lo?"

"Kebetulan gue penanggung jawab lomba seni dari angkatan kita. Lo tahu olymphiart, kan? Itu kumpulan kompetisi antar angkatan. Kebetulan tahun ini Project Officer-nya pacar gue—"

"Ah, lo pacarnya Daffa, ya," Arka mengangguk-angguk.

"Hehe, iya, Ka. Jadi gue mau nawarin lo sesuatu. Apa lo mau jadi kontingen lomba solo vocal dari angkatan kita?" Tanya Nadia. "Benefitnya sih, mungkin lo bisa lebih terkenal? Dan lo bisa membantu angkatan kita juga biar jadi juara. Tapi gak usah pikirin lah soal kalah atau menang, yang penting lo mau ikutan dan berusaha yang terbaik. Gimana? Lo tertarik gak?"

"Kenapa gue?"

"Kata orang-orang, suara lo bagus banget, Ka," Nadia menjawab dengan jujur. Ia mendengar itu dari beberapa orang, sekali pun dia baru tahu kalau orang ini adalah Arka. "Gimana?" Nadia menaik-naikkan alisnya sambil mempelajari raut muka Arka.

YOUR FUTURE DOCTORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang