"Jiminie, hyung tanya dimana ponselmu?" Yoongi mengulang dengan sedikit menaikkan nada bicaranya. Pasalnya Jimin masih diam sejak Yoongi mulai menginterogasinya.
"Hyung, ponselku terjatuh entah dimana tadi. Dan hyung bisakah kau berhenti membicarakannya aku sangat bosan, bisakah kita pulang ke dorm saja. Lagi pula kau sudah mengatakan pada Namjoon hyung bahwa kita di dorm. Bagaimana jika Namjoon hyung pulang ke dorm dan tidak menemukan kita? Dia pasti akan curiga." Jimin berusaha mengalihkan pembicaraan dari ponselnya yang membuatnya agak gelisah.
Yoongi menghembuskan nafas pasrah saat Jimin tak berterus terang dimana ponselnya. Jelas sangat Jimin memang berbohong dan Yoongi enggan bertanya kembali. Toh percuma bertanya pada namja keras kepala didepannya itu. Mungkin lebih baik dia mencari tau sendiri.
Atensi Yoongi beralih pada ucapan Jimin yang ingin pulang ke dorm. Tentu saja Yoongi ingin perawatan maksimal untuk kesembuhan Jimin. Meski dengan berat hati dia harus berbohong.
"Apa-apaan kau. Tidak, kau akan tetap disini sampai dokter mengizinkan pulang. Biar saja Namjoon mengetahuinya. Atau bahkan yang lain aku tak perduli. Bahkan jika itu terjadi aku tak akan bohong lagi." Yoongi membuang muka dari Jimin.
"Hyung aku ingin pulang titik. Kalau hyung tidak mau mengantarku, aku akan pulang sendiri dengan atau tanpa hyung!" Jimin hampir menarik paksa infus di tangan kirinya persis seperti yang dilakukannya beberapa jam lalu.
Dengan sigap Yoongi memegang tangan kanan Jimin yang di perban akibat perbuatannya sendiri.
"Kau ingin berontak Jiminie? Apa yang terjadi denganmu? Kau tidak pernah seperti ini sebelumnya?" Yoongi menatap tajam Jimin untuk yang pertama kalinya.
Yoongi memang tak pernah marah pada Jimin sampai seperti itu. Entah kenapa jika dengan Jimin dirinya tak bisa menyakiti perasaannya. Tapi saat ini dia benar-benar hilang kendali.
Jimin menunduk kemudian membuang muka dari Yoongi. Tak dapat di pungkiri air matanya meluruh.
Bukan hanya karena kemarahan Yoongi tapi juga beberapa hal yang terjadi beberapa hari belakang ini. Jimin menjadi sangat emosional.
Yoongi yang merasa bersalah akhirnya luluh. Lengan Yoongi mendongakkan dagu Jimin agar menghadapnya.
Bukannya menghentikan tangisnya Jimin malah semakin terisak setelah Yoongi dapat melihat wajah Jimin.
"Hei. Mianhe, hyung tidak bermaksud membentakmu. Jangan menangis ne?" Yoongi mengusap pelan air mata Jimin.
Jimin diam. Dalam hati ia ingin sekali mengatakan semuanya pada Yoongi. Tapi dia tak ingin sampai Yoongi ikut khawatir dan justru membahayakan dirinya sendiri. Cukup Jimin saja yang merasakannya. Setidaknya itu yang dipikirkan Jimin.
"Kau marah pada hyung? Jeongmal mianhe chim. Baiklah hyung janji kita akan pulang hari ini oke?"
Jimin memberanikan diri menatap Yoongi. "Benar hyung?"
Yoongi tersenyum hangat kemudian mengangguk. "Hyung akan bicara pada uisa dulu"
Jimin mengangguk. Yoongi melenggang menemui dokter yang memeriksa Jimin.
***
Taehyung mengerjap menyesuaikan dengan cahaya diruangannya. Hoseok yang menyadari pergerakan Taehyung pun dengan sigap menekan tombol yang di gunakan untuk memanggil dokter.
"Tae apa ada yang sakit? kau baik-baik saja? Kau ingin minum? Atau kau ingin sesuatu? Atau kau ingin hyung ambilkan sesuatu? Apa yang kau butuhkan?"
Taehyung diam dengan wajah blank andalannya. Hoseok gemas tangannya ia goyangkan didepan mata taehyung. Tentu saja Taehyung mengerjap.
"Yak alien! Aku bicara padamu. Apa kau mengabaikanku. Hei tidak sopan sekali mengabaikanku. Aku hyungmu jika kau lupa." Hoseok memanyunkan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Yourself, Park Jimin ✔
FanfictionPark Jimin salah satu member BTS yang pandai menyembunyikan kesusahannya. Masalahnya berdampak pada para member. Meski begitu sejujurnya masalah itu bukan datang dari Park Jimin. Disini Jimin juga korbannya. Meski begitu dengan segala ketakutan da...