Mianhae... Aku tau kalian kecewa banget. Tidak apa jika tidak memaafkanku atas kelalaian yang aku buat. Ada beberapa hal yang buat aku nunda ngetik di wp. Dan hal itu tidak bisa aku jelaskan. Maaf juga karena hal itu. Terima kasih buat yang masih nunggu dan ngingetin kelalaianku ini. Maaf juga belum membalas pesan dan komentar kalian. Tapi aku udah baca kok.
Aku ngga tau gimana caranya terima kasihku pada kalian yang masih setia nungguin ff ku yang mulur lama ini. Yang jelas aku sangat merasa bersyukur bahwa ada yang nunggu lama buat baca tulisanku yang ngga jelas ini.
Pokoknya makasih...makasih...makasih
.
.
.
.
Enjoy the story🤗
.
.
.***
Semilir udara dingin menyapu permukaan, mengakibatkan bulu kuduk meremang. Semakin lama udara semakin menggila seiring waktu yang menjelang pagi. Matahari belum nampak itulah sebabnya belum ada penawar untuk dinginnya udara.
Sementara itu kelima namja masih bergelung dengan tubuhnya sendiri. Tangannya menangkup badan, menghalau dingin. Meski sebenarnya hal itu sia-sia dilakukan, sebab tangan mereka tak mampu mengalahkan dingin yang melingkup seluruh tubuh sedangkan tangan mereka saja tak sehangat itu untuk menghalaunya.
Meski demikian tak satupun dari mereka membuka matanya sekedar menyadari udara dingin. Rupanya mereka terlampau lelah menangis mengakibatkan tubuh mereka lelah dan jatuh tertidur dengan membawa semua kesedihan.
Demikian seterusnya tanpa kesadaran yang sesungguhnya. Hingga kemudian waktu berbaik hati mempercepat temponya. Matahari mulai menyembul di ufuk timur. Tak ada kicau burung yang mengiringi pula alarm yang biasanya menyala. Hanya ada kesenyapan yang murni.
Cahaya matahari berpendar berlomba-lomba menyentuh permukaan yang tanpa tutup. Sayangnya gorden ruangan menghalau cahaya masuk ruang dimana kelima namja itu meringkuk. Minus celah kaca yang terlepas dari gorden itu. Setitik cahaya menerpa mata kanan Yoongi. Awalnya Yoongi hanya menggeleng tanpa mengubah posisi. Tentu saja setitik cahaya itu tak ingin dikalahkan begitu saja. Yoongi mulai terusik. Ia mengusak matanya.
Kesadarannya belum penuh terkumpul, sekeping demi sekeping mulai terbentuk. Yoongi mencoba mendudukkan diri. Seketika pening mendera kepalanya. Mungkin efek dari tidur terlalu larut semalam atau mungkin karena semalaman menangis atau bisa jadi karena udara dingin yang membungkus dirinya. Yoongi kurang paham mengenai hal itu.
Hembusan nafas kasar keluar dari hidung dan mulutnya. Kesadarannya sempurna menyatu. Yoongi mendudukkan tubuh dengan tangan memeluk badan. Ia kembali melamun. Namun selang beberapa menit ia memantapkan diri.
"Hyung!" Tangannya menggoyangkan tubuh Seokjin di sampingnya dengan situasi sama menggenaskan seperti dirinya dan yang lain.
Seokjin mengerjap pelan hingga matanya terbuka sempurna. Hari sudah berganti tanpa terasa.
"Kita harus bertindak, hyung!"ujar Yoongi yang menyadari Seokjin sudah tersadar dari tidurnya.
Seokjin mengernyit.
Yoongi beralih pada Jungkook disampingnya. Ia melakukan hal yang sama pada Jungkook seperti yang dilakukan pada Seokjin. Begitu seterusnya hingga sampai pada Hoseok yang posisinya paling ujung setelah Taehyung.
"Dengarkan aku kali ini, kita tak bisa berdiam saja disini dan hanya menangis tanpa melakukan apapun," Yoongi menatap semua member yang tersisa, mencoba mengambil alih atensi mereka.
Selanjutnya Yoongi membeberkan rencana penyelamatan diam-diam pada Seokjin, Jungkook, Taehyung dan Hoseok. Dengan niatan tanpa sepengetahuan menejer apalagi PD-nim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Yourself, Park Jimin ✔
FanfictionPark Jimin salah satu member BTS yang pandai menyembunyikan kesusahannya. Masalahnya berdampak pada para member. Meski begitu sejujurnya masalah itu bukan datang dari Park Jimin. Disini Jimin juga korbannya. Meski begitu dengan segala ketakutan da...