Dulu mereka pernah berjanji bahwa masing-masing dari mereka bertujuh adalah elemen penting. Kasih sayang diantara mereka adalah hal yang selalu mereka utamakan selain ARMY. Masing-masing berjanji bahwa mereka tak akan saling membenci satu sama lain. Sekalipun ada hal yang mungkin akan terjadi.
Bahkan mereka selalu berjanji bahwa sekalipun ada hal yang kurang baik diantara mereka, mereka akan menyelesaikan bersama. Lalu jika salah satu dari mereka tak bersama. Haruskah mereka menyelesaikan bersama?
Kita tak pernah tau apa yang ada dimasa mendatang. Sebuah janji akan benar-benar bermakna jika ditepati. Dan sebaiknya tak perlu berjanji jika suatu saat tak ada artinya, hanya ucapan kosong yang akan berlalu suatu hari.
DUK
Yoongi memukul dinding dengan genggaman tangannya ketika otaknya berputar pada kejadian sore tadi. Dimana Taehyung mendorong Jimin dan dirinya bertengkar hebat dengan Jungkook dan Taehyung. Dan Namjoon yang tak ditemukan.
Yoongi tak habis pikir dengan Taehyung. Taehyung dan Jimin adalah sebuah figur persahabatan bagi yang lain. Lalu yang Taehyung lakukan seolah-olah Jimin adalah orang asing yang sudah menyebabkan kakaknya hilang.
Ceklek
Pintu ruang UGD terbuka menampilkan sosok dokter muda yang selama beberapa tahun belakangan selalu memantau kondisi member Bangtan.
Yoongi terlonjak kemudian menghampiri dokter muda tersebut.
"Hyung bagaimana Jimin?"Joonki menghela nafas pasrah.
"Kali ini apa yang terjadi?"
Bukannya menjawab Joonki justru menanyakan sesuatu yang Yoongi sendiri tak begitu paham."Entahlah hyung aku terlambat datang disana-" Yoongi menunduk. Menyesal seandainya ia datang lebih cepat.
"Aku benar-benar tak mengerti apa yang terjadi beberapa bulan belakangan ini. Kalian begitu sering masuk rumah sakit. Bukannya menghibur penggemar diluar sana."
Yoongi diam. Dia sendiri tak mengerti hal buruk apa yang sebenarnya sedang menimpa mereka. Masa sulit apa yang begitu ingin memukul mereka.
"Bergegaslah keruanganku setelah urusanmu. Akan ku jelaskan kondisi Jimin." Joonki beranjak menuju ruangannya, memberi waktu Yoongi berpikir dan mungkin menemui Jimin sebentar.
Yoongi mengangguk kemudian berjalan menuju ruangan Jimin untuk melihat adiknya.
Jimin menutup matanya dengan tenang. Ia tak memakai pakaian akibat luka di punggungnya yang harus di perban. Mungkin saja lukanya begitu lebar. Membuat si pemilik merasa sakit.
Yoongi mengelus surai coklat Jimin. Baru kemarin Jimin memaksa keluar rumah sakit. Sekarang datang lagi dengan luka baru. Yoongi membenarkan selimut Jimin. Menaikkan hingga sebatas dada.
Lagi-lagi Yoongi menenduk. Air matanya mendesak keluar. Lagi-lagi teringat kejadian beberapa waktu belakang.
Setelah beberapa saat dengan keheningan. Yoongi memutuskan keluar dan berjalan menuju ruangan Joonki.
Tak butuh waktu lama baginya menemukan ruangan Joonki. Ia terlalu sering menuju kesana bahkan sejak awal debut.
"Yoongi-ya kau sudah menemui Jimin?"
Yoongi mengangguk.
"Apa itu buruk hyung?"Joonki berfikir sejenak.
"Lukanya sedikit dalam. Tapi aku pikir luka seperti itu tak begitu banyak mengeluarkan darah. Kasus Jimin berbeda darahnya bahkan membasahi hodienya. Apa dia melakukan sesuatu yang membuat lukanya mengeluarkan banyak darah?"Yoongi menyernyit. Sudah dikatakan bahwa Yoongi datang terlambat bagaimana mungkin ia tau. Taehyung pun tak sempat memberitahunya.
"Baiklah kurasa kau pahlawan kesiangan disana jadi kuanggap Jimin memang bertindak bodoh tadi."
"Jadi?" Yongi gemas. Joonki tak juga menjelaskan sebenarnya.
"Keadaan Jimin sudah stabil aku sudah melakukan transfusi darah untuknya. Hanya saja lukanya harus benar-benar diperhatikan jangan sampai dia melakukan hal bodoh lagi. Atau dia benar benar akan kupukul." Ucap Joonki geram diakhir kalimatnya. Jimin terlalu sering menambah pekerjaan untuknya.
Setidaknya Jimin akan baik-baik saja selama semuanya berjalan baik. Jika tidak? Yoongi tak tau.
***
Taehyung masih terisak begitu juga yang lain. Lebih dari dua jam mereka mencari Namjoon. Tetap saja tak sedikitpun ada tanda-tanda keberadaan Namjoon. Sudah lebih dari 20 orang memeriksa tempat Namjoon terjatuh.
Dan dari 20 orang itu juga tak satupun mendapat setidaknya petunjuk. Taehyung geram. Bagaimana mungkin tenaga terlatih seperti mereka tak mampu menemukan seorang namja dewasa.
Taehyung kembali teringat dengan Jimin. Ada sedikit rasa beraalah saat mendorong Jimin. Namun sepertinya egonya begitu besar. Kesalahpahaman menguasai pemikirannya.
Bagaimana mungkin Jimin begitu saja membiarkan Namjoon terjatuh. Apa yang sebenarnya Jimin inginkan. Apa dia sengaja melakukannya. Entahlah dia sendiri terlalu malas sekedar berkata pada Jimin.
"Taehyung-ah pulanglanglah bersama Seokjin, Hoseok, dan Jungkook. Biar hyung yang menangani semuanya." Sejin menepuk pelan bahu Taehyung.
Taehyung menatap Sejin ragu. Ia tak ingin pergi tapi tubuhnya juga sepertinya terlalu lelah. Kejadian ini menguras emosi dan tenaganya. Ayolah bukan hanya Taehyung. Semua orang juga merasakan yang dirasakan Taehyung. Entahlah apa yang harus mereka katakan pada ARMY nanti. Jika Namjoon tak juga ditemukan.
"Semua akan baik-baik saja kau juga harus memperhatikan keadaanmu. Kau dan Jungkook baru saja keluar rumah sakit. Harusnya kalian beristirahat dengan benar. Aku tau kau khawatir, tapi cobalah mengerti dan jangan menambah pekerjaan bagi kami." Sejin benar-benar geram beberapa hari terakhir adalah tekanan besar dalam hidupnya. Ingin sekali bersikap tak acuh. Tetap saja dia menganggap Bangtan seperti anak-anaknya meski usianya masih terlalu muda untuk disebut ayah.
Taehyung menunduk. Benar yang dikatakan Sejin. Begitu banyak hal yang terjadi berapa hari terakhir. Semua terlalu tiba-tiba bagi Taehyung atau bahkan bagi semua orang.
Taehyung melangkah menuju yang lain. Jungkook masih menangis, Jin dan Hoseok masih terdiam terlihat jejak air mata disana. Tak hanya Taehyung yang melihat semua kejadian itu. Jungkook melihatnya. Hanya saja ia yang bertindak gegabah menyalahkan Jimin.
"Hyung...Sejin hyung meminta kita pulang." Taehyung menatap Jin sayu.
Jin menghela nafas lelah kemudian berdiri dan mencekal pergelangan Jungkook dan Hoseok. Hoseok menurut, Jungkook memberontak. Untung saja keadaan Jungkook masih belum terlalu pulih jadi mungkin tak akan sulit memaksa anak itu.
Taehyung bergeming namun sesaat kemudian mengikuti langkah Jin menuju mobil.
Mereka hanya berharap bahwa esok semuanya akan membaik seperti sedia kala dan mereka kembali berdiri bertujuh didepan ARMY.
Semoga saja-
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Yourself, Park Jimin ✔
FanfictionPark Jimin salah satu member BTS yang pandai menyembunyikan kesusahannya. Masalahnya berdampak pada para member. Meski begitu sejujurnya masalah itu bukan datang dari Park Jimin. Disini Jimin juga korbannya. Meski begitu dengan segala ketakutan da...