Namjoon menghembuskan nafas berat. Sekedar meyakinkan diri untuk mengetahui segala kemungkinan yang terjadi.
Sebagai seorang leader, dia memiliki tanggungan terhadap member lain. Bukannya mengeluh, hanya saja dia merasa gagal. Keputusannya memang tak ingin ia sesali hanya saja ini begitu berat dia rasa.
Terlepas dari semua itu Namjoon bersyukur dirinya memilih bersama keenam orang yang membuatnya selalu bahagia dikala lelahnya.
Seandainya dia memilih solo pada saat itu. Dia tak akan mendapatkan kakak penyayang seperti Seokjin. Kakak seperhatian Yoongi meski kadang sifatnya blak-blakan. Sahabat seceria Hoseok yang selalu menghibur. Adik semanis Jimin. Adik seaneh, ouh ralat maksudnya Taehyung yang selalu asik berjalan-jalan bersamanya. Dan adik sepandai Jungkook.
Namjoon tak akan mendapat semua itu jika dirinya memilih solo. Dan Namjoon sangat berharap Ketujuh namja dengan berbagai karakter ini tak akan pernah terpecah. Bangtan tetap selalu saling mendukung.
Lamunan Namjoon terpecahkan kala ponsel yang sedari tadi ada di sakunya tiba-tiba berbunyi.
Namjoon menekan tombol hijau kemudian mendekatkan ke telinga.
"Ne hyung. Apa kau sudah sampai?"
"..."
"Aku sedang dalam perjalanan lima menit lagi aku sampai."
Namjoon kembali fokus kedepan.
"Yoon ahjusi lebih cepat lagi."
Sang supir melajukan mobil lebih cepat sesuai intruksi Namjon.Pikiran Namjoon beralih ke Yoongi dan Jimin yang mengatakan mereka di dorm. "Ahjusi apa kau mengantar Yoongi hyung dan Jimin pulang ke dorm?"
Namja bernama Yoon berusaha mengingat sesuatu.
"Aku tak mengantar mereka Namjoon-ah hanya saja Yoongi memang meminjam kunci mobil beberapa saat setelah Jungkook dan Taehyung masuk ke ruang UGD.""Baiklah ahjusi."
"Apa kau mau kuantar ke dorm terlebih dahulu?"
"Aniyo.. itu akan memperlambat sampai ke pantai. Kita harus secepatnya menyelidiki ini."
Entah mengapa semakin dekat mobil dengan letak pantai semakin membuat perasaan Namjoon kalut. Seperti akan ada yang berubah mulai saat itu.
Perasaan Namjoon menjadi sangat khawatir. Namjoon mencoba bernafas dengan lambat dan mencoba menetralkan hatinya yang terasa semakin tidak nyaman.
Namjoon mengalihkan pandangan pada apapun yang sekiranya bisa mengurangi kekhawatiran yang entah kapan berakhir. Hingga netranya menangkap ponsel yang tak asing baginya.
"Namjoon-ah kita sudah sampai."
"Ahjussi bisakah kau duluan temui Sejin hyung. Tolong katakan padanya aku akan segera menyusul. Aku harus memastikan keadaan maknae line."
Yoon selaku supir pribadi Bangtan hanya mengangguk dengan tersenyum. Kemudian melangkah menjauh dari Namjoon.
Dalam hati Namjoon merutuki ketidaksopanannya pada Yoon yang jauh lebih tua darinya. Entah mengapa Namjoon tak ingin memberitahu yang sebenarnya bahwa ia ingin mengambil ponsel milik Jimin yang mungkin terjatuh saat Jimin tak menyadarinya.
Namjoon membuka pintu belakang dan mengambil ponsel Jimin. Seperti ada sesuatu yang mendorongnya untuk membuka ponsel tersebut.
Namjoon membuka lockscreen dengan mudah meski ponsel tersebut bersandi. Tentu saja Namjoon tau sandinya. Jangan tanya kenapa. Mereka bukan hanya rekan kerja tapi mereka saudara.
Tampilan pertama membuat Namjoon sedikit terkejut. Hal terakhir yang dilakukan empunya ponsel adalah menelfon. Tapi bukan itu yang menarik perhatian Namjoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Yourself, Park Jimin ✔
FanfictionPark Jimin salah satu member BTS yang pandai menyembunyikan kesusahannya. Masalahnya berdampak pada para member. Meski begitu sejujurnya masalah itu bukan datang dari Park Jimin. Disini Jimin juga korbannya. Meski begitu dengan segala ketakutan da...